Chapter 10

2.1K 218 18
                                    

.

Diwaktu yang masih muda, tepat jam delapan malam setelah mengisi perut, memilih untuk berjalan-jalan atau lebih tepatnya sedari pulang dari kampus lagi Jaeyoon menyuruh Sunghoon untuk membawanya ke mana saja.

Dia perlu sesuatu untuk menyegarkan pikiran dari hal yang membuat kepalanya kepikiran terus menerus.

Dibuat kusut dan pusing akan segala bicara Riki tentang ayahnya.

Terus terang, Jaeyoon diposisi seakan orang yang tak tahu apa-apa tentang ayah kandungnya sendiri.

Selama ini melihat dibalik layar kaca dan berita-berita baik soal Jeewon serta pelayanan si ayah juga sangat baik untuknya selama ini karena belum pernah lagi ayahnya memarahinya atau menunjukan sisi buruk di depannya.

Apa yang terlihat di televisi dan orang-orang yang mengetahui Jeewon seperti itu juga Jaeyoon melihat ayahnya karena memang seperti itu tingkah sopan dan wibawa sang ayah.

Tiada yang berbeda semuanya sama.

Apa benar itu cuma topeng?

Seperti dikatakan Riki.

"Hei,"

Lamunan pecah ketika mata melihat pemandangan di depan menyajikan laut luas dengan angin bertiup sepoi seraya duduk di salah satu kursi disediakan di taman sungai Han.

"Ini," tangan Sunghoon menyerahkan kopi yang dibelinya tadi atau lebih tepatnya disuruh Jaeyoon.

Menyambut huluran cup minuman itu dan langsung dihirup pelan-pelan Jaeyoon masih terus memandang laut.

Sunghoon di samping melakukan hal yang sama, menyeruput perlahan minuman hangat itu dengan tatapan lurus ke depan.

"Sunghoon,"

Bisikan panggilan Jaeyoon menarik kepala Sunghoon menoleh di sebelah.

"Kalau aku bertanya tentang ayahku denganmu? Apa kau akan menjawab jujur?"

Sesaat mengernyit dahi Sunghoon. "Tentang apa?"

Terdiam kaku Jayeoon.

Iya, tentang apa?

Apakah langsung ke inti bahwa sebenarnya itu ayahnya jahat? Atau ceritakan apa yang Riki bilang kepadanya?

Jaeyoon bingung sedetik, sebelum menoleh pada Sunghoon. "Ayahku seperti mana orangnya?"

Jelas sekali kerutan di dahi Sunghoon. "Ayahmu?" Bertanya memastikan.

Mengangguk Jaeyoon. "Iya, seperti mana dia saat bersamamu?"

Mengerjap sejenak yang kemudian Sunghoon bersuara. "Seperti kau lihat, orang yang aku hormati dan Tuan Jeewon juga sangat menghargai orang yang berkerja dengannya."

Meski raut muka Jaeyoon datar tapi matanya sangat menelisik mengamati gurat wajah Sunghoon saat berbicara.

"Ayahmu seorang yang sangat tekun dalam melakukan suatu hal, sama seperti yang kau lihat di media, sangat berwibawa dan sosok yang baik kepada semua orang tanpa memilih kasta."

Ada raut mencerna dari Jaeyoon sebelum kepalanya mengangguk kecil dan kembali melihat ke depan. Menyembunyikan wajah curiganya akan semua bicara Sunghoon yang tidak dapat dilihat kebenarannya.

Nampak sekali Sunghoon berjaga-jaga dalam berkata, Jaeyoon tahu.

Kendati, memilih menghirup kembali kopi di tangan sambil melihat laut. "Berarti memang ayahku orang baik."

Cicitnya, melirik Sunghoon diam-diam melalui ekor mata yang mengangguk mengiyakan dengan wajah datar.

"Kau tidak bingung atau curiga? Aku bertanya seperti ini?"

BODYGUARD || sungjake Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang