Setelah mendapat kabar bahwa Kinara sakit tanpa berpikir panjang Jean pun segera pergi menuju rumah Kinara untuk menjenguknya. Dan disinilah ia berdiri saat ini, didepan gerbang rumah teman perempuan satu-satunya yang ia miliki. Sesaat ia bertanya pada dirinya sendiri mengapa tubuhnya bereaksi begitu cepat saat mendengar kabar mengenai Kinara.
Jean tampak sedikit ragu untuk membunyikan bel rumah dihadapannya. Ia berusaha meyakinkan diri bahwa apa yang dilakukannya sama sekali tidak aneh dan wajar dilakukan atas dasar rasa khawatir sebagai teman.
Entah dirinya yang masih terlalu munafik untuk mengakui perasaannya terhadap Kinara, atau karena takut akan kemungkinan jika Kinara tidak memiliki perasaan yang sama dengannya. Tolong maklumi karena ini pertama kalinya bagi Jean dalam menyukai seseorang.
Setelah benar-benar yakin, Jean memberanikan diri untuk menekan bel rumah tersebut hingga tak lama kemudian seseorang muncul dengan sedikit membuka pintu pagar rumah mewah tersebut.
"Ada perlu apa ya dek?"
"Emm..saya temen sekolahnya Kinara pak. Saya kesini mau jenguk Kinara." ucap Jean menjelaskan tujuan kedatangannya.
"Oalaa temennya non Kinara tohh.. yowes silakan masuk den.." ucap mang Udin mempersilakan Jean untuk masuk dengan membuka lebar pagar rumah tersebut. Mang Udin bekerja sebagai security yang telah mengabdi pada keluarga Kinara sejak lima tahun yang lalu. Cukup lama dan terkenal sangat ramah kepada siapapun.
Namun jangan salah meskipun begitu mang udin akan berubah sangat tegas dan ganas bagi siapapun yang berani menyakiti Kinara. Percayalah semua orang yang bekerja di rumah tersebut benar-benar menyayangi dan menjaga Kinara dengan sepenuh hati. Terlebih karena mereka tahu betul hal-hal yang sudah Kinara lewati selama ini.
"Makasih Pak. Saya permisi." ucap Jean sangat sopan lalu mengendarai motor kesayangannya memasuki pekarangan rumah Kinara. Selanjutnya ia disambut oleh bi Inah yang segera membukakan pintu utama saat mendapat informasi dari mang Udin melalui interkom bahwa ada teman sekolah Kinara yang datang menjenguk.
"Silakan masuk Den. Tadi saya udah bilang ke non Kinara kalo ada temennya dateng. Berhubung non Kinara masih lemes banget dan suhu badannya juga masih agak tinggi jadi katanya aden bisa langsung ke kamar aja." ucap bi Inah menjelaskan. Saat mendapat kabar dari mang Udin, bi Inah segera memberi tahu Kinara. Jujur saja Kinara cukup terkejut mendengar kedatangan Jean.
Kinara sudah dapat menyimpulkan bahwa pasti Jean mendapat kabar ini dari Sella. Namun Kinara sendiri sudah meminta Sella untuk tidak perlu datang menjenguk, dan sudah pasti Sella pun menyampaikan hal yang sama pada Jean. Sebenarnya Kinara ingin keluar kamar dan turun untuk menyambut Jean tapi apa daya badannya masih terlalu lemas hingga akhirnya ia menitipkan pesan kepada bi Inah untuk mengantarkannya langsung ke kamar Kinara saja.
"Ohh iya gapapa bi." sahut Jean mengiyakan.
"Mari den saya antar." bi Inah pun berjalan mendahului Jean untuk menunjukkan jalan menuju kamar Kinara yang berada di lantai 2. Setelah sampai di depan pintu kamar Kinara, bi Inah membiarkan Jean sendiri dan kembali melanjutkan mengerjakan pekerjaan rumah.
Tok..tok..tok
Jean mengetuk pintu kamar Kinara meminta izin sebelum membuka pintu. Sepersekian detik kemudian terdengar sahutan dari dalam kamar yang iya yakini adalah suara Kinara.
"Masuk aja Je." sahut Kinara sedikit kencang. Ia tidak ingin terlihat lemah meskipun kondisi tubuhnya memang sedang lemah saat ini. Setelah mendapat izin dari Kinara, Jean pun membuka pintu tersebut dan perlahan ia melangkah masuk mendekati Kinara yang sedang duduk menyandarkan tubuhnya pada sandaran tempat tidurnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
INEFABLE
Подростковая литератураJean dan Kinara akan memperkenalkan kalian pada sebuah takdir yang begitu kejamnya merusak kebahagiaan dua orang remaja yang hanya ingin bahagia bersama.