⚠️ PERHATIAN ️⚠️
Mohon bersikap bijaklah sebagai pembaca, sebab ini hanyalah karangan fiktif! Dan apabila ada kesalahan, mohon untuk bantu diperbaiki.
Jika ada kesamaan pada nama tokoh, tempat, dan sebagainya, itu sepenuhnya ketidaksengajaan.
Jangan lupa untuk follow akun penulis, juga tinggalkan jejak vote dan komen! Terima kasih!
• • ✧ • •
Sehabis mengunjungi Museum Konferensi Asia Afrika, Kenzo dan keempat kawannya memutuskan untuk beristirahat sejenak. Menyempatkan diri untuk memanjakan perut dengan mampir ke salah satu rumah makan terdekat.
Rumah makan yang mereka kunjungi saat ini adalah warung sate yang terletak di Jalan Asia Afrika No. 155 (Simpang 5), Kb. Pisang, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat.
Untungnya warung tersebut sudah buka, mengingat jadwal bukanya mulai dari jam 10.00 WIB, dan mereka datang pada pukul 10.04 WIB. Bisa dibilang bahwa mereka adalah pembeli pertama yang datang ke tempat tersebut.
Di sana, mereka memesan beberapa porsi hidangan yang berbeda. Mulai dari sate kambing dengan porsi full daging sebanyak 20 tusuk, sate ayam sebanyak 20 tusuk, sate sapi bercampur lemak sebanyak 20 tusuk juga, nasi 5 porsi, serta otak-otak sebanyak 25 pcs guna camilan di jalan nanti. Tak lupa, mereka juga memesan 5 gelas es teh manis sebagai penyegar dahaga. Lalu, sekitar setengah jam ke semua pesanan datang dan disajikan di atas meja.
Sambil menikmati hidangan yang telah matang, baik Kenzo, Harzan, Aksa, Melviano maupun Valdi sesekali berceloteh random; membahas banyak hal tanpa batas.
Hingga, Kenzo--si bijak berkata, “Dari Museum Konferensi Asia Afrika, kita bisa ambil kesimpulan dan sebuah pelajaran. Kalau 2 benua aja bisa bersatu untuk mencapai suatu tujuan, kita sebagai warga dari salah satu negara yang terletak di 2 benua itu bisa dong bersatu juga untuk menjaga keutuhan. Apalagi, negara kita termasuk dari salah satu yang memprakarsai konferensi tersebut. Tapi faktapnya¹, angan-angan semata. Masih ada aja segelintir warga yang lebih mementingkan egonya.”
“Bener! Buktinya, sampai detik ini, di era canggih seperti saat ini, kota yang keliatannya tentram, damai dan sentosa ternyata menyimpan masalah yang serius. Bahkan parahnya, pelakunya terkadang masih dari kota yang sama.” Valdi ikut bersuara menambah ungkapan sang kawan, kemudian melahap sate ayam kesukaannya.
Lalu, disusul Melviano yang berpikiran hal sama, “Ya, that’s true! Itu karena pada dasarnya Indonesia bukan hanya kekurangan orang jujur, tapi juga kekurangan orang waras. Masih ada banyak manusia berdarah merah putih yang otak dan nuraninya terlalu kotor. Apalagi, kalau udah berurusan dengan harta, takhta dan ambisi. Masih banyak yang nekat ngelakuin hal gegabah dan fatal hanya untuk memuaskan hasratnya.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Bandung Lautan Api, 2042
Action[Prequel Novel VOC Yogyakarta Tahun 2050] [Jangan lupa vote dan komen, serta follow akun penulis sebelum membaca! Cerita ini hanyalah fiktif. Mohon bersikap bijaklah sebagai pembaca!] Genre : Action, Thriller, dan Sci-Fi. [Indonesian Genius Generati...