.Motor dikendarai Riki berhenti tidak jauh dari mini market, sebelum pulang ke rumah setelah di kampus singgah sebentar karena tadi ibunya sempat mengirim pesan membeli beberapa bahan untuk di masak nanti malam.
Tapi sejak motor keluar dari kampus sampai tiba di sini mata Riki sudah antisipasi pada sebuah mobil mewah. Awalnya mengira mungkin arah jalan mereka sama namun mobil itu ikut berhenti tepat di sebelah motornya apalagi baru saja Riki membuka helm orang dibalik kemudi keluar dan terus mendekat tepat di sampingnya.
"Bisa minta waktu sebentar?"
Mengerut dahi Riki mendengar soalan dari pria itu belum juga dia buka mulut suara itu kembali mengalun pelan.
"Ini tentang Shim Jeewon."
Lantas terpaku Riki, menatap sedikit kaget pada sosok di depannya apalagi setelah itu kembali melanjut membuatnya langsung memahami.
"Kalau kau tidak keberatan, mari masuk di mobil ketemu sama Song Wojin, dia ingin bicara denganmu."
Sejenak netra Riki melirik mobil bersebelahan dengan motornya, berkedip ragu ingin menurut namun kakinya tetap turun dari motor mengikuti pria yang memintanya buat masuk ke dalam mobil.
Tanpa keraguan sama sekali Riki memasuki ketika mobil dibuka dan di dalam pria paruh baya terlihat tersenyum lebar menyambutnya.
"Jangan khawatir, aku hanya ingin berbicara denganmu sebentar."
Sudah tentu mengerti Riki, tidak menaruh curiga kemungkinan dirinya dalam bahaya. Cukup melihat sekitar mereka yang berdekatan mini market, tempat khalayak ramai serta orang yang bercakap dengannya tadi menunggu di luar membiarkan mereka berdua di dalam mobil.
"Pasti, setelah mengetahui namaku dan melihatku sendiri kau sudah tahu maksud yang ingin aku bicarakan."
Berkedip sesaat, sebelum hanya mengangguk singkat Riki dan Wojin tersenyum semakin lebar.
"Ternyata mudah berurusan denganmu." Kekehnya, senang. "Kalau begitu aku langsung ke tujuan kenapa kau ada di sini?" Berdehem, memasang raut ramah. "Ini tentang ibumu, Hinari. Soal dia yang ingin menuntut hak mu sembilan tahun yang lalu."
Masih memeta datar Riki, tidak memberi reaksi karena sudah bisa menduga hanya dengan mendengar nama dari pesaing Jeewon dalam menjabat jabatan wali kota dalam masa terdekat. Dan bisa juga tahu tujuan percakapan ini terjadi.
"Aku cukup sulit mendapatkan informasi ini, untungnya pengacara pertama ibumu dulu yang sempat bersetuju mau memberi kerjasama." Berbinar teruja Wojin masih terus mengulas senyum. "Jadi, kau juga ingin memberi kerjasama?"
Berwajah seakan tak mengerti Riki, padahal tahu maksud disebaliknya. "Kerjasama?"
Mengangguk cepat Wojin. "Iya, kerjasama, mengumpul lebih banyak barang bukti bahwa Jeewon punya anak diluar nikah."
Seperti dugaan Riki, pun wajahnya masih termeta datar, tak bereaksi.
"Aku tahu? Kau juga pasti menginginkan ini, kejatuhan Jeewon atas perbuatanya padamu dan ibumu." Mulai memberi penjelasan Wojin sekaligus penawaran. "Aku tidak akan mengekspos mu di publik begitu juga ibumu. Tapi sekadar bukti kalau memang Jeewon punya anak luar nikah apalagi skenario cerita tentang dulu sempat ingin menuntut hak anak tapi Jeewon menggunakan kuasanya agar tidak terangkat dipublik apalagi dipengadilan."
Tampak puas Wojin melihat wajah datar anak di depannya ini mulai terlihat berpikir, seperti mulai terhasut.
"Dengan begitu, bukankah Jeewon akan jatuh citra baiknya selama ini? Itu juga bisa menjadi pengajaran baginya selama ini atas apa yang dia lakukan padamu maupun ibumu."
KAMU SEDANG MEMBACA
BODYGUARD || sungjake
Fanfiction- dengan segala efeksi, tidak bisa menidakkan perlahan namun pasti perasaan itu ada dan kuat - awalnya disangka ketertarikan Jaeyoon yang menunjukkan secara gamblang pada Sunghoon dipikir cuma sekadar bercanda atau main-main ternyata si tuan muda ya...