12. BI: Sisi Kelam Tersembunyi

41 4 0
                                    

⚠️ PERHATIAN ️⚠️

Mohon bersikap bijaklah sebagai pembaca, sebab ini hanyalah karangan fiktif! Dan apabila ada kesalahan, mohon untuk bantu diperbaiki.

Jika ada kesamaan pada nama tokoh, tempat, dan sebagainya, itu sepenuhnya ketidaksengajaan.

Jangan lupa untuk follow akun penulis, juga tinggalkan jejak vote dan komen! Terima kasih!

• • ✧ • •

Setelah perhatian mereka terusik, Kenzo dan keempat kawannya kembali pada posisi semula

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah perhatian mereka terusik, Kenzo dan keempat kawannya kembali pada posisi semula. Menyempatkan diri untuk kembali menyantap makanan; menikmati betapa enaknya sate di warung makan tersebut.

Sambil melahap beberapa potongan daging, Valdi yang masih merasa penasaran dengan kisah Pak Soekarno spontan bertanya, “Yang tadi cuma segitu aja? Enggak ada sisi gelap lainnya?”

Kenzo yang diajak bicara seketika mengernyit, bingung ke arah mana ucapan pria itu. Dengan mulut yang sambil mengunyah makanan, pria itu balik bertanya, “Yamng mhana?” Suaranya sedikit kurang jelas karena kunyahannya.

Valdi lalu menjawab, “Itu ... tentang Pak Soekarno. Kalau bisa presiden dan tokoh lainnya.” Ia seperti biasa kembali melahap sate di akhir kalimat dengan nafsu. Sempat-sempatnya meneruskan obrolan di saat-saat sedang makan.

“Oh itu.” Kenzo meraih satu tusuk sate kambing, lalu dicocol dengan sambal merah. Kemudian, kembali menatap sang kawan. “Ada lagi. Banyak.” Ia ikut melahap di akhir kalimat, sedangkan ketiga kawan lainnya hanya mendengarkan.

Lalu, kembali melanjutkan, “Tapi nanti aja gue lanjut ceritanya. Kita abisin dulu makannya. Nanti kesedek lagi.”

Valdi mengangguk sadrah, harus menahan rasa penasarannya untuk sementara waktu. Ia dan keempat kawannya lalu fokus pada hidangan, tak ada lagi yang berucap sepatah kata pun.

Hingga selang sepuluh menit, hidangan telah sirna; lenyap dilahap oleh kelimanya dan hanya menyisakan bumbu serta piring dan gelas di meja. Salah satu dari mereka lalu berjalan menuju kasir untuk membayar makanan. Sebanyak Rp. 574.200,00 mereka habiskan untuk pesanan tadi. Mahal, tetapi pantas untuk makanan seenak itu.

Tanpa lama, Kenzo dan keempat kawannya kembali menuju mobil untuk melanjutkan perjalanan mereka, dengan tujuan kedua yakni Alun-alun Kota Bandung yang letaknya tidak terlalu jauh dari posisi mereka saat ini.

Karena letak rumah makannya berjarak mundur 900 meter dari posisi semula, yakni Museum Konferensi Asia Afrika di Jalan Asia Afrika, maka mereka akan menempuh 1,1 kilometer Jalan Asia Afrika ke arah depan; kembali menuju dan melewati Museum KAA untuk sampai menuju Alun-alun Kota Bandung.

Untuk sampai ke tempat tujuan kedua, mereka akan kembali melewati beberapa perusahaan, termasuk Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat dan Tower Asia Afrika seperti saat hendak menuju Museum KAA. Mereka sengaja mampir ke rumah makan di Jalan Asia Afrika No. 155 tersebut karena merasa penasaran.

Bandung Lautan Api, 2042Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang