⚠️ PERHATIAN ️⚠️
Mohon bersikap bijaklah sebagai pembaca, sebab ini hanyalah karangan fiktif! Dan apabila ada kesalahan, mohon untuk bantu diperbaiki.
Jika ada kesamaan pada nama tokoh, tempat, dan sebagainya, itu sepenuhnya ketidaksengajaan.
Jangan lupa untuk follow akun penulis, juga tinggalkan jejak vote dan komen! Terima kasih!
• • ✧ • •
Sayup-sayup, Kenzo dan keempat kawannya membuka kedua netra mereka. Rasa pening bercampur sulit bergerak terasa begitu nyata, seakan terbentur dan sesuatu mengekang mereka. Satu di antaranya mulai melihat dengan jelas, refleks mengedarkan pandangan ke penjuru ruangan yang terlihat begitu asing baginya. Satu lagi mulai menyusul, sampai kelimanya saling pandang ketika mereka mendapati bahwa daksa mereka terikat, juga keadaan tempat yang begitu kumuh, berantakan, dan entah di mana letaknya.
Perlahan, Valdi melotot. “Ini, kan ....” Terbesit ingatan akan tempat yang mereka singgahi saat ini. “... Ini lantai 3 dari reruntuhan museum itu, kan?” Lalu menatap Melviano selaku kawan yang kala itu menemani dirinya. Hanya mereka berdua yang sudah merasakan dan melihat lantai 3 reruntuhan museum tempat mereka disergap.
Melviano seketika ingat dan spontan ikut terkejut. “Bener! Ini lantai 3 museum!” ujarnya, “terus ini kenapa kita diiket?” sambil melakukan aksi memberontak, mencoba melepas kekangan tali tambang tersebut.
Kenzo, Aksa dan Harzan pun saling pandang.
Tak lama dari sana, langkah kaki seseorang terdengar jelas. Lebih dari satu, dan tampak seperti tengah menaiki anak tangga. Dari sana, kelimanya spontan menoleh ke asal suara, kemudian saling pandang dengan ekspresi dan tatapan yang mengisyaratkan ‘itu siapa?’
Mereka masih trauma dengan kejadian yang menimpa mereka 5 hari yang lalu, momen yang tidak akan pernah bisa dilupakan sampai kapan pun, bahkan mereka baru terbebas dari kejadian tersebut pagi ini. Namun sialnya, lagi-lagi takdir tidak membiarkan mereka hidup tenang. Lagi-lagi mereka terjebak dalam keadaan yang miris. Sial! Benar-benar sial!
Perlahan, tetapi pasti kehadiran orang-orang tersebut mulai bermunculan dan menapakkan diri di hadapan Kenzo dan keempat kawannya. Terlihat sang mandalika dan beberapa pendampingnya.
Melihat itu, para pemuda Yogyakarta spontan melotot.
“Ternyata kalian sudah bangun,” guman Tuan Harisdarma sambil mendudukkan dirinya di kursi yang baru saja disediakan asistennya. Sambil memegang tongkat kayu yang entah sejak kapan ada pada dirinya.
Melviano dan Valdi kembali memasang raut wajah kesal, sedangkan Kenzo, Harzan dan Aksa menyipitkan mata. Mereka benar-benar tidak percaya akan sosok yang saat ini ada di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bandung Lautan Api, 2042
Action[Prequel Novel VOC Yogyakarta Tahun 2050] [Jangan lupa vote dan komen, serta follow akun penulis sebelum membaca! Cerita ini hanyalah fiktif. Mohon bersikap bijaklah sebagai pembaca!] Genre : Action, Thriller, dan Sci-Fi. [Indonesian Genius Generati...