⚠️ PERHATIAN ️⚠️
Mohon bersikap bijaklah sebagai pembaca, sebab ini hanyalah karangan fiktif! Dan apabila ada kesalahan, mohon untuk bantu diperbaiki.
Jika ada kesamaan pada nama tokoh, tempat, dan sebagainya, itu sepenuhnya ketidaksengajaan.
Jangan lupa untuk follow akun penulis, juga tinggalkan jejak vote dan komen! Terima kasih!
• • ✧ • •
Mendapat pertanyaan yang merajuk pada argumen dari sudut pandang mereka, Harzan, Aksa, Melviano dan Valdi seketika beradu tatap dengan tampang yang mengisyaratkan penuh tanya. Sedangkan Kenzo, pria itu menatap keempatnya secara bergantian sambil menunggu jawaban mereka.
Tak lepas dari sisi logika, keempatnya mulai menimbang-nimbang dan mencocokkan jawaban mereka dengan pernyataan yang dilontarkan Kenzo. Bukan sembarang bertanya pendapat, tetapi ini lebih mengacu dan mengetes segi kemanusiaan mereka, kiranya berpihak pada Pak Soekarno, tidak atau netral.
Sambil menunggu jawaban keempat kawannya, Kenzo kembali mengalihkan perhatiannya pada pemandangan di depan mata. Memandang pepohonan taman dengan bungkam. Menikmati angin yang menerpa sejuk dengan sinar mentari yang perlahan naik ke atas kepala.
Dengan perasaan santai dan ekspresi yang biasa, Aksa tak lama berkata, “Kalau menurut gue, ada bener dan salahnya. Di satu sisi, beliau menyatakan hal fakta, bahwa Indonesia emang belum mampu mengalahkan Jepang pada masa itu dan Jepang sebelumnya menjanjikan kemerdekaan Indonesia. Tapi ... gue kurang suka sama caranya mewujudkan kemenangan. Dengan ikut andil dalam romusha, Pak Soekarno jelas-jelas mengambil langkah yang terlalu gegabah, kelewat batas dan ... miris.”
Kenzo menoleh kala sang kawan berbicara.
“Dan dari yang gue tahu, Pak Soekarno itu emang tipikal sosok yang mudah dirayu hanya dengan wanita. Makanya enggak heran kalau beliau bisa punya istri orang Jepang. Tapi, gue juga enggak bisa sepenuhnya menyalahkan beliau. Karena kita enggak tau apa-apa yang udah terjadi secara faktap di depan mata. Karena yang tahu segalanya cuma Tuhan,” pungkas Aksa, berarti menyatakan bahwa ia berada di tim netral.
Berlanjut dengan Valdi yang ikut angkat suara, “Gue juga sependapat kayak Aksa. Kalaupun kita mau nyalahin Pak Soekarno karena udah menciptakan banyak penderitaan untuk warga Indonesia, beliau juga punya peran penting untuk Indonesia, terkhususnya ketika masa kemerdekaan. Dan kalaupun kita mau ngedukung beliau karena jasanya yang besar, udah banyak juga bukti kejahatannya, dan itu dirasakan langsung oleh rakyat Indonesia. Jadi ... mau dibilang salah, ya, ada benernya ... Dibilang bener, juga ada salahnya.” Ia ikut berpihak pada tim netral, berbicara dengan tampang serius.
Tak ingin kalah, Harzan pun menyusul, “Kalau gue ... gue enggak suka sama cara kepemimpinan Pak Soekarno. Dari sisi gelap yang lo kasih tahu, udah jelas banget kalau tindakannya itu salah dan fatal. Bagi gue enggak cukup dan enggak bisa dimaafkan.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Bandung Lautan Api, 2042
Action[Prequel Novel VOC Yogyakarta Tahun 2050] [Jangan lupa vote dan komen, serta follow akun penulis sebelum membaca! Cerita ini hanyalah fiktif. Mohon bersikap bijaklah sebagai pembaca!] Genre : Action, Thriller, dan Sci-Fi. [Indonesian Genius Generati...