Chapter 23

2.2K 144 14
                                    

.

Berita yang menggemparkan pagi itu telah lebih dua puluh empat jam berlalu menjadi topik hangat perbicaraan di mana-mana, terutama media sosial.

Lebih kurang dua minggu masa pengundian terjadi sosok pencalonan malah tertimpa berita yang tak mengenakan bahwa selama ini memiliki anak luar nikah tanpa pengetahuan.

Apalagi makin banyak rumor beredar asumsi banyak orang ditambah diyakini dengan media ikut turut sama meramaikan kalau bisa saja ini termasuk perselingkuhan. Rumor demi rumor banyak keluar dari orang-orang yang berasumsi, tentunya tidak baik.

Namun orang yang lagi hangat dibicarakan tidak memberi sebarang pernyataan, kekal berdiam diri hingga kini sudah lebih dari dua puluh empat jam. Si empu diri memilih diam.

Dan diamnya itu semakin membuat publik yang mengenal baik sosok Shim Jeewon tertanya-tertanya dan tak sabar menunggu pernyataan resmi.

Hingga pada pukul siang, akhirnya ada titik kenyataan dari pihak Jeewon bahwa bakal mengadakan konferensi pada sore hari nanti tepat jam enam petang.

Jaeyoon yang melihat berita itu dibuat mengernyit, menduga-duga. Pernyataan seperti apa yang bakal keluar dari mulut ayahnya. Ditambah keadaan dirinya dan Sunghoon tak muncul di mana-mana masih berada di apartment Sunghoon sejak keluar di rumah dengan menghilang dari dipantau secara diam-diam, pastinya ponsel Sunghoon berbunyi beberapa panggilan dan pesan dari tim Jeewon. 

Namun tidak digubris dan sampai sekarang belum ada apa-apa dari Jeewon bertanyakan hal sama. Mungkin sibuk dengan rencana diatur bagaimana merespon berita yang sedang dibicarakan saat ini.

"Apa kau tahu apa yang akan ayahku lakukan sekarang?"

Pertanyaan dilontar saat mereka berdua berada di ruang tengah, duduk di sofa dengan televisi menyala. Ketika ini jam telah menunjuk pukul lima petang.

Mengulum bibir sesaat Sunghoon, mengingat apa yang disiapkan Jeewon dalam menarik publik untuk pencalonan nanti. "Entah, aku juga tidak bisa prediksi seperti apa rencana ayahmu sekarang."

Jaeyoon menghela nafas, lebih seharian mereka di sini, apartment Sunghoon dan sudah juga membicarakan rencana apa yang Sunghoon usulkan serta bagaimana hubungan mereka ke depannya nanti.

Mereka telah bicarakan matang-matang, karena ini termasuk hal yang sangat serius apalagi Sunghoon juga siap meninggalkan kerja yang dijalani bersama Jeewon ketika ini.

Dalam arti lain Sunghoon mengikuti apa yang Jaeyoon rencanakan soal kehidupan baru mereka di Australia.

Namun untuk mencapai ke arah itu mereka harus menghadapi Jeewon dulu karena tidak mungkin Jeewon melepaskan Sunghoon begitu saja setelah mereka punya kesepakatan yang saling menguntungkan selama tiga tahun ini ditambah dengan Jaeyoon yang turut ingin lepas dari ayahnya untuk ke Australia pasti itu bukan hal yang mudah apalagi tentang hubungan mereka berdua semakin sangat-sangat tak mungkin Jeewon membiarkan begitu saja.

Pastinya ada saja ulah yang bisa membuat mereka tidak berkutik dan hal ini yang buat mereka berpikir keras.

"Tak mungkin juga ayahku akan membantah selain dari mengiyakan." Celetuk Jaeyoon menatap Sunghoon. "Buktinya tidak bisa disangkal, tapi aku rasa dia pasti punya rencana."

Sunghoon balas menatap lelah, jujur dia diposisi yang tahu apa rencana disiapkan Jeewon untuk pencalonan ini. Oleh itu otaknya juga berpikir dari tadi. "Rasanya rencana ayahmu berubah."

Berkerut dahi Jaeyoon. "Berubah? Rencan apa----"

Bunyi dering ponsel menginterupsi, cepat kepala Jaeyoon mengarah pada meja, terletak ponsel miliknya. Melihat nama pemanggil makin membuat keningnya berlipat, bingung.

BODYGUARD || sungjake Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang