20. Menelaah Alasan

30 3 1
                                    

⚠️ PERHATIAN ️⚠️

Mohon bersikap bijaklah sebagai pembaca, sebab ini hanyalah karangan fiktif! Dan apabila ada kesalahan, mohon untuk bantu diperbaiki.

Jika ada kesamaan pada nama tokoh, tempat, dan sebagainya, itu sepenuhnya ketidaksengajaan.

Jangan lupa untuk follow akun penulis, juga tinggalkan jejak vote dan komen! Terima kasih!

• • ✧ • •

Setelah mendengarkan penjelasan hingga peringatan dari dokter, Kenzo dan Melviano kian berdiri di setiap sela ujung ranjang ketiga kawannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah mendengarkan penjelasan hingga peringatan dari dokter, Kenzo dan Melviano kian berdiri di setiap sela ujung ranjang ketiga kawannya. Menatap mereka secara bergantian sambil memikirkan sesuatu.

Sebenarnya, apa salah mereka hingga menjadi incaran? Dan apa salah pendatang sebelumnya yang mengalami hal yang sama dengan mereka? Apakah saling berkaitan dan masih satu dengan masalah yang disampaikan Tuan Kagendra, atau kali ini berbeda?

Sambil memandangi keadaan Harzan dan Aksa, Kenzo yang saat ini sedang melipat kedua tangannya dengan dahi bertaut seketika berkata, “Gue jadi makin penasaran sama sangkut paut semua ini? Dan kalau pelakunya sama, apa motif alasannya? Dan ... siapa kira-kira dan dari mana pendatang sebelumnya yang katanya diserang juga kayak kita? Apa jangan-jangan semua ini enggak jauh dari permasalahan yang Tuan Kagendra maksud?”

Kenzo menatap Melviano yang saat ini sedang menundukkan pandangannya dengan dahi yang sama-sama bertaut dan kedua tangan yang dimasukkan ke saku celana, di akhir kalimat. Mengutarakan pertanyaan sekaligus meminta rangkaian persepsi dan pendapat.

Melviano yang saya ini tengah diajak bicara, langsung membalas tatapan Kenzo. Namun, sekilas. Pria temperamental itu langsung mengalihkan perhatiannya, lurus ke arah depan sambil menghela napas.

Lalu tak lama, Melviano pun berujar, “Gue juga penasaran soal itu. Dan anehnya, tempat kejadian yang kita alami kosong dari penghuni. Enggak ada satu pun warga di sana, seakan daerah mati. Apa semua ini emang udah direncanain matang-matang sampe enggak ada siapa pun yang bisa ngelindungin, apalagi nyelametin kita? Bener-bener di luar nalar.”

Melviano benar. Sangat mustahil jika semua itu hanyalah kebetulan. Persentase bahwa kejadian yang mereka alami adalah sebuah siasat basi hanyalah 20%. Sisa dan lebih dari itu ialah siasat matang yang buktinya sudah mereka saksikan, tepat dengan mata kepala mereka sendiri.

“Lo bener, No. Gue curiga kalau jejak dan langkah kita diuntit,” sambung Kenzo. Keduanya lalu seketika terdiam, masih sambil berpikir.

“Terus, kira-kira masalah ini bakal kita bawa ke ranah hukum, enggak?” Kenzo menoleh ke arah Melviano, meminta pendapat dan persetujuan sang kawan tertua.

Melviano dengan mantap menjawab, “Harus dong, Zo. Kita enggak boleh biarin pelakunya kabur gitu aja. Apa yang mereka lakuin ke Aksa, Harzan dan Valdi harus mendapat ganjaran yang setimpal.”

Bandung Lautan Api, 2042Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang