19

270 35 10
                                    

Setelah menguras tenaga memecahkan misteri dalam wahana tersebut, keduanya memutuskan untuk melanjutkan kencan mereka di sebuah taman yang terletak tak jauh dari tempat kencan mereka sebelumnya.

"Malem-malem tuh harusnya makan yang anget bukan yang dingin. Mau flu lagi lo?" meski terus mengomel tanpa henti namun Jean tetap membantu Kinara membuka bungkus ice cream tersebut dan memberikannya pada gadis itu .

"Ya kalo flu lagi tinggal minum obat, gampang." balasnya santai lalu mulai menikmati ice cream miliknya.

"Sama-sama nona Kinara." sindir Jean saat Kinara tak kunjung mengucapkan terima kasih.

Kinara pun tersenyum, "Thank you.."

"1-10, berapa rate yang lo kasih di first date kita?"

Kinara sedikit tersedak saat mendengar Jean mengucapkan kata pada akhir kalimatnya.

Kita? entah mengapa kata tersebut terdengar berbeda kali ini. Katakanlah ia berlebihan, tapi bukankah percintaan para remaja memang sering terasa menggelikan? tak apa, ia menikmatinya untuk saat ini.

"Emm.. 100." jawab Kinara setelah berpikir beberapa detik.

Jean sedikit terkejut mendengar jawaban Kinara. Ia tidak berharap tinggi karena tidak banyak hal yang mereka lakukan. Bahkan selama dalam wahana tersebut Jean lebih sering bergantung pada Kinara. Meski telah berusaha menutupi rasa takutnya, namun tanpa ia sadari Jean selalu menempel pada Kinara dalam menyelesaikan setiap misi.

"Kalo first date aja rating gw udah tinggi, ngedate selanjutnya udah bisa langsung jadian dong?" candanya. Setelah mendapat penilaian tinggi dari Kinara, rasa percaya dirinya pun melonjak tinggi.

"Ngga gitusih, emang gw murah hati aja orangnya. Kasian kan kalo dapet rating rendah di first date?"  goda Kinara. Seketika senyum Jean pun perlahan memudar. Baru saja ia merasa mendapat harapan tinggi, namun Kinara dengan cepat mematahkan harapannya.

"Whatever, lo kira gw bakal nyerah gitu aja?" sebal Jean seraya membuang muka.

Kinara hanya tertawa kecil melihat reaksi Jean. Meski bukan pertama kalinya, namun Kinara masih dibuat takjub melihat seorang Jean yang berubah menjadi semakin ekspresif saat sedang bersamanya. Ada perasaan bahagia saat mengingat hanya dirinya seorang melihat sisi tersebut dari Jean.

Diam-diam Jean mencuri pandang dan mengamati wajah Kinara yang tengah tersenyum. Tanpa Kinara sadari, Jean pun merasakan hal yang sama. Ia merasa seolah mendapat penghargaan tinggi setiap melihat senyum indah dari gadis yang ia sukai itu. Senyum itu mampu membuatnya merasakan emosi bahagia yang begitu besar.

"Ra.."

"Hmm?"

"Tipe cowo yang lo suka kaya gimana?" tanya nya memberanikan diri setelah berpikir panjang.

Kinara terdiam sesaat untuk memikirkan jawabannya.

"Mmm, cowo yang.."

"..makannya teratur, nafasnya teratur, tidur nya nyenyak, trus.."

"Yatuhan.. stock kesabaran gw mulai menipis.." keluh Jean sembari memejamkan matanya sesaat.

Kinara pun terkekeh melihat wajah kesal Jean, "Emang harus ya punya tipe spesifik? kayanya udah ada yang mau sama gw aja udah syukur.." ujarnya sembari lanjut menikmati ice cream nya.

Seketika Jean pun menoleh, "Otak lo nih emang harus dicuci kayanya. Negatif semua isinya." Jean benar-benar tidak suka setiap Kinara menganggap rendah dirinya sendiri.

"Justru otak lo yang harus dibersihin, bisa-bisanya suka sama cewe kaya gw.." timpalnya dengan santai.

"Banyak loh cewe yang lebih baik dari gw, yang suka dan pengen jadi pacar lo. Ngapain lo buang-buang waktu buat gw coba?" lanjutnya.

INEFABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang