28. Kunjungan & Gunjingan

28 4 0
                                    

⚠️ PERHATIAN ️⚠️

Mohon bersikap bijaklah sebagai pembaca, sebab ini hanyalah karangan fiktif! Dan apabila ada kesalahan, mohon untuk bantu diperbaiki.

Jika ada kesamaan pada nama tokoh, tempat, dan sebagainya, itu sepenuhnya ketidaksengajaan.

Jangan lupa untuk follow akun penulis, juga tinggalkan jejak vote dan komen! Terima kasih!

• • ✧ • •

Dua hari telah berlalu, kelima pemuda Yogyakarta masih berakhir nahas di dalam sel penjara, merenungi nasib mereka yang entah mengapa tampak mengenaskan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua hari telah berlalu, kelima pemuda Yogyakarta masih berakhir nahas di dalam sel penjara, merenungi nasib mereka yang entah mengapa tampak mengenaskan. Alih-alih menikmati liburan semester, kelimanya malah terjerat oleh tuduhan dan jebakan laknat. As*, seakan tak membiarkan mereka hidup dengan tenang, dan tanpa alibi yang kuat.

Benar! Meronta-ronta dalam foramen nista, tersungkur hanya karena kecaman dari insan bermulut busa. Terlampau ngeri, bermain dengan api dan bisa, seakan tidak memiliki dampak mengerikan--hanya hiburan layaknya seperti yang dimainkan anak-anak.

Tak lama, seorang petugas tiba-tiba menghampiri sel penjara yang menjadi tempat singgah Kenzo dan keempat kawannya saat ini, terlihat seperti membawa suatu kabar.

Petugas polisi itu kemudian berkata, “Ada yang ingin bertemu kalian.“ Ia tidak berniat membukakan pintu tempat tahanan dan mengeluarkan kelima pemuda Yogyakarta, apalagi membiarkan mereka mengobrol di tempat khusus seperti yang dilakukan tahanan lainnya, melainkan hanya memberi tahu, lalu melenggang pergi begitu saja. Seenteng dan secepat itu, seakan hanyalah angin lalu.

Bersamaan dengan kepergian petugas tadi, tiba-tiba Rakha muncul, tepat di hadapan mereka menggantikan posisi sang petugas, lalu menatap kelima pemuda Yogyakarta secara bergantian dengan mimik yang terlihat menghina dan dibuat-buat.

Sontak, Harzan yang sudah berharap bertemu dengan pria angkuh itu untuk mematahkan tangannya, segera bangkit, arkian mendekati pagar besi untuk meluapkan rasa kesalnya. Namun, pergerakannya tidak sebebas sebelumnya, pagar besi itu menghalau daksa Harzan.

Rakha pun tersenyum miring. “Malangnya kalian harus berakhir di penjara.”

Ucapannya berhasil memancing emosi dari kelima pemuda Yogyakarta, terkhususnya Melviano dan Harzan. Kedua pria itu kian melebarkan mata sambil mencengkeram sel dengan kuat.

“Gue turut prihatin sama keadaan kalian sekarang. Tapi sayangnya, gue enggak bisa apa-apa. Gue enggak bisa bantu kalian keluar dari sini. Cuma satu yang gue bisa,” ucap Rakha dengan nada suara dan intonasi yang dibuat-buat dan terdengar semakin menyebalkan. Lalu, sedikit mencondongkan daksanya agar lebih dekat dengan sel, terkhususnya ke arah Harzan, “... ngetawain kalian!”

Sontak, pupil mata Harzan dan Melviano semakin melebar dan refleks menjulurkan tangan mereka ke luar sel untuk meraih pakaian Rakha dan mencengkeramnya. Namun, Rakha begitu lihai dalam menghindar, bahkan terlihat melakukan gerakan yang seakan mempermainkan emosi kedua pemuda Yogyakarta tersebut.

Bandung Lautan Api, 2042Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang