[Prequel Novel VOC Yogyakarta Tahun 2050]
[Jangan lupa vote dan komen, serta follow akun penulis sebelum membaca! Cerita ini hanyalah fiktif. Mohon bersikap bijaklah sebagai pembaca!]
Genre : Action, Thriller, dan Sci-Fi.
[Indonesian Genius Generati...
Mohon bersikap bijaklah sebagai pembaca, sebab ini hanyalah karangan fiktif! Dan apabila ada kesalahan, mohon untuk bantu diperbaiki.
Jika ada kesamaan pada nama tokoh, tempat, dan sebagainya, itu sepenuhnya ketidaksengajaan.
Jangan lupa untuk follow akun penulis, juga tinggalkan jejak vote dan komen! Terima kasih!
• • ✧ • •
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Empat hari telah berlalu, Aksa, Valdi dan Harzan sudah dibolehkan pulang. Keadaan mereka sepenuhnya membaik, terkecuali Harzan yang masih mengenakan gips di bagian hidungnya atas arahan dari dokter. Tulang hidung pria muda itu masih memiliki kemungkinan bergeser atau sebagainya. Dokter menyarankan dirinya memakai benda penahan tulang berwarna putih tersebut kurang lebih selama 1 minggu. Masih ada waktu 2 hari lagi untuk memeriksa secara pasti.
Dengan mobil yang sudah diservis oleh Kenzo di tempat servis terdekat dengan rumah sakit, dan kini dikemudian oleh Melviano, kelimanya menyusuri jalan menuju arah pulang; ke kediaman vila yang mereka sewa. Sekitar 3 kilometer harus mereka tempuh, melewati beberapa jalur jalan, termasuk jalan yang sama dengan yang mereka lewati ketika berangkat menuju Jalan Asia Afrika.
Sambil mengemudi dengan santai, Melviano sesekali menatap ke kaca spion untuk melihat keadaan di belakang mobil, lalu bergantian menatap ke arah depan. Begitu pun dengan Kenzo. Keduanya sepakat untuk memastikan bahwa perjalanan mereka berjalan lancar dan selamat hingga tujuan.
Sedangkan Aksa, Valdi dan Harzan, ketiganya menyandarkan kepala, bisa bernapas lega karena akhirnya bisa keluar dari gedung yang dipenuhi oleh bau obat. Juga akhirnya bisa merasakan makanan luar setelah berhari-hari mencicipi hidangan hambar.
Demi menghilangkan rasa suntuk dan kantuk, Kenzo yang duduk di samping pengemudi akhirnya bertindak menyalakan lagu. Menyetel lagu pop milik Tulus yang berjudul Perahu Keras. Spontan, aksinya tersebut berhasil mengalihkan dunia ke semua kawannya. Pasalnya lagu yang disetel adalah lagu kesukaan mereka berlima; lagu yang biasa mereka nyanyikan di beberapa kesempatan. Seperti yang sekarang mulai mereka lakukan.
♪ Perahu Kertas – Tulus
Perahu kertasku ‘kan melaju Membawa surat cinta bagimu Kata-kata yang sedikit gila Tapi ini adanya
Perahu kertas mengingatkanku Betapa ajaibnya hidup ini Mencari-cari tambatan hati Kau sahabatku sendiri
....
•
Kelimanya memiliki suara emas, bernyanyi dengan khidmat, melantunkan setiap kata dengan ritme, intonasi, resonansi dan artikulasi dengan tertata. Jika mereka mendaftarkan diri di kompetisi menyanyi grup, mereka memiliki peluang besar untuk menjadi penyanyi atau boy group terkenal. Namun, tidak ada minat terhadap semua itu. Bagi mereka bernyanyi seperti saat ini adalah hobi dan cara mereka menenangkan diri. Dan ketika menemui titik reff, kelimanya akan bernyanyi dengan lebih semangat, seperti yang mulai mereka lakukan: