Keduanya mengikuti Taehyung ke sebuah jalan sepi yang terlihat seperti kota hantu daripada sebuah jalan. Memang benar bahwa saat itu sudah larut malam, tetapi masih selalu ada beberapa orang yang keluar pada malam hari. Namun, sepertinya tidak dengan daerah itu.
Setelah berjalan beberapa saat, akhirnya mereka berbelok ke kiri ke jalan sempit yang tidak beraspal, kotor dan berlumpur karena hujan deras.
"Sepatu ini terlalu bagus untuk dipakai di sini. Disini sangat kotor." Yoongi mengomel, memecah keheningan yang memekakkan telinga.
"Seharusnya kau tahu untuk tidak membawa sepatu mewah itu ke sini. Ucapkan selamat tinggal pada sepatumu." Taehyung berkata tanpa ada ejekan dalam suaranya.
"Taehyung, apa yang kau lakukan untuk hidup?!" Namjoon bertanya dengan nada santai untuk kembali menghentikan pertengkaran yang sudah sangat dekat atau lebih tepatnya perkelahian antara temannya dengan pemuda itu.
"Serius, apa itu satu-satunya cara yang kalian tahu untuk mencairkan suasana?! Kurasa itu bukan urusanmu." Taehyung mengeluarkan nada yang agak kasar.
"Aku minta maaf." Namjoon bergumam sambil menunduk. Mereka berhenti di tengah jalan yang mengarah ke jalur di sebelah kanan mereka.
"Baiklah. Kalian akan berjalan sendirian mulai dari sini. Aku harus pergi. Aku sudah terlambat. Ikuti jalan ini sampai ke ujungnya. Di sana, kau akan menemukan rumah dengan pintu putih di sebelah kirimu, itulah rumah Jin." Taehyung memberitahu mereka dengan nada senang.
"Mudah ditemukan, kalian tidak akan melewatkannya, mudah apanya!" Yoongi berseru dengan kesal.
"Taehyung, aku tahu kau terlambat, tapi aku ingin sekali mengetahui hal ini. Kenapa kau membantu kami? Aku tidak bermaksud menyinggung, tapi kau tidak terlihat seperti orang yang suka membantu." Namjoon bertanya dengan penasaran.
"Hmm, aku pikir kau terlalu pelupa, atau mungkin uang bukanlah masalah besar bagimu. Kau sudah membayarku, sayang! Dan juga, jika itu yang ingin kau ketahui, Jin adalah teman masa kecilku, dan satu-satunya orang yang bisa kupercaya di tempat ini." Taehyung menjawabnya dengan cepat.
"Oh, ayolah! Kau bercanda, kan?! Dari semua orang disini, kau mempercayai seorang pelacur. Yah, aku tidak bisa berharap lebih darimu." Yoongi berkata dengan nada mengejek pada anak laki-laki berambut pirang itu.
"Oh, jangan salah paham. Apapun yang dilakukan Jin adalah urusannya sendiri, dan itu tidak mendefinisikan karakternya sedikitpun. Dia mungkin memakai topeng kuat dan bersikap kasar, tapi dia peduli, setidaknya pada orang-orang yang dia kenal dan dia cintai. Jangan tersinggung dengan perilakunya yang tampaknya tidak sopan. Dia tidak bersungguh-sungguh. Baiklah, aku tinggalkan kalian di sini, Tuan-tuan." Ucap Taehyung, dan berjalan pergi sambil melambaikan tangan pada mereka.
"Kami tidak peduli dengan perilakunya. Kami hanya di sini untuk bercinta." Yoongi bergumam pada dirinya sendiri dengan ekspresi bosan.
"Terima kasih, dan jaga dirimu." Namjoon berteriak pada Taehyung. Kemudian, dia berbalik ke arah Yoongi.
"Tidak bisakah kau berpura-pura menjadi orang baik sekali saja dalam hidupmu?! Kita sudah sedekat ini untuk kehilangan satu-satunya kesempatan untuk sampai ke sini. Sekarang minggir kau!"
"Ya ampun! Kenapa kita tidak pergi mencari di kota saja?" Yoongi bertanya mengikuti temannya menyusuri jalan itu.
"Karena mereka dibuat untuk orang seperti Tuan Jeon-mu. Harganya terlalu mahal untuk orang seperti kita. Menurut sumberku, kita bisa mendapatkan itu disini dengan pria bernama Jin." Namjoon langsung menjawab dengan cepat. Keduanya sampai di ujung jalan buntu itu.
"Baiklah. itu pintu putih yang dimaksud Taehvung, kan?" tanya Namjoon tanpa mengharapkan jawaban dari temannya.
Mereka berdua melihat ke arah pintu yang sudah tua dan berdebu, lalu saling memandang.
"Ok, apa yang kau tunggu?! Ketuk pintunya." Namjoon berkata mendorong Yoongi ke pintu. Setelah mengetuk pintu sekitar empat atau lima kali, mereka mendengar suara hangat dan agak kesal dari dalam rumah.
"Aku datang. Jangan merusak pintu yang sudah rusak!"
"Lancang sekali!" Yoongi dan Namjoon berpikir bersamaan pada saat itu. Mereka mendengar suara pergeseran di balik pintu. Kemudian, pintu itu terbuka, menampakkan seorang dewa Yunani di depan mereka. Jika mereka pikir Taehyung tampan, anak laki-laki di depan mereka jelas tidak nyata.
Dia mengenakan sweater kuning, memperlihatkan bahu yang lebar dan pinggangnya yang ramping. Celana jins putihnya yang lebih baik dari pakaian Taehyung, tapi masih terlihat tua.
Rambut pirang kecoklatannya bersinar karena cahaya yang datang dari dalam, dan beberapa helai rambutnya menutupi dahinya. Mata cokelatnya berkilau, dan bibirnya adalah yang paling plumpy yang pernah mereka lihat pada seorang pria. Kedua pria yang tertegun itu menanyakan pertanyaan yang sama berulang-ulang di dalam pikiran mereka, "Apakah dia nyata?"
Anak laki-laki itu menatap mereka sambil tersenyum dalam hati, mengetahui alasan mengapa mereka tertegun.
"Hei, kalian berdua! Apa kalian tak bisa bicara?! Apa yang kalian inginkan?" Anak laki-laki itu berkata, meskipun dia sudah bisa menebak jawabannya.
"Ahmm! Kami di sini untuk membayarmu, dan memilikimu untuk malam ini." Namjoon akhirnya mengeluarkan kata-kata yang terbata-bata.
Jin tertawa mendengar kejujurannya, "Wow, langsung ke intinya. Aku melihat kalian begitu bersemangat. Baiklah. Pertama, berikan aku uang kalian. Kemudian, kalian bisa mengeluarkan penis kalian! Untuk masing-masing $50. Jadi, $100 untuk kalian berdua." Namjoon menyodorkan uang $120 ke tangan Jin, menyadari bahwa harga tersebut terlalu murah dibandingkan dengan pelacur lainnya, dan menunggu reaksi Jin.
"Oh, ternyata kita memiliki beberapa pria kaya dan dermawan disini. Masuklah. Aku tidak ingin kalian masuk angin di tengah hujan lebat ini." Ucap Jin sambil mempersilakan mereka masuk.
Mereka menuruni tangga pintu masuk dan sampailah mereka di ruang tamu rumah. Yah, sebuah gua lebih baik dari tempat itu pastinya.
Satu-satunya yang ada di ruang tamu kecil itu adalah sofa merah usang dan sebuah meja kopi tua di depannya, sebuah TV kecil yang berjarak setengah meter dari sofa, dan sebuah pemanas kecil di belakang sofa.
"Hangatkan diri kalian dulu. Aku akan membawakan sesuatu untuk diminum. Anggap saja rumah sendiri!" Kata Jin, memperhatikan cara mereka menatap ke sekeliling rumahnya. Jin segera menghilang ke dapur.
"Apakah seseorang, terutama orang seperti dia, pantas untuk tinggal di tempat yang kumuh seperti ini?" Bisik Yoongi, merasa kasihan pada anak itu.
"Kalau begitu, tolonglah dia. Astaga! Apa dia hidup sendirian?" Ucap Namjoon. Ia menjadi orang yang paling kasar untuk pertama kalinya di malam itu. Rasanya seperti peran mereka tertukar. Namun, sebelum Namjoon bisa mendapatkan jawaban, Jin kembali dengan dua cangkir kopi di tangannya. Dia meletakkannya di atas meja kopi, dan duduk di samping mereka di sofa.
"Ngomong-ngomong, aku Jin dan kalian?" Jin bertanya menyela percakapan mereka sebelumnya.
"Kami tahu. Maksudku, kami bertemu dengan Taehyung. Dia membimbing kami kesini. Aku Namjoon, dan ini Yoongi." Namjoon bicara dengan tergesa-gesa, menyebabkan Jin terkikik padanya.
"Baiklah, tuan-tuan. Aku akan pergi ke kamarku untuk mempersiapkan diri. Aku akan memanggilmu sekitar lima menit lagi." ucap Jin, mengarahkan menuju kamar di sebelah kiri yang merupakan satu-satunya ruangan di rumah itu selain dapur.
Setelah menunggu beberapa saat dan meminum kopi mereka, mereka mendengar Jin memanggil nama mereka, tepatnya mendesah sambil memanggil nama mereka.
Keduanya memasuki kamar dan melihat Jin yang terbaring di tempat tidurnya yang berukuran besar, tanpa pakaian di tubuhnya, dengan dua jari di dalam lubangnya. Setelah menyaksikan adegan seperti itu, satu-satunya hal yang mereka ingat adalah kesenangan, hanya kesenangan untuk malam itu.
Penasaran kapan JK muncul?
Chapter berikutnya kita akan ketemu JK 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
What is Love? | Kookjin ✔️
FanfictionKim Seokjin bekerja sebagai seorang prostitut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Walaupun begitu, ia belum pernah berciuman karena menurutnya ciuman itu hanya untuk seseorang yang spesial baginya. Lalu apa yang terjadi jika Jeon Jungkook seorang CEO...