Chapter 2

2.4K 249 6
                                    

.

Shim Jeewon siapa yang tidak mengenal tokoh konglomeret cukup terkenal di kalangan orang-orang ahli perniagaan maupun politisi. Serta orang-orang tak bernasib baik yang mendapatkan bantuan dari yayasan ditubuhkan olehnya khusus orang kurang kemampuan dalam finansial.

Pribadi dikenal baik, ramah dan mudah berbaur serta senang berbagi ilmu tentang kejayaan dalam setiap bidang diceburi. Menginspirasi anak-anak muda maupun yang sedang merintis dalam meraih kejayaan dalam hidup.

Apatah lagi Jeewon tidak pernah mencampur adukan hal pribadi dengan apa yang harus dikonsumi publik.

Karena tidak pernah mengekpos keluarga di media walaupun sekadar menyebut nama-nama orang terkasih saja tidak pernah terdengar sebegitu privasi kehidupan isi dalam keluarga.

Jika pun ada itu hanya orang-orang tertentu yang rapat atau mengenal baik dengan sosok Shim Jeewon, itu juga bisa terbilang sangat menjaga karena sekadar tahu tapi tidak ketemu.

Seperti itulah Shim Jeewon di mata-mata orang yang mengenalnya.

Konglomeret yang cuma mengekspos hal-hal harus diketahui publik tentangnya soal perniagaan dan apapun berkaitan dengan bidang diceburinya.

Soal isi dalam keluarga atau hal pribadi sekalipun tak pernah melibatkan, sangat dijaga dan terlalu privasi.

Diusia yang sudah menginjak lima puluh dua tahun tidak menghalangi dari terus menebar hal baik untuk semua orang, entah dalam mengembangkan kerjaya maupun kegiatan bantuan kepada orang-orang.

Sejak diusia akhir dua puluhan dan sukses mencapai kejayaan lalu kemuncaknya di kala usia tiga puluhan menjadikan salah satu tokoh di hormati.

Ditambah tidak pernah terdengar kabar buruk tentangnya entah dalam hal Internal maupun umum. Semuanya hanya baik-baik belaka dilihat.

Maka tidak heran meski diusia pertengahan Jeewon masih menjadi andalan dan panutan setiap orang.

Kini sosok itu sedang duduk manis berdua dengan anak semata wayang berbicara banyak hal dan berbagi cerita. Tepat di ruang tengah rumah yang di tempati sang anak.

"Papa harap Jaeyoon nyaman karena apapun ini tempat kelahiran mu dan masa kecil mu dihabiskan di Korea."

Cuma mengulas senyum tipis memahami Jaeyoon tunjukkan.

"Dan kalau ada rasa tak nyaman atau butuh apapun itu bilang sama Papa atau Sunghoon, ya?"

Mengangguk mengerti Jaeyoon. "Tahu, Pa. Aku juga bukan tipe yang memendam, apapun itu aku akan terus terang. Papa kenal aku kan?"

Refleks senyum Jeewon melebar. "Kenal, makanya Papa mewanti-wanti karena tingkahmu itu diluar prediksi."

Sontak tawa kecil Jaeyoon lepas.

Jeewon menggeleng. "Dan soal kuliah Papa sudah urusi, minggu depan Jaeyoon sudah mulai masuk."

Sesaat mengernyit Jaeyoon. "Minggu depan?" Soalnya.

"Eh, kenapa? Jaeyoon butuh waktu lama lagi atau-----"

"Tidak." Cepat disela. "Aku pikir mungkin lusa atau tiga hari aku bakal mulai kuliah, ternyata lama lagi."

Ada mencerna di raut Jeewon. "Oh, Papa pikir Jaeyoon butuh waktu lama lagi seperti ingin istirahat santai atau jalan-jalan dulu nikmati hawa Korea."

Senyum sontak tampak di bibir Jaeyoon. "Iya, rasanya itu tidak buruk juga. Lagi pula sepertinya aku butuh adaptasi."

Balas tersenyum Jeewon. "Ambil waktu sebanyaknya untuk nyaman berada di sini." Sejenak mengerling arloji di pergelangan tangan. "Rasanya Papa harus pergi sekarang." Tubuh jangkung itu berdiri. "Papa ada ketemuan sebentar lagi." Jelasnya pada sang anak yang ikut berdiri sama.

BODYGUARD || sungjake Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang