Beruntung sekali Kinara dan Sella masih sempat menempati kursi urutan kedua dari depan. Sebenarnya waktu masih menunjukkan pukul 6.30 namun para siswa lainnya sudah berdatangan untuk menempati tempat duduk yang strategis, dan tentunya menghindari sasaran empuk oleh Mr. Matt.
"Gila nyaris banget dapet tempat duduk di belakang.." ucap Sella saat menengok mereka orang terakhir yang menempati jajaran tersebut karena semua tempat duduk sudah terisi dan hanya menyisakan jajaran belakang, tepat sesuai prediksi.
"Kan gw bilang juga apa! untung tadi gw maksa lo berangkat cepet" ucap Kinara membanggakan dirinya yang telah menyelamatkan mereka dari calon sasaran Mr. Matt.
"Elah bangga bener biasanya juga gw yang nyeret lo berangkat pagi ya!"
"Btw lo masih punya utang cerita ya ke gw! awas lo gw tagih ntar!" bukan Sella namanya jika tidak berisik dan cerewet. Kinara sudah sangat sabar menghadapi manusia satu ini belasan tahun lamanya. Sifat Sella benar-benar tidak berubah sedikitpun sejak kecil, sangat-sangat tidak ada perkembangan.
Ditengah-tengah pembicaraan mereka datanglah sekumpulan tiga siswa laki-laki yang menarik perhatian semua orang. Siapa lagi jika bukan Jean, Mark, dan Jason. Seluruh siswi sibuk melirik ketiga laki-laki tersebut, dan beberapa diantara mereka bahkan berbisik membicarakan pesona para lelaki tersebut. Sedangkan yang menjadi bahan pembicaraan tidak merespon sedikitpun dan asyik dengan dunia mereka sendiri.
Jean, Mark, dan Jason sebenarnya berbeda kelas dengan Kinara dan Sella. Namun mata pelajaran Mr. Matt ini selalu menyatukan kedua kelas mereka agar memperluas partner debat diantara para siswa. Mata pelajaran yang diampu oleh Mr. Matt adalah mata pelajaran world view dimana para siswa diajak untuk berpikir kritis mengenai berbagai macam persoalan atau topik yang biasanya akan ditentukan oleh Mr. Matt.
Dalam kelas ini juga siswa belajar menyampaikan pendapat mereka tanpa takut salah, karena Mr. Matt selalu menekankan bahwa pada dasarnya pendapat dan pola pikir setiap orang tentu akan berbeda-beda. Sehingga kita tidak perlu merasa takut untuk mengutarakan pendapat kita. Selain itu, dalam kelas ini siswa juga dapat belajar untuk lebih open minded dan menghargai pendapat satu sama lain.
Kinara melirik sekilas kepada Jean dan begitupun dengan Jean yang turut melirik pada Kinara karena merasa ada yang memperhatikannya. Saat netra mereka bertemu tak lama mereka segera mengalihkan pandangan mereka masing-masing. Entahlah mungkin mereka merasa sedikit canggung setelah kejadian tadi malam. Kinara yang merasa sedikit malu karena sisi rapuhnya diketahui oleh Jean yang notabene nya hanyalah orang asing baginya. Dan Jean yang merasa canggung karena untuk pertama kalinya ia menghabiskan waktu berdua dengan seorang wanita cukup lama, meskipun diawali oleh kejadian yang tidak mengenakan.
Tak lama kemudian terdengar suara pintu terbuka. Seketika mengalihkan atensi seluruh siswa dan segera duduk tegap di bangku mereka masing-masing.
"Morning everyone! " sapa sang guru sembari berjalan memasuki ruang kelas.
"Morning mr.! " ucap para siswa serentak.
"Ready for the topic today? " tanya Mr. Matt sembari menggulung lengan bajunya hingga sikut.
"Sebelum kita mulai saya mau tanya dulu, anyone want to suggest the topic for today? ...or just go with my topic? " suasana kelas hening seketika. Namun tiba-tiba seorang siswi mengangkat tangannya pertanda bahwa ia memiliki usulan untuk topik hari ini.
"Me, mister. I have one in my mind. "
"Ok great jessica, so what's the topic do you have for us? "
"Child free. Belakangan ini banyak orang yang lagi bahas topik ini di social media, mr. "
"Hmm, menarik.. baiklah karena kamu yang mengusulkan topik ini, silakan ungkapkan pendapat mu terlebih dahulu." ucap Mr. Matt mempersilakan Jessica untuk mengungkapkan opini nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INEFABLE
Teen FictionJean dan Kinara akan memperkenalkan kalian pada sebuah takdir yang begitu kejamnya merusak kebahagiaan dua orang remaja yang hanya ingin bahagia bersama.