Sepanjang perjalanan menuju rumah Kinara, tidak ada satupun dari mereka yang membuka suara. Jean membiarkan Kinara untuk menenangkan dirinya yang sesekali masih mengeluarkan air mata. Setidaknya saat ini ia merasa jauh lebih lega karena Kinara sudah menangis cukup lama dipelukan Yasselyn. Dan selama itu Jean menunggu dengan sabar membiarkan Kinara melepas sesak yang selama ini ia pendam bersama Bunda nya.
Hanya membutuhkan waktu sekitar 20 menit hingga akhirnya mereka berdua sampai di kediaman Kinara. Jean menoleh pada Kinara yang masih terdiam entah apa yang dipikirkan olehnya hingga ia tidak menyadari bahwa mereka sudah sampai tepat didepan rumahnya.
"Ra?" panggil Jean membuyarkan lamunan Kinara.
"Hmm??"
"Udah sampe ra.." ucap Jean dengan lembut pada Kinara yang masih menatapnya bingung.
"Ohh iya sorry.." ucap Kinara setelah menyadari bahwa mereka sudah sampai sejak tadi. Ia segera melepas safety belt yang masih melingkar pada tubuhnya dan bersiap untuk keluar dari mobil Jean.
"Thanks ya Je.." ucap Kinara lalu bergerak hendak membuka pintu mobil. Namun pergerakannya terhenti karena tiba-tiba Jean menahan lengannya.
"Wait.." Jean mengeluarkan sesuatu dari dalam dashboard mobil dan memberikannya pada Kinara.
"Loh kok dikasih ke gw?" tanya Kinara dengan raut wajah bingungnya. Jean memberikan barang yang mereka beli bersama sepulang sekolah tadi. Barang yang Kinara bantu pilih sesuai permintaan Jean.
"Lo lupa?"
"Hah? lupa apaansi? ini yang tadi siang gw bantu pilihin kan? trus kenapa dikasih ke gw??" tanya Kinara masih belum menyadari apa yang dimaksud Jean.
"Gw beli itu emang buat lo Kinara. Lo gainget yang gw janjiin tadi siang di UKS?" tanya Jean untuk kesekian kalinya memancing ingatan Kinara. Jean menghela nafas pelan melihat Kinara yang masih terdiam mencoba memahami apa yang dimaksud olehnya.
Perlahan Jean menarik lengan kiri Kinara dan melipat asal seragamnya untuk menampakkan bekas luka di pergelangan tangannya.
"Jangan gambar disini lagi.." ucap Jean seraya mengelus lembut bekas luka tersebut. Sekarang Kinara ingat dan paham apa yang dimaksud Jean. Ia merasa sangat bodoh karena baru menyadari tujuan Jean membawanya untuk membeli buku gambar tersebut. Bisa-bisanya ia lupa ketika Jean sendiri mengingatnya dengan baik dan benar-benar menepati ucapannya.
Kinara tersenyum tipis dan menerima buku gambar tersebut dari genggaman Jean. Hatinya terasa begitu hangat melihat perhatian kecil yang diberikan Jean baginya. Lalu tiba-tiba Jean mengulurkan telapak tangannya pada Kinara.
"Handphone lo." Kinara tidak protes dan segera memberikan ponsel nya pada Jean. Ia bisa melihat bahwa Jean menyimpan nomor teleponnya di kontak Kinara.
"You can call me anytime. " ucap Jean seraya menyerahkan kembali ponsel Kinara.
"Thanks a lot Je.." Jean mengangguk dan tak lama kemudian mereka benar-benar berpisah. Kinara memasuki pekarangan rumahnya terlebih dahulu meninggalkan Jean yang masih memperhatikan Kinara hingga hilang dari pandangannya.
🌃🌃🌃🌃🌃🌃
Sesaat setelah Kinara membuka pintu utama ia disambut oleh Irene yang telah menunggunya pulang sedari tadi. Irene tidak sendiri, Kinara mengalihkan pandangannya pada sosok lelaki yang berada tepat di belakang Irene. Sebenarnya Kinara sudah menduga bahwa lelaki itu masih menetap di rumah nya karena saat memasuki pekarangan rumahnya, ia mendapati sebuah mobil yang tidak ia ketahui terparkir di halaman depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
INEFABLE
Teen FictionJean dan Kinara akan memperkenalkan kalian pada sebuah takdir yang begitu kejamnya merusak kebahagiaan dua orang remaja yang hanya ingin bahagia bersama.