Chapter 13 : Paint Your Smile

10.5K 1K 43
                                    

Kepala Jagat cenat-cenut. Ketenangan yang biasanya selalu didapatkan dalam penthouse ini mendadak hilang begitu Semesta tinggal di sini. Bukan hanya menambah satu orang lagi mengisi ruangan di sini, tapi juga keriuhan yang ternyata jauh lebih ribut daripada kedua orang tuanya dan Mas Bri yang datang berkunjung secara bersamaan.

Apalagi sekarang Semesta tidak hanya berteriak-teriak, tapi juga menangis sambil meraung-raung. Tidak lupa dia juga terus meminta cerai sambil mengatai Jagat, "Jagat jahat! Mau cerai, mau cerai, titik!"

Jagat tentu saja tidak akan mengabulkan permintaan Semesta untuk pisah. Mereka saja baru menikah kurang dari 24 jam. Alasan lainnya adalah latar belakang pengajuan perceraian, telat bayar tas edisi terbatas hingga tas itu sudah dibeli lebih dulu oleh orang lain.

Alasan cerai paling bodoh! Jagat menggeleng. Dia mendesah panjang, sebelum bergerak menuju ke sudut ruangan. Ada pesan yang harus dia periksa.

To : Ali

*Jagatraya Darmawangsa sent a picture*

Tolong carikan tas ini. Berapa pun harganya dan di mana pun tempatnya enggak masalah. Secepatnya, Ali.

Ali, asisten pribadi Laz–Papinya itu hanya membalas oke. Sebagai seorang yang tak mau mengenal banyak orang, Jagat hanya perlu memiliki beberapa orang penting yang menjadi penghubungnya dengan orang luar. Jika itu menyangkut penerbit buku, maka tangan kanannya adalah Laras. Tapi, jika itu menyangkut dengan dunia luar atau seseorang yang bisa diminta tolong dalam hal apa saja, maka tangan kanannya adalah Ali.

Jagat melihat jam dia mengirimkan pesan kepada Ali, sudah sekitar satu jam yang lalu, tapi tidak kunjung ada kabar baru. Mau tak mau dia kembali mengirim pesan kepada asisten Papinya itu dan mendesaknya. Ini semua tentu demi keselamatan pernikahannya yang baru seumur jagung.

To : Ali, Asisten Pribadi Lazuardi

Info. ASAP.

Tidak ada balasan dari Ali dan itu semakin membuat Jagat frustrasi. Pada akhirnya, pria itu memilih untuk memasukan kembali ponselnya ke saku celana. Kemudian, dia bergerak mendekati Semesta yang masih menangis sambil duduk di sofa ruang tamu.

"Semesta," panggil Jagat. Dia berlutut di depan Semesta. Kepalanya mendongak mengunci tatapan sang istri yang terus mengeluarkan air mata. "Udah lebih dari satu jam kamu nangis. Pasti capek ya? Aku ambilin minum."

"Jagat jahat!" Hanya itu balasan Semesta yang membuat Jagat menghela napas dalam.

"Iya, aku jahat banget sama kamu, Semesta." Jagat membenarkan pernyataan Semesta. "Tapi, sejahat-jahatnya aku, aku nggak akan tega bikin kamu kelelahan karena terlalu banyak nangis. Minum bentar ya, aku ambilin air."

Bergegas Jagat beranjak, lalu bergerak menuju meja kopi tempat teko kaca berisi air dan juga gelas-gelas kecilnya. Buru-buru dia menuangkan air ke sana untuk diberikan kepada Semesta.

"Feels better?" tanya Jagat begitu Semesta menyelesaikan minumnya.

"No." Semesta menggeleng. Perhatiannya beralih ke sekitar, sebelum kemudian mendongak kembali menatap Jagat sambil berkaca-kaca. "Where's my things? You throw it away?"

Belum sempat Jagat menjawab, Semesta sudah kembali terisak. Agak sedikit keras, pria itu memberi klarifikasi. "Nggak aku buang, Semesta. Karena kamu tadi nangis dan minta digendong, aku jadi fokus gendong kamu. Tapi aku udah suruh orang untuk kirim semua belanjaan kamu secepatnya ke rumah. Tenang ya, nggak akan ada yang kurang satu pun. Jangan nangis lagi ya."

Jagat sudah siap mengusap pipi Semesta dan menghapus air mata istrinya itu, tapi dering ponsel menghentikannya. Refleks, dia meraih ponsel. Ketika nama Ali muncul di layar, pria itu buru-buru bergerak menuju sudut ruangan yang jauh dari Semesta, tapi bisa dengan jelas memperhatikan gerak-gerik istrinya yang masih heboh dengan kesedihannya.

Crazy Wifey [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang