.
Satu hal yang Jaeyoon sadar tentang Sunghoon sejak malam dimana mereka membeli ponsel baru berakhir dengan percakapan di pinggir jalan saat itu. Percakapan yang membawa seperti ada sekelumit harapan impian yang Jaeyoon idamkan bersama Sunghoon bisa terwujud meski masih abu-abu.
Walaupun tidak diucapkan secara gamblang hanya kiasan kata tapi cukup buat Jaeyoon tahu, Sunghoon juga mengharapkan hal yang sama hanya saja keadaan tidak memungkinkan. Posisi keduanya bukan seharusnya punya keinginan seperti mana yang Jaeyoon impikan, itu tidak seharusnya.
Mereka bukan ditempatkan dalam keadaan jika ingin memiliki hubungan antar satu sama lain bisa terus diresmikan tanpa berpikir panjang. Di sini mereka sama-sama tahu, itu bukan hal yang mudah terlebih sosok keluarga penting dihidup Jaeyoon pastinya tidak mungkin membiarkan begitu saja.
Meskipun nyali Jaeyoon sangat besar bahkan terlalu berani untuk menentang namun setelah melihat seperti mana sosok ayahnya malam itu, dia harus berpikir lebih matang dan serius tanpa harus terburu-buru dalam mengambil langkah. Agar apa yang diingini tidak berakibat fatal sampai sukar meraih apa yang diimpikan.
Jadi, di sini masing-masing tahu meski tidak pernah dibicarakan tapi sadar mereka harus sabar dan menunggu waktu yang tepat untuk bergerak mengambil keputusan bagaimana arah hubungan ini dibawa nanti.
Dan sejak malam itu juga Jaeyoon sadar sikap Sunghoon ada perubahan bukan berubah oleh sifat kaku dan dingin itu memang masih sama tapi dalam memperlakukannya. Meski tetap persis selalu menurut dan lalukan apapun yang diinginkan tapi kini ada kehangatan tidak terpatri oleh kerja.
Sesuai rencana kalau hari ini mereka akan berkunjung ke satu tempat, itu juga bersebab karena kelas Jaeyoon hari ini cuma sampai pukul tiga petang oleh itu kemarin Jaeyoon meminta Sunghoon untuk mencari tempat buat dia menyenangkan diri sekaligus bermain.
Tak tahu pula tempat yang Sunghoon tentukan malah panti asuhan. Tidak masalah bagi Jaeyoon malah dirinya merasa sudah lama tidak berkunjung ke tempat seperti itu karena terakhir kali ketika masih berada di Australia tepatnya saat sang ibu masih hidup.
Tidak jarang Ainsley selalu membawa Jaeyoon berkunjung di berbagai tempat yang dihuni oleh anak-anak kurang beruntung malah sejak kecil ibunya sudah mengenalkannya pada situasi dimana tidak semua hidup senang.
Ketika ini mobil berhenti tidak jauh dari sebuah rumah berlantai dua dengan papan sederhana terletak tepat di hadapan rumah yang melekat di dinding menyatakan nama panti itu.
Sunghoon maupun Jaeyoon saling pandang sambil melirik rumah dengan mereka masih di dalam mobil.
"Sudah cukup lama aku tidak ke tempat seperti ini, terakhir kali bersama ibuku." Gumam Jaeyoon memberitahu.
Sunghoon di samping melirik sekilas. "Sama, aku jarang ke tempat seperti ini."
Mendadak merekah senyum Jaeyoon. "Memang benar jodoh cerminan diri."
Hanya beriak tanpa arti Sunghoon melihat Jaeyoon tertawa lucu. Lebih memilih keluar dan terus membuka pintu jok belakang mengambil beberapa paper bag berisi roti, berbagai rasa.
Jaeyoon ikut menyusul, turut mengambil paper bag, karena memang cukup banyak hampir sepuluh kantong.
Lalu hampir bersamaan mereka berdua berjalan menghampiri rumah panti itu dimana semakin dekat langkah kaki maka terlihat ada beberapa anak laki-laki maupun perempuan berada di perkarangan rumah sedang bermain.
Sosok wanita yang memang sudah mengetahui kedatangan diberitahu Sunghoon tadi malam dan sedang menunggu tidak jauh dari pintu rumah yang memang selalu dibuka lebar itu kini melangkah cepat menuju pagar rumah saat melihat kelibat Sunghoon.
KAMU SEDANG MEMBACA
BODYGUARD || sungjake
Fanfiction- dengan segala efeksi, tidak bisa menidakkan perlahan namun pasti perasaan itu ada dan kuat - awalnya disangka ketertarikan Jaeyoon yang menunjukkan secara gamblang pada Sunghoon dipikir cuma sekadar bercanda atau main-main ternyata si tuan muda ya...