27. Klarifikasi & Jeruji

17 2 0
                                    

⚠️ PERHATIAN ️⚠️

Mohon bersikap bijaklah sebagai pembaca, sebab ini hanyalah karangan fiktif! Dan apabila ada kesalahan, mohon untuk bantu diperbaiki.

Jika ada kesamaan pada nama tokoh, tempat, dan sebagainya, itu sepenuhnya ketidaksengajaan.

Jangan lupa untuk follow akun penulis, juga tinggalkan jejak vote dan komen! Terima kasih!

• • ✧ • •

Valdi dan Melviano tak henti-hentinya menatap Harzan, Aksa dan Kenzo, masih tak percaya akan apa yang mereka dengar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Valdi dan Melviano tak henti-hentinya menatap Harzan, Aksa dan Kenzo, masih tak percaya akan apa yang mereka dengar. Mereka tidak tahu-menahu jika ketiga kawannya tersebut membawa barang-barang berbahaya, seperti bom, pistol dan semacamnya.

Sedangkan Agah--polisi yang bertugas menginterogasi kelima pemuda Yogyakarta, seketika berdecak. “Lihat! Ternyata ada barang bukti yang tidak perlu dicek pun sudah jelas jika ada sidik jari kalian di sini. Apa kalian masih mau mengelak?”

Kenzo yang merasa menjadi salah satu tersangka, segera mengklarifikasi, “Dengar, ini bukan yang seperti Anda kira, Pak. Kami menemukan benda-benda ini di reruntuhan dan ini bukanlah milik kami! Kami tidak membawa apa pun selain tas berisi ponsel, uang, dompet, earphone dan juga charger.”

Agah setia mendengarkan. “Lalu?” Ia menatap lekat Kenzo. “Kenapa kalian memegang dan mengambilnya? Bukankah sudah jelas jika kalian melakukannya, maka sidik jari kalian akan membekas? Kalian pasti tahu itu, bukan?”

Kenzo seketika tergagap dan terpaku. Pertanyaan Agah berhasil men-skak dirinya.

Agah pun menghela napas dan semakin menegakkan posisi duduknya. “Jika kalian memang tetap tidak ingin jujur, tak apa. Sampai benda-benda ini sepenuhnya diperiksa secara akurat dan kami melakukan penyelidikan lebih jauh tentang kasus kalian, kalian akan menginap di jeruji besi selama beberapa hari. Dan jika kalian ternyata terbukti bersalah, maka bersiaplah untuk menerima akibatnya!” Ia menudingkan jari telunjuk tangan kanannya kala memberi peringatan akan hukuman pidana. Lalu, beranjak bangun dari tempat, dan perlahan mundur, berdiri di belakang kursi.

Arkian, ia mengedikkan kepalanya ke arah kanan sekali sebagai isyarat kepada rekannya di pintu ruang interogasi. Langsung saja beberapa petugas polisi datang setelah rekan Agah tersebut keluar dari ruangan, tampaknya untuk memanggil kawan-kawannya.

Dari sana, Kenzo dan keempat kawannya kemudian dibawa menuju salah satu sel penjara yang terletak tidak jauh dari ruang interogasi, menjalankan masa penahanan sementara sampai pihak inafis menunjukkan hasil akurat dan keputusan final kasus mereka turun.

Kenzo dan yang lain pun hanya bisa menurut, beberapa di antaranya memegangi pagar penjara dan menatap kesal ke arah para petugas polisi. Sedangkan sisanya duduk termenung, sadrah akan keadaan. Entah apa yang akan mereka alami setelah ini, mereka tak tahu harus berbuat dan meminta tolong pada siapa, sebab segala teknologi dan barang-barang yang mereka bawa telah disita, termasuk jam tangan kelimanya, pulpen Aksa, dan kacamata Melviano.

Bandung Lautan Api, 2042Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang