[Prequel Novel VOC Yogyakarta Tahun 2050]
[Jangan lupa vote dan komen, serta follow akun penulis sebelum membaca! Cerita ini hanyalah fiktif. Mohon bersikap bijaklah sebagai pembaca!]
Genre : Action, Thriller, dan Sci-Fi.
[Indonesian Genius Generati...
Mohon bersikap bijaklah sebagai pembaca, sebab ini hanyalah karangan fiktif! Dan apabila ada kesalahan, mohon untuk bantu diperbaiki.
Jika ada kesamaan pada nama tokoh, tempat, dan sebagainya, itu sepenuhnya ketidaksengajaan.
Jangan lupa untuk follow akun penulis, juga tinggalkan jejak vote dan komen! Terima kasih!
• • ✧ • •
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kericuhan terjadi begitu sengit, kini Kenzo dan para rekannya berdiri di kelilingi para warga dan petinggi Kota Paris van Java.
“Coba pikir pake logika! Apa untungnya kami melakukan pembelotan? Kami ini hanya anak muda yang berkunjung ke kota lain untuk berlibur! Tidak lebih! Kami ini datang secara baik-baik, kenapa harus pulang dengan cara yang tidak manusiawi?”
Kenzo kian dilahap kemurkaan; raut wajahnya semakin memerah, nada bicaranya semakin meninggi, bahkan kerutan pada dahinya semakin terlihat jelas. Rasa geramnya terhadap persepsi orang-orang tak berakhlak di hadapannya itu berhasil membuat sang pria tegas gelap mata. Dirinya tak kenal lagi apa itu sopan santun, tak peduli lagi perihal tata krama seorang pendatang.
“Kalau kami memang berniat buruk, kenapa tidak dari awal saja kami memeras segalanya?! Memeras harta benda milik para warga kota ini!”
PLAK!
Tepat ketika Kenzo menyelesaikan ucapannya, tamparan keras mendarat, menciptakan bekas merah pada pipi kanannya. Pria rimpuh yang diketahui merupakan mandalika Kota Kembang ikut hanyut dalam kemurkaan; habis sudah batas kesabarannya.
“Kalau bicara sama orang tua itu dijaga! Bagaimana kami tidak menilai kalian buruk, kalian saja bersikap seperti ini! Tidak tahu sopan santun! Apa mulut kalian itu tidak disekolahkan? Dasar anak zaman sekarang! Maunya menang sendiri tanpa memikirkan hal lainnya!” ujar Tuan Harisdarma.
Mendengar dan mendapatkan tamparan itu, napas Kenzo terengah-engah, bukan karena habis berlari atau terkejut, melainkan karena semakin dikuasai amarah.
“Kalau begitu, bagaimana dengan Anda, Tuan? Apakah mulut dan otak Anda juga sudah disekolahkan?” tanya Kenzo dengan sangat beraninya, berhasil membuat sang lawan bicara terkatup dan semakin mengepal erat kedua tangannya dengan mata yang melebar sempurna.
Dari sana, sikap Kenzo semakin diserang oleh para warga. Sama seperti yang dilakukan pada Melviano yang kian diamankan oleh petugas setempat.
Sebelumnya, Melviano yang lebih dulu melakukan pemberontakan pada sekitar, sampai hampir memukul wajah sang mandalika. Namun, sebelum tonjokannya itu mendarat sempurna di wajah Tuan Harisdarma, kedua tangannya lebih dulu dicekal.