Chapter 16

2K 167 19
                                    


.

Mobil yang sudah sangat sinonim terlihat di parkiran kampus, mobil yang siap tepat waktu mengantar jemput. Sunghoon mengedarkan pandangan di sekeliling melalui kaca jendala mobil baru dia menoleh pada Jaeyoon di samping yang bersiap untuk keluar.

Belum juga Jaeyoon ingin membuka pintu mobil duluan tangan Sunghoon memegang pergelangan tangan itu.

"Ingat, jika kau merasa ada sesuatu yang aneh langsung telepon aku."

Helaan nafas panjang Jaeyoon, kalimat peringatan dari Sunghoon saat mereka dalam perjalanan kembali terdengar.

"Aku tahu, lagipun orang-orang ayahku masih mengawasiku. Kenapa kau lebih protektif sekarang?" Ini sedikit memberi kebingungan pada Jaeyoon. Kalimat memperingati Sunghoon akan keadaan baru saat ini masuk di gendang telinganya. Sebelum ini biasa saja seolah semua dalam penjagaan.

"Tidak, hanya saja mau kau lebih aware tentang sekelilingmu."

Melengos saja Jaeyoon, kalau boleh jujur sejak kemarin tepatnya diawal pagi hari itu Jaeyoon sadar satu hal, Sunghoon lebih banyak memerhatikannya. Ditambah kalimat menyentuh pria itu tentang keinginannya kembali ke Australia, entah itu terdengar sangat menyakinkan.

Seakan jika semua nanti selesai, Sunghoon akan tepati kata-katanya.

Karena itu juga Jaeyoon merasa tenang dan selamat. Percaya kalau itu akan Sunghoon buktikan nanti. Maka yang perlu itu hanya menunggu dan percaya dengan Sunghoon saja untuk saat ini.

"Aku tahu mengurusinya, tak perlu kau khawatir berlebihan."

Nampak tak setuju Sunghoon "Khawatir apanya----"

"Iya khawatir, tak usah menyangkal. Aku tahu kau khawatir dan sayang denganku. Tidak perlu berdalih."

Hanya helaan nafas saja Sunghoon, mendengar dan melihat angkuhnya Jaeyoon dengan tingkat kepercayaan diri yang melambung tinggi.

Sesaat mendekat Jaeyoon, hampiri wajahnya dengan wajah Sunghoon yang tak bergeming bersama jarak yang terlalu dekat bahkan nafas mereka terasa di wajah masing-masing.

"Aku mulai merasakan, kalau kau sudah jatuh-sejatuhnya dengan pesonaku."

Cuma berkedip tak ingin peduli Sunghoon, seperti biasa membiarkan bicara melantur yakin Jaeyoon itu.

"Hanya tunggu waktu sedikit lagi, untuk kau tunjukkan betapa berharganya aku bagimu." Tatapan mata Jaeyoon sangat dalam menghunus netra Sunghoon. "Saat itu datang, kau sudah tak bisa menyangkal dan lepas dariku."

Lalu dengan santai Jaeyoon mengecup bibir Sunghoon, menempel untuk hitungan detik baru dilepaskan diselangi senyum mengembang lebar. "Pagiku indah sekali." Cicitnya.

Sejurus itu langsung membuka pintu mobil, keluar dan berjalan dengan hati berbunga-bunga senang.

Kedua iris Sunghoon memandang kepergian Jaeyoon, mengambil nafas akan segala bicara Jaeyoon yang buat dirinya tak habis pikir.

Padahal wajar untuknya khawatir, dia berkerja untuk keselamatan Jaeyoon, semua tingkahnya memastikan Jaeyoon aman dalam penjagaan murni karena kerja.

Pun tak ingin memusingkan, Sunghoon kembali mengendarai mobil miliknya. Ada hal penting lagi yang harus diurus.

Tentang rencana yang sudah diatur sebaik mungkin. Berjaga-jaga memastikan semuanya dalam keadaan baik sesuai rencana dan siap melancarkan aksi, mengantisipasi kejadian di kemudian hari nanti.

Sedangkan sosok Jaeyoon yang lagi dirundung kesenangan namun tak bisa menampik masih ada rasa mengganjal soal kejadian kemairn. Walau apapun, itu agak memberi tamparan baginya, bahwa sosok sang ayah selama ini dilihat baik, penyayang, dan mengasihi tapi ternyata sebaliknya. Diluar sana ada sisi lain dari ayahnya, yang berbuat seenaknya untuk memenuhi keinginan.

BODYGUARD || sungjake Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang