Esta pernah merasakan bagaimana ciuman Jagat. Sedikit ragu, lembut, dan penuh rasa. Hanya saja malam ini ada yang berbeda dari suaminya. Ciuman Jagat tak lagi ragu bahkan cenderung terburu-buru. Kelembutannya menghilang berganti dengan gigitan-gigitan kecil yang sukses membuat Esta kegelian.
Apalagi sekarang tangan Jagat sudah mulai berani menyentuh kulit Esta yang tidak tertutup kain. Diusap-usah, diraba-raba, dan terkadang Jagat menggelitiknya untuk menggoda.
"Nakal ya, Jagat!" ucap Esta sedikit kegelian.
Untuk sesaat Esta menghentikan ciuman mereka. Senyum gelinya terpasang saat menemukan lipstik merahnya menempel di sekitaran bibir Jagat.
Tanpa sadar Esta mengusapkan jarinya untuk menghapus lipstiknya di bibir Jagat. Hanya saja baru beberapa kali gerak, tiba-tiba tangannya dipegang kuat. Sontak dia mendongakan kepala. Matanya langsung terkunci oleh tatapan Jagat yang dalam.
"Jagat," bisik Esta. Nada suaranya agak serak. Jantungnya berdegup kencang. Otaknya mendadak kosong.
"Can't we stop talking?" tanya Jagat yang dibalas dengan gelengan Semesta.
"I just want to make sure of something, Darling. Kalau setelah ini semua kamu masih maksa pisah kamar, aku pastikan surat cerai bakal langsung aku kirim ke kamar kamu, Jagat."
Jagat berdecak pelan. Sebelum kemudian, dia kembali menundukkan kepala dan menyatukan bibirnya dengan milik Esta. Walau tidak membalas dengan ucapan, tapi Esta seperti mendapat jawaban.
***
Kata yang tepat untuk mendefinisikan Jagat malam ini adalah singa kelaparan. Hari sudah menyentuh pagi dan mereka sudah beberapa kali bercinta. Kelelahan, tapi baik Esta dan Jagat malah tidak bisa memejamkan mata. Keduanya tengah menatap satu sama lain sambil berbaring berhadap-hadapan dengan tangan yang bertautan.
Di dalam kepala Esta, dia diam-diam mengagumi sosok Jagat. Suaminya itu begitu tampan dan baik, di luar betapa kayanya dia. Dan entah mengapa Esta merasa apa yang dia paksakan pada Jagat beberapa saat sebelum mereka bercinta membuat wanita itu terkesan egois.
"Jagat," panggil Esta yang hanya dibalas gumaman pelan Jagat. Mata mereka kembali bersirobok di udara. "Aku ... minta maaf."
Kening Jagat berkerut. Ekspresi yang cukup untuk Esta memahami maksud suaminya itu.
Untuk sesaat Esta mendesah napas panjang. Dia kembali melanjutkan arti permintaan maafnya, "Aku hanya merasa bahwa aku egois, Jagat. Seharusnya sebagai pasangan atau mungkin partner, aku nggak boleh maksa kamu untuk berubah jadi orang yang mungkin nggak kamu suka. tapi di satu sisi, kalau aku nggak mengubah kamu sebagai sosok pasangan yang aku mau, aku ngerasa hubungan ini nggak akan work out. Jagat, kalau semisal kamu nggak nyaman sama permintaanku, kamu boleh minta mundur kapan aja."
"Silly." Jagat menggesekkan hidung mereka. Senyum miringnya dipasang. "Kita ini pasangan, kan? Dua orang yang saling bekerja sama untuk membuat hubungan ini menjadi lebih baik. Aku berusaha mengikuti kemauan istriku dan aku berharap suatu saat istriku mau memenuhi keinginanku."
Esta mengangguk. Setuju pada ucapan Jagat. "Terpenting kalau kamu ngerasa nggak pas sama aku tentang apa pun itu, please please tell me. Oke? Kecuali masalah kerjaan ya, Jagat, aku tau cara kerjaku cukup ekstrim dan pasti bikin kamu nggak suka, tapi plis tahan bentar aja. Setidaknya untuk beberapa tahun ke depan aku mau kerja sebelum full time jadi istri dan ibu rumah tangga yang hobi belanja."
Terdengar helaan napas panjang dari Jagat, sebelum pria itu mengangguk. Mereka saling menatap lama. Senyum saling mereka sunggingkan. Hanya saja Jagat yang lebih dulu sedikit mengantuk. Berbeda dengan Esta yang kembali memikirkan sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Wifey [COMPLETED]
RomanceEsta-Semesta, tidak menyangka hidupnya menggila sejak tanpa sengaja menggoda Ayah kandungnya di salah satu kelab malam di Bali. Tiba-tiba saja Esta terjebak di lift kantornya. Saingannya sesama desainer perhiasan mendapat penghargaan dari kantor. Ta...