Suasana hatinya jauh membaik setelah berkencan dengan Jean. Kehadiran lelaki itu benar-benar memberikan kekuatan bagi Kinara. Kapanpun gadis itu merasa kesepian, Jean akan selalu datang untuk menemaninya. Sedalam apapun perasaan sedihnya, Jean mampu mendatangkan kebahagiaan meski hanya melalui canda tawa sederhana dari lelucon andalannya.
Dengan perasaan nyaman Kinara tertidur pulas sepanjang jalan, Jean menyadari itu dan tersenyum lega. Sebisa mungkin ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Tak terlalu cepat namun juga tak begitu lambat. Ia bahkan sangat berhati-hati saat melewati polisi tidur atau jalanan berlubang agar tidak mengganggu tidur gadis yang duduk disampingnya itu.
Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, kini keduanya sampai di depan rumah Kinara.
Perlahan Jean menyentuh tangan Kinara untuk membangunkannya. "Ra.."
Gadis itu mengerjap saat mendengar namanya disebut saat ketiga kalinya. Ia akui tidurnya benar-benar pulas hingga tak menyadari bahwa ia sedang dalam perjalanan pulang.
"Astaga Je! sorry banget gw ketiduran.." merasa bersalah karena tidak menemani Jean sepanjang perjalanan.
Lelaki itu menggeleng sembari tersenyum, "Gapapa, saya maafin karena mbaknya cantik." lagi dan lagi, terobsesi membuat Kinara salah tingkah membuatnya terus menerus melontarkan kata-kata menggelikan yang sebelumnya tak pernah sekalipun terpikirkan akan ia ucapkan kepada siapapun. Entah darimana ia mempelajari itu semua.
Alisnya mengkerut lalu disusul dengan tawa kecil, Kinara merasakan berbagai macam emosi yang bercampur aduk menjadi satu. Rasanya sangat geli dan membuatnya merinding sekujur tubuh, tapi ia juga tak bisa menyangkal bahwa ia menyukai kata-kata menggelikan yang lelaki itu ucapkan padanya.
"Happy ngga ngedate sama gw hari ini?" tanya nya kemudian.
Kinara mengangguk dengan cepat. Terukir jelas dari raut wajahnya, gadis itu merasa sangat bahagia tanpa ada penyesalan.
Pipinya merona hanya dengan menatap senyum manis gadis dihadapannya itu. Jean benar-benar jatuh cinta dibuatnya. "Sering-sering ya mbak ajak saya ngedate.." pinta nya penuh harap.
Kinara terpikir sesuatu, "Lo masih suka main basket ga?"
"Masih, kenapa?" jawabnya sedikit bingung saat Kinara tiba-tiba menanyakan hal tersebut.
"Mau gw temenin ga kalo latihan?" setelah memberanikan diri untuk pertama kalinya mengajak lelaki itu berkencan, kini ia mendapat keberanian lebih untuk semakin maju membuka diri.
Alisnya terangkat, ia mengulum bibirnya yang hendak tersenyum. Bahkan kini tak hanya pipinya yang merona, kedua telinga nya pun turut memerah. Kekanak-kanakan sekali rasanya, tapi ia tidak bisa mengendalikan dirinya yang mendapat serangan emosi bahagia yang begitu besar.
"Ga boleh?" celetuknya menggoda Jean yang tak kunjung memberi jawaban.
"Boleh! boleh banget!" jawabnya dengan cepat. Bagaimana mungkin ia menolak tawaran itu. Membayangkannya saja sudah cukup untuk membuatnya tersenyum tanpa henti.
"Nanti gw kabarin kalo mau latihan hehe.." lanjutnya sembari terkekeh kecil.
Kinara tertawa gemas melihat respon Jean yang malu-malu. Dua remaja itu benar-benar dimabuk cinta, rasanya bahkan hanya dengan berbincang di dalam mobil saja sudah sangat menyenangkan bagi keduanya.
🌃🌃🌃🌃🌃🌃
"BUNDAAAAA, JEAN PULAANGGGGG!!" dengan lengkah ceria dan senyum yang lebar ia memasuki area dapur untuk menemui bunda nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INEFABLE
Teen FictionJean dan Kinara akan memperkenalkan kalian pada sebuah takdir yang begitu kejamnya merusak kebahagiaan dua orang remaja yang hanya ingin bahagia bersama.