3

254 46 0
                                    

"Kue siapa?" tanya Jean terheran melihat Kinara mengambil sebuah kue yang terletak di kursi taman tersebut.

"Ya kue gw lah, lo kira gw mulung kue sembarangan punya orang lain?" ketus Kinara.

"Duduk dulu!" ucap Jean tak kalah ketus sembari menarik tangan Kinara yang hendak pergi meninggalkan taman tersebut. Selesai menangis tadi Kinara kembali teringat dengan kue ulang tahun papinya yang ia tinggalkan di taman. Kinara berdiri dan berjalan dengan cepat takut jika ada orang lain yang mengambil kue tersebut. Jean yang sejak awal masih setia mendampingi Kinara pun hanya mengikuti kemanapun langkah Kinara pergi.

"Mau ngapain sih? gw mau pulang!"

"Buta lo? liat tangan lo berdarah" ucap Jean dengan mengangkat tangan Kinara untuk menunjukkan luka di telapak tangan Kinara yang masih basah karena mengeluarkan darah segar.

"Lo tunggu disini! diem, nurut!" Kinara pun tak berkutik dan hanya menurut duduk di salah satu kursi taman menunggu Jean yang entah pergi kemana.

Tak lama kemudian Jean datang dengan membawa sebuah plester, betadine, dan botol alkohol mini untuk mengobati luka Kinara. Tak ada yang membuka suara, baik Jean maupun Kinara hanya terdiam. Jean membasuh luka Kinara agar tidak terkena infeksi dan lanjut mengoleskan cairan betadine lalu menutupnya dengan plester. Kinara hanya sedikit terheran darimana Jean mendapat barang-barang ini. Seingatnya tidak ada supermarket didekat sini.

"Lo dapet dari mana ini semua?"

"Bagasi motor" jawab Jean singkat.

"Prepare juga lo untuk ukuran laki-laki."

"Sama-sama." sindir Jean kepada Kinara setelah selesai mengobati luka di tangannya.

"Sorry, makasih" ucap Kinara yang merasa tersindir dengan ucapan Jean.

"Diri cepet, gw anter pulang" ucap Jean dengan wajah datarnya dan sudah bersiap diri menunggu Kinara

"Bentar.. disini dulu bentar boleh ga?" ucap Karina dengan sedikit ragu sembari menahan tangan Jean yang hendak pergi mendahuluinya.

"Mau ngapain lagi?!" Jean benar-benar tidak habis pikir dengan Kinara. Dia sama sekali tidak bisa menebak apa yang ada di pikiran gadis di hadapannya ini.

"Temenin gw tiup lilin" Jean menatap Kue dipangkuan Kinara yang ternyata adalah sebuah kue ulang tahun. Jean menebak bahwa ini adalah hari ulang tahunnya. Kemudian Jean hanya pasrah dan kembali duduk di samping Kinara.

Kinara tersenyum tipis melihat Jean yang hanya menurut tanpa protes sedikitpun. Jika kalian bertanya-tanya kemana Kinara yang sebelumnya berani pergi sendiri dan berdiam diri cukup lama di taman ini sebelum akhirnya berakhir bertemu dengan lelaki mesum, jawabannya adalah jangan lupa bahwa sejatinya Kinara memang wanita penakut. Keberanian Kinara hanya akan berlaku ketika dirinya sedang dikuasai oleh emosi. Kini Kinara sudah mulai menetralkan emosinya dan semua rasa takut nya mulai menguasai pikirannya. Itulah sebabnya dengan terpaksa ia meminta bantuan Jean untuk menemaninya.

Kinara mengeluarkan sebuah korek api di saku jaketnya dan menyalakan lilin yang sudah ia bawa sebelumnya. Dua lilin sederhana, bukan lilin dengan simbol angka yang mengisyaratkan pertambahan usia tetapi hanya dua lilin kecil nan sederhana.

Sebelum meniup lilin tersebut, Kinara memejamkan matanya seraya mengucapkan sebuah harapan untuk papinya.

Tuhan..Kinara rela ga lahir ke dunia asalkan papi bahagia sama wanita lain yang papi cintai dan mencintai papi dengan tulus..

Kinara cuma pengen papi bahagia..

Ucap Kinara dalam batinnya lalu kemudian membuka mata dan meniup lilin di hadapannya.

INEFABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang