35. KSB: Kedatangan Tamu

15 2 0
                                    

⚠️ PERHATIAN ️⚠️

Mohon bersikap bijaklah sebagai pembaca, sebab ini hanyalah karangan fiktif! Dan apabila ada kesalahan, mohon untuk bantu diperbaiki.

Jika ada kesamaan pada nama tokoh, tempat, dan sebagainya, itu sepenuhnya ketidaksengajaan.

Jangan lupa untuk follow akun penulis, juga tinggalkan jejak vote dan komen! Terima kasih!

• • ✧ • •

• • ✧ • •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Klek.

Pintu terbuka, menampilkan seseorang dengan perawakan tinggi, berpakaian rapi serba hitam, serta wajah yang tertutupi oleh masker dan kacamata hitam. Lalu, berdirinya sosok tersebut di ambang pintu menatap kelima pemuda Yogyakarta selama beberapa saat. Begitu pun sebaliknya.

Kenzo dan keempat kawannya spontan kembali mengadu pandang.

Akan tetapi, tak lama, sosok di hadapan mereka melepaskan kacamata dan membuka masker guna memperlihatkan wajahnya. Secara perlahan, setiap inci dari wajah yang terlihat tampak begitu tidak asing bagi Kenzo dan keempat kawannya. Seperti wajah yang begitu mereka kenali. Berhasil menaruh asa di benak mereka. Namun, tepat ketika wajah sosok tersebut terpampang sempurna, ekspresi dan reaksi yang ditunjukkan tidaklah selaras, sebab mereka malah melotot, tak percaya.

“Rakha!” Nama itulah yang lolos dari mulut kelimanya.

“Ngapain lo ke sini, hah?! Mau ngeliat penderitaan kami lagi? Iya?!” Valdi melangkah mendekati sel dengan jari yang menuding-nuding pria angkuh itu dan rahang yang mengeras disertai dengan mata yang tetap melotot dan dahi yang terlihat sedikit mengerut. Nada bicaranya spontan tinggi selaras dengan emosinya saat ini.

Disusul Aksa yang tak kalah merasa geram. “Lo masih belum puas ngetawain penderitaan kami, sampe rela-rela dateng ke sini? Lo, kan, yang udah ngelakuin semua ini?! Lo kira kita enggak tahu kalau lo itu suruhan pria bau tanah tadi? Cih! GUE MUAK LIAT LO!” sambil menuding seperti yang dilakukan Valdi dan penuh dengan penekanan.

Rakha malah membisu sampai ia bergerak membuka gembok dan melepasnya dari sel. Sebersit tanda tanya dan keanehan di benak kelima pemuda Yogyakarta.

Apa kiranya yang akan dilakukan Rakha setelah ini?

Tak lama, Rakha pun berkata, “Cepatlah keluar!”

Baru saja memberi perintah seperti itu, Melviano langsung menonjok pria angkuh itu tepat ketika sel terbuka lebar. Ia tindih badan pria itu dengan tatapan tajam dan kedua tangan yang mencengkeram erat kerah pakaian Rakha ketika pria itu terjatuh akibat pukulan yang dirinya lakukan. Sedangkan Rakha hanya terdiam.

“DASAR BEDEB*H! BERANI-BERANINYA LO MUNCUL LAGI!”

Satu tonjokan kembali melayang di akhir kalimat. Tepat mengenai bibir kanan Rakha, membuat bagian itu berdarah. Namun, tak sampai di situ, Melviano masih tetap mengunci pergerakan pria angkuh itu sambil berkata, “Kali ini gue enggak akan ngebiarin lo pergi!” dengan nada bicara penuh penekanan dan amarah yang semakin menggebu, juga menghentak daksa pria itu dengan dorongan tanpa dilepaskan.

Bandung Lautan Api, 2042Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang