31. Kerikil-kerikil Panas

20 2 0
                                    

⚠️ PERHATIAN ️⚠️

Mohon bersikap bijaklah sebagai pembaca, sebab ini hanyalah karangan fiktif! Dan apabila ada kesalahan, mohon untuk bantu diperbaiki.

Jika ada kesamaan pada nama tokoh, tempat, dan sebagainya, itu sepenuhnya ketidaksengajaan.

Jangan lupa untuk follow akun penulis, juga tinggalkan jejak vote dan komen! Terima kasih!

• • ✧ • •

Mendengar tuduhan Tuan Kagendra pada Bu Mira dan keluarganya selaku pemilik vila berhasil membuat kelima pemuda Yogyakarta terperangah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mendengar tuduhan Tuan Kagendra pada Bu Mira dan keluarganya selaku pemilik vila berhasil membuat kelima pemuda Yogyakarta terperangah. Pasalnya mereka tidak percaya jika orang sebaik Bu Mira dan keluarga bisa menjadi duri yang mematikan. Namun, itu barulah prediksi, yang mana artinya belum sepenuhnya terbukti dan dinyatakan sebuah fakta.

Dari sana, kelimanya saling pandang, menatap ragu satu demi satu. Lalu setelahnya, Kenzo pun berkata, “Bu Mira dan keluarganya? Itu enggak mungkin, Tuan. Jelas-jelas mereka baik banget sama kami.”

Tuan Kagendra terlihat melipat kedua tangannya di depan dada, menghela napas dan terdiam dengan tatapan mata menatap lekat ke arah Kenzo.

Arkian menyahut, “Sebaik apa pun manusia akan ada masanya dia menjadi seorang penjahat, Kenzo. Begitu pun sebaliknya. Dan secantik apa pun bunga mawar, ia tetap memiliki duri yang bisa kapan saja menusuk tanganmu dan membuatnya berdarah. Sebuah kejahatan tidak harus selalu terlihat dari kavernya, tapi juga bisa dilihat dari berbagai arah yang sangat tidak terduga. Kau seharusnya sudah tahu soal itu. Kau mengerti, ‘kan?”

Kenzo terdiam.

Benar! Itu sangat benar!

Tuan Kagendra lalu melanjutkan, “Intinya, untuk saat ini kalian harus lebih berhati-hati. Kota Bandung sedang dalam fase diselimuti oleh ilusi. Jangan mudah percaya pada siapa pun di kota ini untuk sementara waktu! Tapi, mengingat kita tidak tahu apa yang akan terjadi pada kalian setelah ini, saya memutuskan untuk melepas permintaan saya yang meminta kalian memantau Kota Bandung ....”

“... Dan setelah ini Andhra akan mengantar kalian ke vila. Kemaskan barang-barang kalian dan pastikan tidak ada yang tertinggal. Pihak organisasi akan memulangkan kalian kembali ke Kota Jogja dengan helikopter. Saya takut kalian semakin terancam jika berlama-lama di sana. Jadi, lakukan secepat mungkin sebelum masalah menghampiri kalian,” pungkas Tuan Kagendra, Kenzo dan keempat kawannya kembali saling pandang, sekilas.

“Jadi ... maksudnya kami harus terpaksa pulang sekarang? Begitu?”

Tuan Kagendra spontan mengindahkan pertanyaan tersebut. Kelimanya seketika kecewa.

“Baik. Hanya itu yang ingin saya sampaikan. Jaga diri kalian baik-baik! Andhra akan memantau kalian dari jauh. Jika kalian membutuhkan pertolongan, kirim saja pesan apa pun pada saya atau panggil saja dia. Andhra dan kedua pesuruh lainnya akan mendampingi kalian,” ujar Tuan Kagendra, kelima pemuda Yogyakarta tersebut hanya bisa manut, “saya pamit.”

Bandung Lautan Api, 2042Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang