Kinara termenung melihat Irene yang terlihat begitu semangat meski hanya akan membuat coklat panas untuknya.
"Mi.. bikin hot choco doang emang harus pake celemek ya?" celetuknya.
"Harus dong, biar baju mami ga kotor, biar tetep anggun, cantik.." jawab Irene dengan penuh percaya diri.
"Waahhh... ga nyangka ternyata mami masih secentil dulu..." lontar Kinara sembari berdecak kagum. Meski usia bertambah banyak namun Irene tetap memiliki jiwa bak seorang remaja yang selalu menjaga image wanita anggun.
Irene tertawa melihat ekspresi Kinara yang begitu serius menatapnya.
"Nih ya, mami kasih tau, perempuan itu gapapa centil, toh kita kan emang cantik, anggun, jadi harus percaya diri dongg.." lanjutnya masih dengan rasa percaya dirinya yang melonjak tinggi.
Kinara sendiri hanya ternganga lalu bertepuk tangan menanggapi celotehan mami nya itu.
"Oiya, pacar kamu suka cookies juga ngga? atau desert apa gitu? biar mami coba buatin buat dia.."
"Dia gabegitu suka desert sih kayanya mi.."
"Ohh.. trus pacar kamu sukanya apa dong?" goda Irene tanpa henti.
Kinara pun mulai tersadar akan panggilan Irene. Ia berdecak sebal mendapati dirinya yang tergoceh oleh candaan mami nya.
"Temen aku gasuka desert sih mi, tapi bunda nya suka banget sama desert kaya lava cake gitu.."
Alisnya terangkat mendengar ucapan sang anak, "Oooohhh, jadi udah sampe deket sama keluarganya juga yaa?? hebat banget progresnya lancar banget kaya jalan tol.. bangga mami sama kamu.." sahutnya diakhiri dengan tawa jahilnya.
Kinara mendengus kesal. Irene selalu berhasil menemukan celah untuk menggodanya.
"Mamii ih apasih.." rengeknya yang sudah kepalang sebal dengan Irene.
"Iyaiya... jangan cemberut gitu dongg.."
"Nih mending minum dulu hot choco nya biar tenang, relax.." bujuknya seraya menyodorkan segelas coklat panas yang telah ia buat untuknya dan sang anak.
"Tapi mami serius nanya nih, kamu udah ketemu keluarganya??" tanya Irene dengan nada yang lebih serius. Ia benar-benar dibuat penasaran dengan hubungan percintaan Kinara yang selama ini terlihat begitu cuek.
Kinara pun mengangguk sembari meneguk segelas coklat panas dalam genggamannya.
"Baru ketemu bunda nya ajasih, kalo ayahnya ara belom pernah ketemu. Tiap ara main ke rumahnya, ayahnya lagi kerja jadi belom sempet ketemu.."
"Trus gimana bunda nya? baik ga ke kamu? responnya gimana ke kamu?" tanya nya lebih lanjut.
"Bunda nya baaaiiiiikkkkk banget. Super baik pokoknya. Sering masakin makanan kesukaan ara, bikinin kue buat ara, dengerin curhat ara.. pokoknya the best deh.." pujinya tanpa henti.
KAMU SEDANG MEMBACA
INEFABLE
Teen FictionJean dan Kinara akan memperkenalkan kalian pada sebuah takdir yang begitu kejamnya merusak kebahagiaan dua orang remaja yang hanya ingin bahagia bersama.