.Langkah kaki Sunghoon baru saja menapak di undakan tangga terakhir dari lantai atas dan netra kelam miliknya terus teralih pada sosok di kitchen bar yang baru membuka kulkas mengambil dua botol suju.
Sesaat memaku Jaeyoon begitu netranya ikut melihat Sunghoon. "Aku baru saja ingin memanggilmu." Ujarnya.
Lalu dua botol itu di letak ke meja kitchen bar. "Sini, kita minum bersama." Ajaknya sembari duduk.
Tiada penolakan selain menurut, kaki Sunghoon berjalan mendekat dan ikut duduk di sebrang Jaeyoon yang sedang menuang botol minum itu ke sloki.
Sudah pasti Sunghoon sadar sejak kepergian Jeewon kemarin malam Jaeyoon lebih banyak berdiam diri. Pastinya dia juga tahu apa alasannya tanpa harus bertanya dan menduga mungkin Jaeyoon perlu waktu menerima segala penjelasan Jeewon.
"Kau tahu? Aku merasa semua ini seperti dongeng."
Suara Jaeyoon memecah hening setelah meneguk minuman. "Seperti cerita-cerita di film." Lanjutnya berpias datar menatap Sunghoon yang juga menatapnya, bersiap mendengar.
"Jujur, ini buat aku berpikir tidak semuanya aku tahu tentang orang tuaku."
Jaeyoon menunduk, tangannya memainkan sloki. "Berapa banyak lagi hal aku tidak tahu?" Gumamnya.
Dan diri Sunghoon memilih diam. Tak ingin merespon.
Kembali terangkat kepala Jaeyoon menatap Sunghoon dengan senyum tipis. "Lupakan, pembahasan ini tidak seru." Ujarnya dan menuang lagi minuman di sloki miliknya. "By the way kau pernah berkencan?"
Ditanya tiba-tiba seperti itu tidak membuat Sunghoon kaget tapi sudah sangat terbiasa, mendadak ditodong pertanyaan diluar dugaan dari Jaeyoon.
Kendati, kepala Sunghoon menggeleng.
Lantas menbola mata Jaeyoon. "Biar benar," ucapnya tak percaya. "Mustahil kau tidak pernah berpacaran?"
Dibalas gelengan lagi. "Benar, aku tidak pernah berkencan. Bagiku dalam sebuah hubungan aku tidak suka melibatkan perasaan." Jawabnya.
Mengernyit Jaeyoon. "Berarti kau pernah berhubungan tapi tidak melibatkan perasaan?"
Terhela nafas Sunghoon. "Bukan, maksud hubungan itu dengan orang sekeliling aku, seperti kau dan orang-orang yang aku kenal semuanya aku anggap cuma sebatas kenalan."
Semakin menyipit Jaeyoon. "Kenalan?"
"Iya, sekadar kenal, mau dekat atau tidak. Cuma sebatas itu bagiku."
Jaeyoon terdiam, berpikir keras. "Jadi, kau tidak pakai perasaan?"
Mengangguk cepat Sunghoon.
Malah sinis raut Jaeyoon. "Bahkan saat kau ketemu orang-orang mustahil kau tidak pernah merasakan kalau kau tertarik seperti 'oh, ini tipeku'. Kau tidak pernah merasakannya?"
"Tidak pernah." Laju menjawab yakin.
Terhela nafas Jaeyoon, sukar hendak percaya. "Hidupmu secuek itukah? Sampai perasaan tertarik saja kau tidak pernah merasainya."
Terangkat pundak Sunghoon. "Mau bagaimana? Rasa-rasa seperti itu tidak pernah aku rasakan sekalipun."
Sesaat makin menyipit mata Jaeyoon dan maju lebih dekat ke arah Sunghoon sampai nafas masing-masing terasa di wajah keduanya.
"Seperti ini, kau tidak rasa berdebar?"
Menggeleng kepala Sunghoon.
Yang sejurusnya mendadak bibir Jaeyoon berlabuh di hidung bengir Sunghoon mengecup singkat membuat tubuh Sunghoon sedikit berjengit.
KAMU SEDANG MEMBACA
BODYGUARD || sungjake
أدب الهواة- dengan segala efeksi, tidak bisa menidakkan perlahan namun pasti perasaan itu ada dan kuat - awalnya disangka ketertarikan Jaeyoon yang menunjukkan secara gamblang pada Sunghoon dipikir cuma sekadar bercanda atau main-main ternyata si tuan muda ya...