24

116 9 1
                                    

"Ra gw mau bersih-bersih dulu sekalian ganti baju ya, lo duluan aja tunggu di mobil, gapapa kan?"

"Ohhokay." Jean pun menyerahkan kunci mobil nya pada Kinara.

"Janji gaakan lama.." ucap Jean memberi kepastian.

"Santai aja gausah buru-buru.." Kinara pun pergi menuju area parkiran.

Sembari menunggu Jean, Kinara menyibukkan diri dengan bermain dengan ponsel nya. Setelah pertemuannya dengan Jeffry beberapa hari yang lalu Kinara terus bertanya-tanya tentang mengapa hingga detik ini sang kakak sama sekali tidak menghubunginya. Ia memang mengatakan dengan jelas dan penuh yakin dihadapan Irene bahwa ia sudah tidak memedulikan Jeffry. Tapi percayalah, bagaimanapun ia adalah sosok kakak yang selama ini selalu Kinara rindukan. Semua kenangan indah di masa kecil membuatnya begitu sulit menerima kenyataan bahwa kini hubungan keduanya sangat renggang.

Meski tipis, tapi Kinara tetap berharap bahwa Jeffry akan menghubunginya, terlebih setelah pertemuan terakhir mereka kala itu. Hari demi hari,  Kinara justru dibuat semakin kecewa akan harapan kecil nya yang tak kunjung terwujud. Jeffry tidak pernah menghubunginya sama sekali, hingga detik ini.

Ditengah lamunannya tiba-tiba ada panggilan masuk dari Jean.

"Halo Je, kenapa?"

"Tolong bukain pintu nya mba.." ucapnya sembari kembali mengetuk jendela di sebelah Kinara.

Tanpa ia sadari ternyata sejak tadi Jean sudah berdiri disana mengetuk jendela mobil berharap Kinara menyadari keberadaannya. Namun Kinara terlalu larut dalam lamunannya hingga tidak menyadari hal tersebut.

"Ohyaampun sorry sorry.." Kinara pun bergegas membuka pintu mobil.

"Udah lama banget? sorry je.." ia merasa bersalah mengetahui bahwa Jean sudah beberapa kali mengetuk jendela namun tak ia sadari sama sekali karena sibuk melamun.

"Gapapa santaii, belom lama kok.. tapi lo gapapa kan? ampe bengong gitu, lamunin apa?"

"Ngga ngelamun, gw lagi fokus nonton youtube tadi hehe.." bohongnya. Kinara tidak ingin membicarakan masalahnya dan merusak suasana diantara mereka.

Jean sudah sangat terbiasa dengan gelagat Kinara yang begitu kentara setiap kali ia berbohong. Tapi ia tidak ingin memaksa Kinara untuk bercerita.

"Mau makan dimana nih? katanya mau makan di tempat lain?" celetuk Kinara berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Ke taman deket sini aja mau ga?"

"Boleh, ayo!" keduanya pun pergi menuju sebuah taman yang berjarak tak jauh dari tempat pertandingan basket tersebut. Hanya membutuhkan waktu 15 menit hingga akhirnya mereka pun sampai disana.

Tidak terlalu ramai, namun juga tidak begitu sepi. Udara nya pun sejuk, sangat nyaman untuk menghabiskan waktu senggang bersama keluarga, pasangan, dan orang terkasih.

"Wahh pas banget cuaca nya lagi bagus, ga terlalu rame pula.." ucap Kinara menghela nafas lega saat keluar dari mobil sembari mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru taman.

Jean turut menatap sekeliling taman untuk mencari tempat yang nyaman bagi mereka, "Duduk disana yuk!" ajak nya sembari mengulurkan tangannya kepada Kinara. Tanpa berpikir panjang Kinara pun menerima uluran tangan tersebut dan berjalan menuju tempat yang Jean tunjuk..

"Nih nasi bungkusnya.." ucap Kinara sembari memberikan satu nasi bungkus yang ia beli tadi kepada Jean.

"Gajadi suapin?" tanya Jean dengan ekspresi kecewa.

Kinara mengerutkan dahi nya merasa geli dengan ekspresi wajah lelaki dihadapannya itu, "Bisa biasa aja ga ekspresi lo? geli gw liatnyaaa!!" protesnya sembari menjambak kecil rambut lelaki tersebut. Sedangkan yang menjadi korban kekerasan hanya tersenyum jahil.

INEFABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang