Setelah turut mengantar Yasselyn pulang Kinara segera pamit untuk pulang karena malam sudah semakin larut.
"Jean?" panggil Yasselyn memberi isyarat pada anaknya.
"Iya bun pasti Jean anter kok.." Jean pun berjalan lebih dulu keluar rumah sementara Kinara berpamitan dengan Yasselyn.
"Bunda cepet sehat lagi ya, jangan sakit-sakit lagi.." ucapnya seraya menyambut pelukan hangat Yasselyn.
"Iya sayang.. tapi kalo bunda udah sehat lagi kamu harus tetep sering-sering main kesini ya.."
Kinara mengangguk semangat, "Pasti bun.."
Yasselyn mengeratkan pelukannya seraya mengelus lembut surai hitam Kinara,
"Sekolah lagi berat banget ya belakangan ini?" Kinara terdiam mendapat pertanyaan tersebut.
"Kalo kamu lagi banyak pikiran, stress, atau apapun pokoknya.. langsung dateng aja ke bunda ya.. nanti bunda masakin makanan kesukaan kamu.." ucap Yasselyn dengan tulus.
Sekuat tenaga Kinara menahan dirinya untuk tidak menangis. Kinara tidak ingin membebankan masalahnya pada orang lain, terlebih pada Yasselyn yang baru saja pulih. Biarlah semua beban di pundak nya ia tanggung sendiri, toh selama ini ia sudah terbiasa memendam semuanya sendiri.
"Siap bun!" Kinara tersenyum bahagia merespon ucapan Yasselyn.
Setelah lama berpamitan dengan Yasselyn, Kinara pun menyusul Jean masuk ke dalam mobil untuk segera pulang.
🌃🌃🌃🌃🌃🌃
Mungkin bukan pertama kalinya bagi mereka untuk saling diam ditengah ramai nya suasana malam di sekeliling mereka. Namun kali ini keduanya benar-benar saling menahan diri untuk tidak bersuara.
Kinara yang sibuk menahan emosinya saat teringat hal-hal yang ia alami hari ini, serta perkataan Yasselyn yang juga hampir membuatnya kembali goyah. Sementara Jean sibuk dengan pikirannya, berusaha memikirkan kata yang tepat untuk mengawali topik pembicaraannya dengan Kinara. Ia sadar betul ada yang berbeda dengan sikap Kinara meski gadis itu bersusah payah menutupinya.
Waktu terusa berjalan, keduanya benar-benar diam bahkan hingga tak terasa mereka pun akhirnya sampai di tempat tujuan.
"Thanks Je.." Kinara bersiap untuk keluar dari mobil.
"Wait ra.."
Kinara menghentikkan pergerakannya dan menoleh pada Jean.
"Lo gapapa?" tanya nya tanpa basa-basi.
"Hmm? maksudnya?"
Jean terdiam sesaat, "Gw tau ada sesuatu yang lagi ganggu pikiran lo ra.."
Kinara tersenyum tipis, "Kayanya tingkat kepekaan lo nurun dari bunda ya? padahal gw udah berusaha banget biar ga keliatan.."
"Lo bisa cerita sama gw ra, jangan dipendem sendiri.."
"Masalahnya gw sendiri gatau gw kenapa.." jawabnya sembari tersenyum.
Jean pun kembali terdiam mendengar jawaban Kinara. Ia tidak tahu harus merespon bagaimana dan hanya bisa menatap Kinara dengan wajah bingungnya.
Kinara menarik nafas perlahan, "Je, kita temenan aja ya?"
Jean mengerutkan dahinya, "..kalo ini gara-gara omongan gw tadi gw minta maaf ra, gw gaada maksud untuk ikut campur sama masalah lo. Gw cuman khawatir.."
Kinara menggelengkan kepalanya, "I know.. gw justru makasih banget karena lo dan bunda udah peduli banget sama gw selama ini.."
"Trus kenapa? kasih gw alasan yang jelas.."
KAMU SEDANG MEMBACA
INEFABLE
Teen FictionJean dan Kinara akan memperkenalkan kalian pada sebuah takdir yang begitu kejamnya merusak kebahagiaan dua orang remaja yang hanya ingin bahagia bersama.