.Di ruang tertutup terlihat dua orang pria lima puluhan duduk bersebelahan bersama seorang pria duduk di hadapan mereka dengan gurat serius berbicara menyampaikan.
Kedua paruh baya itu saling melirik setelah mendengar semua penjelasan diberi orang bawahan mereka.
"Dipecah masuk?" Pertanyaan ingin memastikan dan dijawab anggukan.
Sekian kali saling berpandangan dua pria itu, berpikir keras.
Pun pria berkumis bersuara. "Kau pasti itu bukan perampokan?"
Terlihat ragu ditanya tapi menjawab was-was. "Aku tidak pasti soal itu, tapi yang aku lihat mereka pecah masuk dan tidak lama setelah itu orang-orang suruhan Jeewon datang."
Lagi, berpikir keras dua pria usia pertengahan itu sampai mengerut dahi.
"Menyerang saat Sunghoon tiada, tapi siapa mereka?"
Ini yang jadi persoalan, sedangkan dari pihak mereka saja cuma sekadar memerhatikan gerak gerik Jeewon serta mengawasi diam-diam anak semata wayang milik pria itu. Sebatas itu.
"Memang siapa lagi musuh Jeewon?" Pria berkumis bertanya bingung.
Dan dibalas tatapan yang sama bingung dari satu pria lain. "Siapa lagi yang bersaing sama dia di dunia kita ini?"
Dunia politik yang ingin mendapatkan gelar ataupun jabatan, berlumba-lumba bersaing dan sudah bukan rahsia umum lagi kebanyakan dari mereka tidak jarang bermain kotor dengan menghalalkan segala cara.
Keheningan itu berlaku cukup lama dengan pikiran menduga siapa dalang disebalik kejadian tadi malam.
.
.
.
Di perpustakaan yang memang senyap sunyi dari kebisingan menjadi tempat Jaeyoon menghabiskan waktu sejenak.
Kepalanya terteleng ke kiri melihat pemandangan luar dari kaca jendala dengan pikiran melalang buana.
Memikirkan setiap penjelasan sang ayah tadi malam, membuat setiap saraf otaknya berpikir keras menerima dan mencerna serta menyimpulkan.
Dari segala bicara ayahnya tadi malam kini Jaeyoon tahu sebab asal muasal sang ibu membawanya pindah ke negeri kelahiran si ibu sendiri, sembilan tahun yang lalu secara tiba-tiba.
Waktu itu Jaeyoon juga tidak memusingkan dan terpikir sama sekali kenapa mereka pindah hanya dengan ibunya saja sedangkan ayah masih di Korea, sibuk oleh kerjaya dibina.
Cukup dengan menjelaskan bahwa sang ibu rindu tanah kelahiran dan ingin tinggal di Australia yang sesekali mereka kunjungi itu, Jaeyoon usia dua belas tahun hanya mengangguk ceria tak sabar ingin menemui hal baru nanti.
Jadi, tiada yang mengundang curiga bahkan selama menjalani hidup hingga ibunya sudah tiada di dunia.
Meskipun selama di Australia ayahnya akan datang berkunjung yang terjadi sesekali mungkin dalam satu tahun ada dalam lima atau enam kali saja. Dan itu juga tak mengundang tanda tanya karena pikirnya memang si ayah sibuk.
Selama itu juga tingkah laku orang tuanya seperti biasa tiada geliat seperti sedang dalam masalah atau perang dingin. Mereka pintar menyembunyikan masalah itu darinya.
Ternyata sembilan tahun lalu, menurut apa yang didengar tadi malam dari ayahnya kalau seorang wanita Jepang datang menemui orang tuanya bersama anak kecil usia sembilan tahun.
Di sana adalah titik dimana Jeewon baru tahu dia memiliki seorang anak dari hasil perjalanan bisnis dilakukan di negara sakura itu yang sempat melakukan satu malam dengan wanita yang sudah tentu dikenali dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
BODYGUARD || sungjake
Fanfiction- dengan segala efeksi, tidak bisa menidakkan perlahan namun pasti perasaan itu ada dan kuat - awalnya disangka ketertarikan Jaeyoon yang menunjukkan secara gamblang pada Sunghoon dipikir cuma sekadar bercanda atau main-main ternyata si tuan muda ya...