⚠️ PERHATIAN ️⚠️
Mohon bersikap bijaklah sebagai pembaca, sebab ini hanyalah karangan fiktif! Dan apabila ada kesalahan, mohon untuk bantu diperbaiki.
Jika ada kesamaan pada nama tokoh, tempat, dan sebagainya, itu sepenuhnya ketidaksengajaan.
Jangan lupa untuk follow akun penulis, juga tinggalkan jejak vote dan komen! Terima kasih!
• • ✧ • •
Setelah menunggu kurang lebih 15--20 menit di luar bangunan, lebih tepatnya di tempat parkir, Kenzo dan keempat kawannya kian berjalan menuju bagian depan gedung, dan menaiki beberapa anak tangga. Namun, sebelum mereka sepenuhnya masuk ke bagian dalam bangunan saksi bisu kesatuan tekad tersebut, ada beberapa hal yang harus mereka perhatikan. Ada sekitar sebelas aturan tertulis, yang mana harus ditaati oleh semua pengunjung.
Kesebelas aturan tersebut, yakni:
(1) Tidak berlarian di museum; (2) Bicaralah dengan nada tenang. Gunakan suara rendah di semua area museum agar tidak mengganggu pengunjung lain; (3) Harap tidak makan, minum, mengunyah permen karet, atau menggunakan produk tembakau lainnya di dalam museum kecuali di kafe museum; (4) Pengunjung tidak diperbolehkan membawa senjata atau sejenisnya; (5) Tidak diperkenankan membawa binatang peliharaan;
(6) Tidak diperkenankan mengenakan sandal jepit atau sejenisnya; (7) Boleh berfoto, tetapi tidak menggunakan kilat dan kaki tiga (tripod); (8) Untuk meningkatkan interaksi, pengunjung disarankan mengurangi penggunaan ponsel kecuali pada keadaan darurat saja; (9) Tidak menyentuh artefak; (10) Tidak masuk ke tempat di mana tur sedang berlangsung, silakan kembali kemudian; dan (11) Tidak menggunakan perangkat pameran sebagai alas untuk menulis.
Selain kesebelasan aturan tersebut, terdapat papan pengumuman yang memberitahukan perihal jadwal buka dan tutup museum. Di sana tertera bahwa, Selasa--Kamis buka pukul 08.00--16.00 WIB; Jumat buka pukul 14.00--16.00 WIB; Sabtu dan Minggu buka pukul 09.00--16.00 WIB; istirahat pukul 12.00--13.00 WIB; sedangkan hari Senin dan libur nasional dinyatakan libur atau tutup.
Dari sana, Kenzo dan keempat kawannya kembali melanjutkan langkah untuk memasuki museum.
Setelah membuka pintu masuk, seorang petugas keamanan akan menyambut para pengunjung, termasuk Kenzo dan kawan-kawan dengan ramah. Lalu, mereka akan diarahkan ke meja registrasi yang berada di sisi kiri sebelum menjelajahi museum. Bukan guna membeli tiket, melainkan mengisi buku tamu, mengingat biaya masuk ke dalam tempat tersebut tidak dikenakan biaya, alias gratis. Cukup menuliskan nama dan asal, baru setelahnya para pengunjung bisa sepenuhnya menjelajahi museum.
Penjelajahan di mulai dari ruangan pameran tetap. Hal pertama yang berhasil menarik perhatian para pengunjung adalah diorama yang menggambarkan situasi pembukaan Konferensi Asia Afrika 1955 oleh Presiden Soekarno. Betapa hebatnya Indonesia di masa itu karena organisasi bertaraf internasional di gelar di Bandung, tak hanya sebagai penonton saja, tetapi juga sebagai inisiator.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bandung Lautan Api, 2042
Aksi[Prequel Novel VOC Yogyakarta Tahun 2050] [Jangan lupa vote dan komen, serta follow akun penulis sebelum membaca! Cerita ini hanyalah fiktif. Mohon bersikap bijaklah sebagai pembaca!] Genre : Action, Thriller, dan Sci-Fi. [Indonesian Genius Generati...