[Prequel Novel VOC Yogyakarta Tahun 2050]
[Jangan lupa vote dan komen, serta follow akun penulis sebelum membaca! Cerita ini hanyalah fiktif. Mohon bersikap bijaklah sebagai pembaca!]
Genre : Action, Thriller, dan Sci-Fi.
[Indonesian Genius Generati...
Mohon bersikap bijaklah sebagai pembaca, sebab ini hanyalah karangan fiktif! Dan jika ada kesamaan pada nama tokoh, tempat, dan sebagainya, itu sepenuhnya unsur ketidaksengajaan.
Jangan lupa untuk follow akun penulis, juga tinggalkan jejak vote dan komen! Terima kasih!
• • ✧ • •
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kenzo dan keempat kawannya beserta Pak Ginanjar dan anggota keluarganya melangkah keluar setelah mengintip dari jendela. Mereka menemukan 2 orang pria yang tengah berbincang dengan intonasi dan mimik sengit. Keduanya saling melontarkan kalimat kasar sambil membanting banyak barang yang mereka temukan di sekitar.
Bukan hanya rumah Pak Ginanjar yang menunjukkan keberadaan penghuninya, tetapi hampir semua rumah yang ada di sekitar tempat tersebut memperlihatkan puan dan tuan pemiliknya. Mereka saling memerhatikan dari jauh.
Melihat kericuhan itu semakin tak terelakkan, Pak Ginanjar dan beberapa bapak-bapak melangkah mendekati kedua pria tersebut untuk menasihati mereka. Namun, Harzan yang tiba-tiba salah fokus malah mendekati mobil milik salah satu dari pria yang tengah bergelut tersebut. Ia lalu menatapnya lekat-lekat, merasa tak asing dengan kendaraan beroda empat di hadapannya. Tanpa disengaja, ia teringat akan sesuatu, ia kembali pada memori ingatannya beberapa jam yang lalu.
Aksa yang melihat gerak-gerik Harzan seketika penasaran. Ia menyenggol lengan kiri Kenzo yang berdiri di samping kanannya untuk memberi tahu pria itu. Lalu, Melviano dan Valdi refleks ikut menoleh karena posisi mereka ada di samping kanan Kenzo.
Karena secara otomatis, yang lainnya akan ikut menoleh kala Kenzo menoleh ke arah kanan. Dari sana, keempatnya menatap Harzan sambil sesekali mengadu pandang. Sedangkan 2 pria yang sedang berdebat perlahan berhasil dilerai.
Akan tetapi, masalah tak sampai di situ. Harzan yang merasa yakin bahwa ingatannya tak salah spontan menoleh ke arah pemilik mobil yang saat ini berdiri tepat di depan kendaraan beroda 4 tersebut. Lalu, bergegas mendekati pria itu untuk maksud tertentu.
Dengan dahi yang bertaut dan mata yang menatap lekat, Harzan dengan lantang berkata, “D 1372 AN. Ini mobil lo?” sambil menunjuk mobil merah di sampingnya, di kalimat kedua.
Sosok yang ditanya spontan menoleh. “Iya, kenapa?” Lagaknya bak orang sombong.
Dari sana, Harzan seketika menoleh ke arah keempat kawannya. Masih dengan ekspresi yang sama. “D 1372 AN. Ini mobil yang tadi melintas di depan mobil kita secara tiba-tiba. Dan dialah yang hampir bikin kita kecelakaan!” ujarnya menuding pria berkemeja cokelat yang saat ini tengah berdiri di samping seorang bapak tua.
Semua orang yang ada di sana spontan terkejut dan bertanya-tanya. Lain halnya dengan Melviano yang juga sempat melihat nomor plat mobil tersebut. Ia mengalihkan perhatiannya, menatap tanah dengan isi kepala yang berusaha menggali ingatan siang tadi.