Chapter 5

2.3K 229 9
                                    


.

Hampir sebulan menjalani kehidupan sehari-hari di negera Kimchi itu, apa yang Jaeyoon pasti mata-mata suruhan sang ayah masih setia mengawasi.

Tiada yang berubah sama seperti berada di Australia, itu juga dimaklumkan sendiri oleh ayahnya jika itu cuma memastikan keselamatannya maupun ibunya selama jauh dari jangkauan si ayah.

Maka sudah terbiasa diperhatikan dari jauh. Di kehidupan dijalani selama ini.

Tapi sekarang bahkan telah berada di Korea, Jaeyoon sadar mata-mata suruhan ayahnya masih sama selalu memerhati dari kejauhan meski ada Sunghoon bersamanya.

Orang-orang itu Jaeyoon hapal, cukup dikenal mukanya dan tidak jarang juga menyadari Sunghoon diam-diam berkomunikasi dengan mereka.

Ini cukup menghantar penasaran bagi Jaeyoon, seberapa bahaya ataupun harus waspada sebegininya sampai keselamatannya terjaga seperti ini.

Padahal kalau dilihat sebagai tokoh konglomeret yang memang seharusnya dijaga seperti kebanyakan, ini sudah biasa saja dan sangat wajar.

Dijalani oleh orang-orang berpengaruh.

Meskipun dirinya terlihat tidak peduli seolah menerima apa saja sang ayah lalukan untuk dirinya. Tapi jujur dalam hati ikut menyimpulkan dan ingin tahu.

Ketika ini Jaeyoon yang mengenakan piyama biru laut serta Sunghoon di sebelah cuma mengenakan kaos oblong hitam senada dengan celana training.

Keduanya duduk di sofa menonton televisi memaparkan berita dan di layar kaca itu ada sosok Shim Jeewon yang sedang di beritakan tentang pencalonan buat menjadi salah satu petinggi penting di kota Seoul.

Terlihat gagah Jeewon berucap di depan awak media dan orang-orang. Terlihat sangat berwawasan dan berwibawa.

Terus terang Jaeyoon tak bisa pungkiri sisi lain ayahnya saat ini sangat padan untuk dikagumi orang-orang.

Tak heran masih terus berjaya dalam memajukan masyarakat dan negara. Menjadi sosok terpuji dan di idolakan.

Sesaat kepala Jaeyoon menoleh pada Sunghoon di sampingnya yang tengah fokus melihat televisi. Berdehem sedikit kuat untuk menarik atensi dan memang otomatis kepala Sunghoon terus terarah padanya.

"Rasanya aku sudah ingin berteman dengan orang di kampus."

Sedikit naik satu alis Sunghoon. "Bagus, kalau begitu. Heeseu----"

"Bukan." Cepat disela Jaeyoon. "Kau ini menyebut Heeseung terus? Kau suka dengannya, ya?" Menyipit matanya tak suka. "Tidak bisa, kau hanya boleh menyukaiku." Tekannya.

Cuma reaksi datar Sunghoon, padahal dia menyarankan untuk berteman dengan Heeseung juga karena sudah mengulik kehidupan pria itu sampai ke akar dan memang hidup Heeseung normal seperti kebanyakan. Punya keluarga harmonis penuh hangat.

Apalagi karakter Heeseung yang baik setelah meneliti lebih dalam. Jadi, tidak perlu mengkhawatirkan Jaeyoon jika ingin berteman dengan Heeseung.

Masih terus melotot, sekali lagi Jaeyoon menekan memberi ancaman. "Kau itu milikku, tidak bisa menyukai siapapun selain aku, mengerti?"

Hanya menghela nafas tak ingin peduli, Sunghoon menyuruh Jaeyoon melanjutkan kalimat di awal.

Tapi hanya dengus lesu, Jaeyoon menyahut. "Aku sudah tidak mood. Kau merusaknya." Menjeling tajam mencoba menarik Sunghoon untuk coba memujuk tapi malah dianggap seadanya menerima dia tak lanjut bercerita.

Lagi dengus kasar Jaeyoon, tiada yang bisa diharapkan. "Aku tadi ketemu sama pria asing."

Kini lolos menarik minat Sunghoon yang terus menatap fokus pada Jaeyoon.

BODYGUARD || sungjake Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang