Chapter 42 : Love of Jagat's Life

9.4K 996 48
                                    

Salah satu malam terbaik yang Jagat miliki. Dia ada di kamarnya dengan Semesta. Istrinya itu tengah tidur berbantalkan lengannya. Sementara satu tangan Jagat mengusap perut sang istri yang sedang mengandung buah hati mereka, sedangkan satu tangan lain lambat-lambat mengusap puncak kepala Semesta.

"Aku mau denger sekali lagi kamu bilang cinta ke aku, Semesta," pinta Jagat untuk kesekian kalinya. Entah sudah berapa kali mendengar pun pria itu tetap butuh terus diyakinkan bahwa ini bukan mimpi indahnya.

Berbeda dengan Jagat yang memasang wajah berbinar menunggu Semesta mengatakan cinta, istrinya itu malah memutar bola mata. Dia mendengkus sesaat, sebelum berkata, "Aku cinta kamu, Jagatraya Darmawangsa."

"Once again, please."

Sayangnya, untuk kali ini Semesta tidak menurut. Istrinya itu malah dengan sengaja memukul dada Jagat. Matanya mendelik, disusul dengan omelan panjang, "Bisa nggak sih aku nggak harus ngulangin kata-kata yang sama berkali-kali, Jagat?"

"Bosen ya?"

"IYA!" Semesta mendengkus sekali lagi. "Jagat, aku nggak bosen cinta sama kamu, tapi aku bosen ngucapin hal yang sama berkali-kali. Aku nggak mau aja kata cinta jadi terdengar seperti kata-kata aja yang nggak ada makna sama sekali."

Seketika Jagat meringis. Ucapan Semesta seperti menamparnya. Segera saja dia mengetatkan pelukannya pada sang istri, lalu berkata, "Maaf ya, Semesta. Aku hanya ... aku hanya nggak percaya aja kalau pada akhirnya kamu bakal berakhir cinta sama aku. Apalagi sejak awal kita nikah kamu selalu dengan tegas bilang nggak mau ada cinta. Sampai-sampai kamu kabur juga ke Bali. It's just like a dream, My World."

Terdengar helaan napas panjang dari Semesta. Refleks, Jagat menundukkan kepala. Ternyata istrinya itu sedang mendongak menatapnya. Mau tak mau mata mereka beradu di udara.

"Jagat," panggil Semesta. Tangannya bergerak meraih pipi Jagat untuk dia usap. "Kalau boleh jujur awalnya juga aku nggak nyangka kalau aku bakal mengakui bahwa aku cinta sama kamu. Tapi ... cara kamu yakinin aku bahwa cinta kamu itu nggak maksa dan gimana kamu menunjukkan bahwa kamu nggak akan jadi sosok seperti Dad yang menyakiti aku dengan pernikahan bikin hatiku tergerak. Kamu bukan Dad dan kamu nggak akan pernah jadi tukang selingkuh itu. Jadi, aku nggak mau lagi menutupi hatiku dan aku selalu mau jujur sama kamu kalau aku cinta sama kamu."

Jagat terkekeh pelan. Kemudian, dia memberikan kecupan singkat di bibir Semesta. Hanya saja bibir istrinya itu seperti candu. Sekali dia merasakan, maka akan terus membuatnya ingin merasakannya lagi dan lagi.

"Jagat, please ...."

Penolakan Semesta dan dorongan istrinya itu menyentak Jagat. Pria itu segera menarik diri sedikit jauh. Dia meringis. "Sori kelepasan."

"I know. Aku juga hampir kelepasan." Semesta meringis. "Haruskah kita pisah kamar aja?"

"No way!" Jagat memelotot.

Semesta terkekeh. "Bukannya kamu dulu pernah bersikeras buat pisah kamar aja? Kayaknya sekarang waktu yang tepat buat pisah kamar, kan?"

Pernyataan Semesta sukses membuat Jagat cemberut. Pria itu jadi teringat pengaturan konyol yang dia buat, lalu berakhir stress sendiri. Sekarang setelah terbiasa ada Semesta dalam ruangannya, Jagat tak mau menghilangkan sosok cantik itu.

"Dulu, Semesta, dulu." Jagat menggeleng. Dia buru-buru mengubah topik pembicaraan. "Jadi, sejak kapan kamu cinta sama aku, Semesta?"

"Sejak kapan ya?" Semesta malah balik bertanya. Keningnya berkerut seperti berpikir keras. "Kayaknya kalau sadar aku cinta sama kamu itu waktu kita di Jogja. Pas lihat kamu aku yakin kalau aku mau kamu seutuhnya, bukan karena kamu suamiku tapi karena aku cinta sama kamu. Cuma kalau kamu tanya kapan aku mulai suka, mungkin saat kita terjebak di lift. Jagat, sejak kejadian itu, aku secara nggak sadar berharap ketemu kamu lagi. Nyatanya Tuhan sangat baik karena bukan hanya kita ketemu lagi, tapi kita juga dipersatukan dalam pernikahan."

Crazy Wifey [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang