Chapter 22

3.4K 219 103
                                        

.

Pagi hari lagi sosok Sunghoon nampak sibuk dengan ponsel atau tepatnya sedari bangun pagi lagi ponsel miliknya sudah berbunyi dengan pesan-pesan dari tim miliknya ataupun tim Jeewon.

Tidak terkejut juga dengan berita tiba-tiba yang sedang heboh pagi ini. Sudah bisa menjangka tepatnya.

Bahkan ketika sarapan pagi bersama Jaeyoon geliat tubuh Sunghoon tetap tenang meski di dalam kepala sudah penuh dengan pikiran mengenai hal yang tengah hangat saat ini.

Berbeda seperti hari biasa dimana kelas Jaeyoon selalu pagi hari tapi sekarang di jam sepuluh menuju siang baru mulai kelas pertama karena itu sehabis sarapan Jaeyoon lanjut naik ke atas kamar sedangkan Sunghoon tetap sibuk dengan ponsel memantau berita.

Sekalian berpikir mengenai keputusan yang akan diambil, mengatur rencana dengan pikiran yang mulai kusut. Jujur, saat ini Sunghoon dilanda delima di keadaan Jeewon yang lagi hangat dibicarakan dengan judul menarik bahwa Shim Jeewon memiliki anak diluar nikah terbukti dengan anak yang tidak dipublik memberi keterangan.

Mengetahui sendiri bagaimana rencana diatur Jeewon membuat Sunghoon gundah oleh situasi saat ini. Menimbang-nimbang keputusan seperti apa akan dia ambil buat sekarang.

Karena apapun Sunghoon juga punya rencana, hal ini sudah bisa diduga. Mendekati hari pengundian pasti ada sesuatu yang bisa menghambat Jeewon.

Namun dipikiran Sunghoon saat ini adalah keraguan karena apapun keputusan yang diambil termasuk terus merencanakan sendiri tanpa harus melibatkan orang lain selain Jaeyoon.

Berpikir keras tentang arah tujuan mana harus dilakukan karena bisa mengancam kehidupannya nanti.

Kendati pikiran Sunghoon yang melalang buana dipenuhi kekusutan terpecah oleh langkah kaki Jaeyoon yang turun bersama senyum merekah saat pandangan mereka bertemu.

Tampaknya Jaeyoon telah bersiap untuk ke kampus. Tidak sadar jam
hampir menginjak pukul sepuluh pagi.

Namun bukan itu yang menarik perhatian Sunghoon selain wajah sumringah Jaeyoon seakan penuh kecerahan, berbinar-binar senang saat tatapan mereka masih bertaut.

"Ayo, pergi." Bahkan dari nada suara saja terdengar ceria, menggebu-gebu.

Sedangkan sosok Sunghoon yang masih duduk di sofa mendongak menatap Jaeyoon yang berdiri menjulang di depannya sebelum sedetik dirinya ikut berdiri, berhadapan.

"Bahagia sekali nampaknya."

Lantas berkerut dahi Jaeyoon oleh celetukan Sunghoon. "Hah?" Bingungnya, tak paham. "Bukan aku memang seperti ini selalu bahagia jika ada di dekatmu."

Menunduk sedikit Sunghoon, mencoba tak terganggu dengan bicara manis Jaeyoon yang ke belakangan ini mengusik hatinya. Namun diingat lagi memang kenyataan selama mereka bersama Jaeyoon selalu punya cara untuk bahagia bersamanya. Senyum dibibir sumringah dan mata berbinar tak pernah luput.

"Kau sudah tahu berita yang sekarang?"

Mengangguk saja Jaeyoon. "Iya, bahkan waktu aku pegang ponsel tadi pagi dan buka sosial media sudah penuh sama berita ayahku." Lanjutnya santai, menatap Sunghoon yang seolah heran melihat reaksinya. "Kalau kau bertanya apa aku kaget? Tentu tidak, aku sudah bisa menduga waktu Riki bertanya soal membalas perbuatan jahat seseorang."

Nampak raut memahami di wajah Sunghoon yang sejurus Jaeyoon melanjut bersuara sedikit menggebu.

"Pantas, untuk ayahku. Biar orang tahu dia juga punya anak luar nikah yang coba disembunyikan. Kalau aku di tempat Riki? Aku juga pasti melakukan hal yang sama." Ujarnya, kemudian melanjut agak emosi. "Tapi sebelum itu terjadi pasti dari awal lagi aku sudah melakukan pembalasan. Tidak mungkin aku biarkan orang yang menindasku dan ibuku hidup tenang apalagi kejadiannya aku lihat dengan mata kepalaku sendiri."

BODYGUARD || sungjake Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang