13

245 43 4
                                    

Tak ingin membuang waktu lebih lama, Kinara bergegas menuju rumah sakit tempat Yasselyn dengan membawa beberapa buah dan sebuket bunga yang ia beli diperjalanan tadi. Rasanya ia sudah sangat tidak sabar untuk segera bertemu dengan Yasselyn.

Sesampainya di rumah sakit Kinara langsung menanyakan letak ruang rawat Yasselyn pada bagian administrasi.

"Ny. Yasselyn Zavira Claire. Bener ini kan yah?" gumam Kinara saat membaca nama yang tertera pada pintu ruang rawat dihadapannya. Merasa cukup yakin, perlahan Kinara memegang knop pintu tersebut. Namun saat ia baru saja hendak membuka pintu tersebut, terdengar keributan dari dalam ruangan yang menghentikan pergerakannya. Ia dapat langsung mengenali suara dua orang tersebut, yaitu Jean dan Yasselyn.

Kinara cukup terkejut. Ia sama sekali tidak pernah melihat Jean meninggikan suara pada bunda nya. Meskipun sering terlihat cuek dan tak acuh, tetapi Jean selalu bersikap sopan kepada Yasselyn. Merasa tidak pantas mendengar perdebatan tersebut Kinara pun berniat untuk sedikit menjauh dan menunggu hingga situasi didalam lebih kondusif. Namun lagi-lagi pergerakan Kinara terhenti saat mendengar sesuatu dari dalam ruangan tersebut.

PLAK!!

Tubuh Kinara membeku. Ia benar-benar terkejut mendengar suara tersebut. Seketika ruangan tersebut hening, tak terdengar lagi perdebatan sengit dari dalam sana. Hingga tak lama kemudian pintu terbuka dan menampakkan remaja laki-laki dengan tampilan yang sangat kacau. Mata yang berair dan pipinya yang memerah. Keduanya sama-sama terkejut melihat keberadaan satu sama lain. Beberapa detik terdiam hingga akhirnya lelaki tersebut berjalan pergi meninggalkan Kinara yang masih terdiam membeku ditempat.


🌃🌃🌃🌃🌃🌃

Lelah sekali rasanya ketika usahamu dalam melindungi orang yang kau sayangi tak dihargai sama sekali. Jean paham Yasselyn tidak bermaksud demikian namun perlakuan Yasselyn yang selalu membela Diego membuatnya benar-benar lelah.

Ia sudah tidak tahu lagi harus bagaimana menghadapi Yasselyn. Ingin rasanya ia berteriak bahwa dirinya pun ikut terluka. Jika mampu ia juga ingin bersikap tidak peduli dan menutup mata akan semuanya. Jean merasa hanya dia yang berusaha melindungi bunda nya, tetapi tidak ada yang mencoba melindungi perasaannya.

Jean tersenyum sinis mendengar riuhnya perdebatan dalam batinnya saat ini. Disaat seperti ini ia penasaran jika orang lain melihat sisi rapuh nya apakah mereka akan memahami atau justru menertawakannya? ia mengerti permasalahan dalam hidup kita mungkin terlihat sepele bagi orang lain, sehingga jika orang lain menertawakannya pun ia tak bisa marah. Karena hanya ia yang mengerti bagaimana rasa sakitnya.

Tapi apakah salah jika ia tetap merasa sakit hati jika luka nya dianggap sepele? pada titik ini sepertinya Jean hanya berharap ada orang lain yang mampu memahami luka nya, dan menemaninya dalam setiap duka.

"Waahh ternyata jakarta ada indahnya juga kalo diliat dari atas gini.." terkejut dengan adanya suara seseorang yang membuyarkan lamunannya, seketika Jean menoleh dengan cepat pada remaja perempuan yang kini berada di sampingnya.

"Tsk! ngagetin aja lo.." Jean berdecak kesal saat melihat Kinara dengan santainya muncul tiba-tiba. Meski begitu dalam hatinya entah mengapa Jean merasa sedikit senang dengan kehadiran Kinara.

Ingat! beberapa detik yang lalu ia baru saja mengharapkan kehadiran seseorang untuk menemaninya. Tepat setelah itu Kinara datang seolah menjadi jawaban baginya.

Hening tak ada percakapan sedikitpun diantara mereka. Keduanya larut dalam pikiran mereka masing-masing.

"Sorry Je." ucap Kinara memecah keheningan

INEFABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang