[XXI]

153 108 0
                                    

Now playing this
♪Separuh nafas - Dewa19♪

Now playing this ♪Separuh nafas - Dewa19♪

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

o0o

Sebuah gang kecil dan berliku-liku dimasuki Kaisar. Keza takut tergelincir karena mereka bersembunyi di bangunan tua yang tak jadi. Ia tidak berani menyarakan keluhan bahkan nafas berat sekalipun, takut jika menganggu Kaisar yang fokus. Mungkin saja ia lupa tengah membawa seseorang. Padahal sudah dikuasi keheningan, hingga Keza sadar mereka tidak lagi bisa ditemukan, dan hanya perlu menunggu menyelamat diri.

"Eung!" Keza meringis bukan karena kakinya yang salah pijak dan memberikan sensasi nyeri, tapi kerena hal itu, Kaisar jadi menolehnya kilat. Apa kecerobohannya begitu mengganggu?

"Kenapa?" Ia memeriksa dan begitu cepat menunduk memperhatikan kaki Keza yang sudah dibenarkan si pemilik.

Lidahnya kelu seakan dikekang tenggorokan saat Kaisar mendongak menatapnya dengan sisa kekhawatiran mengenai pekikannya tadi. Rasanya Keza ingin luruh dan menangis kencang. Kaisar harus tau dibanding kesakitan, kakinya seolah tak terasa karena rela dibawa susah payah berlari kencang degan jarak yang jauh. Susah sekali rasanya menebalkan perasaan setidaknya tidak mengalirkan air mata begitu saja. Entah apa yang ada di pikiran Kaisar.

"I-ini terkilir?" Kaisar gelagapan, selain khawatir ia takut Keza menahan sakitnya terkilir, ia tau rasanya dan tidak rela jika Keza mengalaminya. "Duduk aja, duduk aja..." Titah Kaisar pelan dan memposisikan Keza duduk dengan baik di tempat mereka berpijak. Tanpa melepaskan tangan, karena tangan Kaisar justru di genggam Keza semakin erat.

Antara kesal, lega dan apapun itu, Keza menggigit bibir bawahnya dan terisak-isak, mencoba menghapus air mata yang bandel. Namun tidak bisa ia melepaskan dari Kaisar yang ia genggam tangannya dan masih memperhatikannya ketika mereka duduk berdekatan.

"Untuk sekarang, nangisnya jangan kenceng."

Keza mengangguk, semakin tidak bisa menahan tangisan di saat Kaisar yanga tergolong kasar meminta dengan begitu lembut dan hati-hati. Meski Keza pertaruhkan di telinga orang lain akan terdengar biasa saja, tapi sebuah kemajuan baginya. "Gak kekilir kok."

"Mereka dekat kita?"

Kaisar beserta wajah datarnya menggeleng. Ia hanya menoleh sekilas karena lebih mementingkan kaki Keza.

"Lo emang sering kalah, ya, kalo berantem sama musuh lo?" Ada sirat iba, apalagi dengan wajah babak belur itu.

Untuk yang ini Kaisar menoleh dengan mendelik. Keza tidak tau, meski masih di SMA karena telat 2 tahun, Kaisar termasuk anggota inti dan bisa dianggap ketua di gerombolannya, lalu siapa yang selalu berhasil melawan orang-orang yang pernah mengganggu Keza dulu, kalau bukan Kaisar. Hanya saja, jika bertarung secara asal antar geng memang menguras tenaga. Dan memang jika diakhir-akhir, 1 diantara benyaknya orang, akan menjadi sasaran empuk, contohnya Kaisar.

"Iya." Tapi dibanding menyanggah, Kaisar lebih memilih Keza membenarkan asumsi dirinya sendiri. "Makanya kita lari aja, biar gak nambah risiko."

Kernyitan di dahi Keza mulai muncul. Tidak tega dan merasa terancam. "Terus sekarang, kita udah aman?" Ia dibawa lari hanya membawa diri, tanpa ponsel yang ia tinggalkan di mobil.

farawayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang