Chapter 49 : Before the Wedding

7.2K 757 32
                                    

Setiap kali datang ke tempat ini perasaan Jagat selalu tak keruan. Ada rasa semangat hingga jantungnya seperti ingin meledak dan tidak sabaran melihat apa yang segera dia lihat, tapi juga berdebar karena ada rasa takut apa yang akan disampaikan dokter ketika menunjuk lihat gambar hitam putih di layar monitor.

Berbeda dengan pemeriksaan bulan lalu, kali ini gambar hitam putih yang ada di monitor jauh lebih jelas daripada sebelumnya. Kepalanya yang besar dengan mata memejam itu. Struktur wajahnya pun sudah terlihat sempurna.

"Saatnya kita dengar detak jantungnya ya, Pak, Bu," ucap Dokter Ana, dokter kandungan pribadi Semesta.

Ruangan yang sempat hening mendadak terisi oleh suara pelan dan teratur detakan jantung. Untuk sesaat napas Jagat tertahan. Matanya yang berbinar pun berubah menjadi berkaca-kaca.

It's like a miracle, batin Jagat. Dia menoleh pada Semesta. Istrinya malah sudah terisak lirih sambil menggenggam tangan Jagat. Mereka larut dalam momen termagis saat awal-awal menjadi orang tua yang sebenarnya.

Setelah dirasa cukup oleh dokter, dokter pun segera meminta Jagat dan Semesta untuk kembali duduk ke kursi pasien. Jagat sendiri terus menempeli istrinya. Dia juga membantu Semesta turun dari ranjang walaupun sebenarnya istrinya itu bisa melakukannya sendiri, tapi tidak, Jagat tak bisa berhenti menyentuh sang istri.

Ketika mereka duduk, dokter langsung mendongakan kepala. Senyum lebarnya terpasang. "Semuanya normal. Bayinya sehat, Ibunya juga sehat. Makannya ditambah ya, Bu, kayaknya masih kurang naik berat badannya, tapi tetap diusahakan banyak protein ya. Untuk semua saran saya sebelumnya sama seperti minggu lalu."

Di dalam kepala Jagat, dia langsung memanggil ulang apa saja informasi yang dokter sampaikan. Tidak lupa juga menambah informasi baru mengenai banyak makan untuk Semesta.

Tiba-tiba saja Jagat teringat akan pesta pernikahan mereka di Bali minggu depan. Pria itu segera bertanya, "Dok, kebetulan minggu depan kita mau terbang ke Bali. Semesta boleh naik pesawat, kan?"

Dokter Ana mengangguk. "Boleh, boleh. Kondisi Bu Semesta dan bayi Bapak serta Ibu juga sangat baik. Nanti saya tulis surat rekomendasi untuk jaga-jaga."

"Kalau pakai heels boleh nggak, Dok?" Semesta ikut bertanya, lalu meringis. "Minggu depan pesta pernikahan saya sama suami. Nanti kalau saya nggak pakai heels bisa-bisa tingginya jomplang kan malu."

"Sebenarnya boleh-boleh saja, tapi tidak disarankan. Cuma kalau memang untuk kebutuhan mendesak tentu saran saya jangan terlalu lama pakai heelsnya." Dokter Ana terkekeh. "Kehamilan Bu Semesta sudah melewati trimester awal, jadi sebenarnya kita sudah melewati masa tegang dan ketakutan awal-awal hamil boleh sedikit dikurangi, tapi tetap berhati-hati. Kalian juga kalau mau berhubungan suami–istri juga boleh loh, asal Bapak tidak terlalu keras-keras."

Sekali lagi mata Jagat berbinar. Ada lampu hijau mendadak muncul di depan matanya. Setelah berminggu-minggu puasa, dia bisa minta jatah. Dia benar-benar rindu di dalam diri Semesta dan merasakan langsung kehangatan serta cinta dari istrinya.

Tiba-tiba saja tangan Jagat dipukul pelas. Dia menoleh. Semesta sedang meliriknya tajam. "Jangan mikir jorok di sini."

Jagat meringis. Sebelum kemudian, mereka pamit undur diri karena sudah selesai pemeriksaan.

Baru saja menduduki mobil sambil menunggu obat diberikan oleh pihak rumah sakit, ponsel Jagat berdering. Saat mengambil ponsel dan membaca siapa peneleponnya, mendadak perasaan pria itu tidak tenang.

"Siapa, Mas?" tanya Semesta seraya melongok ke arah ponsel Jagat. "Daddy? Ngapain dia telepon kamu?"

Jagat mengedikkan bahu. Sejenak dia berdehem, lalu mengangkat panggilan Rafael. "Ya, Dad?"

Crazy Wifey [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang