19. Kritis & Miris

23 2 0
                                    

⚠️ PERHATIAN ️⚠️

Mohon bersikap bijaklah sebagai pembaca, sebab ini hanyalah karangan fiktif! Dan apabila ada kesalahan, mohon untuk bantu diperbaiki.

Jika ada kesamaan pada nama tokoh, tempat, dan sebagainya, itu sepenuhnya ketidaksengajaan.

Jangan lupa untuk follow akun penulis, juga tinggalkan jejak vote dan komen! Terima kasih!

• • ✧ • •

Setelah mendapat serangan dadakan yang amat fatal, Kenzo dan Melviano yang masih memiliki tenaga segera menghampiri Aksa, Valdi dan Harzan yang sudah berada dalam keadaan kritis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah mendapat serangan dadakan yang amat fatal, Kenzo dan Melviano yang masih memiliki tenaga segera menghampiri Aksa, Valdi dan Harzan yang sudah berada dalam keadaan kritis. Mereka bertiga kemudian dibawa ke rumah sakit terdekat untuk segera mendapatkan penanganan, mengingat tidak ada siapa pun yang akan membantu atau menolong mereka, selain di antara mereka sendiri.

Lalu ketika sampai di gedung yang dipenuhi oleh bau obat, 5 buah brankar datang; menyusuri lorong menuju pintu keluar untuk menyambut dan membawa tubuh Aksa, Harzan dan Valdi menuju kamar UGD (Unit Gawat Darurat), kemudian masuk dan kembali menyusuri lorong yang sama. Letak ruangan tujuannya tidak cukup jauh dari pintu masuk.

Sedangkan Melviano dan Kenzo dibawa menuju ruang rawat biasa untuk sekadar dicek dan diobati lukanya. Berbeda dengan ketiga kawannya yang harus diperlakukan dengan lebih intens, mengingat Aksa, Harzan dan Valdi kian dalam keadaan tidak sadarkan diri karena kehilangan banyak rudira. Wajah mereka pucat, pakaian dan daksa dipenuhi bilur dan rudira, serta detak jantung yang terasa melemah ketika Kenzo memeriksakan urat nadi mereka.

Dengan penuh kecermatan dan tindakan yang diperlukan, para dokter dan perawat di ruangan UGD tampak serius dan berusaha semaksimal mungkin. Bahkan beberapa kantong darah telah dipersiapkan untuk kebutuhan Aksa, Harzan dan Valdi.

Di sisi lain, Kenzo dan Melviano yang kian tengah diperban dan diolesi obat saling terdiam memandangi luka-luka di tubuh mereka.

Sampai, Kenzo yang memikirkan keadaan ketiga kawan lainnya bertanya, “Mereka bakal baik-baik aja, kan?” dengan wajah yang menunjukkan kecemasan dan kekhawatiran yang tak terbendung. Tatapannya yang sayu karena kelelahan kian mulai teralihkan menuju sosok yang tak jauh dari posisinya saat ini. Memandangi sang kawan tertua dengan penuh harap dan tanda tanya.

Melviano yang ditanya seperti itu tidak langsung menjawab, melainkan membalas tatapan Kenzo dan terdiam selama beberapa saat. “Kita berdoa semoga mereka baik-baik aja dan selalu dalam perlindungan Tuhan,” jawabnya tak lama, kembali membuat Kenzo menundukkan pandangannya.

• • ✧ • •

“Jadi, bagaimana keadaan ketiga teman saya, Dok? Apa mereka baik-baik saja?” tanya Kenzo yang sudah sangat penasaran dengan kondisi Aksa, Harzan dan Valdi. Mereka sudah keluar dari ruang rawat beberapa menit yang lalu dengan daksa yang ditempeli banyak perban dan plester dengan bercak cokelat karena pemberian betadine, dan tengah duduk di ruang kerja dokter sesuai permintaan lawan bicaranya itu.

Bandung Lautan Api, 2042Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang