20

192 32 6
                                    

Sesaat Kinara tidak bisa memproses apapun dalam pikirannya. Ia hanya bisa terdiam menatap lelaki yang berdiri dihadapannya itu. Namun saat ia mendengar lelaki itu memanggil namanya, Kinara tersadar. Lebih baik tidak mengetahui apapun daripada tersakiti oleh kenyataan.

Kinara mengambil salah satu ice cream kesukaannya dari lemari pendingin disampingnya lalu berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan anak kecil itu.

"Ini ice cream kesukaan kakak. i hope you like it too.." ucapnya dengan senyum tipis yang terasa begitu menyayat hatinya.

Saat lelaki itu hendak memegang lengan Kinara, dengan cepat Kinara berdiri dan pergi meninggalkan tempat itu. Ia bahkan tidak menjelaskan apapun pada Jean yang terlihat sangat bingung dengan situasi tersebut.

Tanpa berpikir panjang Jean pun segera menyusul Kinara.

"Ra, hey.. mau kemana?" panggilnya.

"Gw udah ada janji sama mami, Jean. Bisa tolong anter gw ketemu mami sekarang ga?" tidak ada tatapan hangat dan ceria yang Jean lihat sebelumnya. Gadisnya yang beberapa saat lalu tersenyum ceria dengan candaan yang tak kunjung henti, hilang seketika. 

Jean memang tidak mengerti apa yang ada dalam pikiran Kinara, apa yang sedang ia rasakan saat ini, dan mengapa gadis itu berubah seketika. Namun ia paham bahwa ada sesuatu yang mengganggu perasaan gadisnya saat ini. Tidak ada hal lain yang bisa ia lakukan selain menuruti keinginan Kinara.

"Oke," sahutnya sembari tersenyum tipis dan menggenggam tangan Kinara masuk ke dalam mobilnya.

Bahkan sepanjang perjalanan tak ada sedikitpun kata-kata yang keluar dari gadis itu. Hening, tak bersuara. Hanya riuhnya suara klakson mobil yang saling bersahutan menyeruak dalam telinga keduanya.

Sesekali Jean melirik Kinara, memastikan apakah gadis itu sedang menangis, tertidur, atau bahkan hanya sekedar melamun menatap jalanan diluar sana. Gelisah? tentu saja. Jean ingin berpisah dalam keadaan bahagia. Ia tidak ingin meninggalkan Kinara dalam suasana hati yang kacau seperti ini.

"Thanks udah anter gw.." ucap Kinara saat keduanya sampai di sebuah restoran tempat yang disepakati Kinara dan Irene untuk bertemu.

"Sama-sama.."

"Gw duluan ya, lo hati-hati dijalan. Kabarin gw kalau udah sampe rumah." ucap Kinara sebelum keluar dari mobil.

Melihat Kinara yang hendak keluar Jean pun bergegas menahan lengan Kinara, "Ra.."

"Hmm?"

"Kalo malem ini gw gabisa tidur, boleh ga gw telepon?" tanya Jean.

Kinara paham maksudnya. Ucapan itu justru sebuah isyarat bagi Kinara untuk meneleponnya jika ia tidak bisa tidur malam ini. Jean tidak ingin membiarkan Kinara terlalu lama bersedih sendirian. Setidaknya ia ingin menemani malam panjang yang Kinara lewati.

"Boleh, kebetulan gw juga kayanya mau gadang hari ini." jawab Kinara diakhiri dengan senyumnya.

Jean sedikit merasa lega karena tidak ada penolakan dari Kinara. Apapun yang terjadi hari ini, Jean tidak penasaran sama sekali. Ia hanya ingin tahu apakah Kinara baik-baik saja atau tidak. Apakah ia makan dengan baik. Apakah tidurnya nyenyak. Hanya itu yang Jean pedulikan saat ini.

🌃🌃🌃🌃🌃🌃

Kinara berjalan memasuki sebuah restoran yang dahulu cukup sering ia kunjungi bersama keluarganya yang masih utuh. Saat mami, papi, ia, dan kakaknya hidup bahagia di satu atap yang sama, menyantap makanan yang sama, menghabiskan waktu bersama. Bohong jika Kinara tidak merindukan momen-momen itu. Langkah demi langkah membawanya pada setiap kenangan yang ia miliki di tempat itu.

INEFABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang