22. Masih Berlanjut

18 2 0
                                    

⚠️ PERHATIAN ️⚠️

Mohon bersikap bijaklah sebagai pembaca, sebab ini hanyalah karangan fiktif! Dan apabila ada kesalahan, mohon untuk bantu diperbaiki.

Jika ada kesamaan pada nama tokoh, tempat, dan sebagainya, itu sepenuhnya ketidaksengajaan.

Jangan lupa untuk follow akun penulis, juga tinggalkan jejak vote dan komen! Terima kasih!

• • ✧ • •

Setelah keadaan Harzan dan keempat kawannya sepenuhnya baik dan sehat, mereka kembali melanjutkan kegiatan traveling menuju beberapa tempat yang tertunda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah keadaan Harzan dan keempat kawannya sepenuhnya baik dan sehat, mereka kembali melanjutkan kegiatan traveling menuju beberapa tempat yang tertunda. Bahkan Harzan tidak lagi memakai gips di hidungnya. Namun, karena tragedi yang menimpa kelimanya beberapa hari yang lalu, Kenzo dan keempat kawannya memutuskan untuk pergi ke tempat yang memiliki titik lebih jauh dan menghindari Jalan Asia Afrika. Berniat untuk langsung menuju Gedung Sate yang memiliki jarak 10 kilometer dari vila mereka, Museum Geografi Bandung, dan tak lupa museum yang ditutup karena isu sabotase dan terorisme, yang harus mereka pantau atas permintaan Tuan Kagendra.

Pertama dan sesuai rencana, mereka akan melaju menuju Jalan Diponegoro untuk menjumpai Gedung Sate dan berniat menyewa hotel terdekat untuk 2 hari 1 malam.

Dengan Kenzo yang kini berada di posisi pengemudi, mereka mengambil lintas jalan yang berlawanan dengan jalur yang sebelumnya mereka ambil ketika hendak ke Museum Konferensi Asia Afrika dan Taman Alun-alun PP Almuawanah.

Dengan berbekal beberapa camilan dan dua pasang baju, mereka melaju dengan santai sambil mendengar lagu-lagu pop Indonesia hingga luar negeri. Bernyanyi bersama, menikmati perjalanan sekaligus menghilangkan suntuk, mengingat perjalanan kali ini akan memakan banyak waktu di perjalanan. Tak lupa, mereka juga membawa beberapa obat-obatan dan vitamin, takutnya ada yang mabuk perjalanan atau sebagainya.

Lebih dari itu, Harzan--si humoris mulai menunjukkan tingkahnya dengan mengubah arah hadap duduknya dan mengembangkan senyum tersirat. Kemungkinan besar senyumnya itu menandakan kejahilan atau ingin mengajak ke semua kawannya untuk kembali bermain teka-teki seperti biasa.

Dengan isi kepala dipenuhi kalimat konyol, Harzan yang tadinya ikut bernyanyi, tiba-tiba menghentikan aktivitas ke semua kawannya. Arkian, ia berkata, “Gue punya pertanyaan terpenting, nih.”

Aksa, Valdi, dan Melviano spontan menoleh ke arah Harzan. Sedangkan Kenzo hanya melirik sekilas dan kembali fokus menatap jalan.

Lalu tak lama, pria humoris itu kembali melanjutkan, “Kalau kalian dikasih dua pilihan pas meninggal, kalian mau dikubur apa digradasi?”

Keempat kawannya spontan berpikir.

“Kalau gue kayaknya digradasi, deh. Soalnya lebih hemat tempat gitu, kan, jadi abu?” jawab Aksa sekaligus bertanya balik.

Bandung Lautan Api, 2042Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang