28. Damai

752 77 6
                                    

Jin POV

Ketika hasrat yang membara untuk satu sama lain sedikit mereda, Jungkook dan aku memutuskan untuk berpelukan di tempat tidur sampai kami tertidur. Dia menyandarkan tubuh bagian atasnya di kepala tempat tidur dengan salah satu tangannya di belakang kepala untuk menopang. Dengan tangan yang lain, dia membelai rambutku. Berada dalam ketenangan dan kedamaian, aku meringkukkan tubuhku ke tubuhnya dan melingkarkan satu kakiku di sekitar kakinya.

Aku ingin menggunakan kesempatan ini sebaik mungkin. Sambil mencari lebih banyak kehangatan dari tubuhnya, aku mengendus lehernya untuk membawaku ke alam mimpi di mana aku dapat melakukan semua hal yang aku lakukan bersamanya malam itu berulang kali.

Tubuhnya sangat harum sampai-sampai aku tidak bisa mengendalikan diri. Aku menggigit kulit lehernya, dia tertawa kecil dan menatapku.

"Apa aku begitu lezat, kau ingin memakanku?!" Ketika tidak ada respon keluar dari mulutku dan yang dia dapatkan hanyalah wajahku yang memerah, dia tersenyum lembut dan mengecup bibirku.

"Ada satu kata, cintaku yang indah, yang menggambarkan dirimu ke seluruh dunia, kepolosan." Kerutan di dahinya menggantikan kebahagiaannya saat dia melihat air mata keluar dari mataku. Dia melihatku sebagai seseorang yang polos. Dia melihat seorang pelacur seperti itu. Bagaimana bisa? Aku sama sekali tidak seperti itu.

"Aku tidak polos, Jungkook."

"Jangan berani kau melanjutkannya!"

"Tapi-" Dia membungkamku dengan telunjuknya di bibirku.

"Jin, apapun yang kau lakukan di masa lalu bukanlah salahmu dan itu tidak bisa mendefinisikan siapa dirimu sebenarnya. Dan kau tahu?! Itu sudah berakhir. Babak baru telah terbuka dalam hidupmu, bersamaku. Akan kutunjukkan padamu sebuah dunia baru, sayang. Sebuah dunia dimana kau tidak akan pernah meneteskan air mata kecuali air mata bahagia."

Kali ini, alih-alih menangis, aku menunjukkan kepadanya betapa aku juga mencintainya. Aku menunjukkannya dengan simbol tersayang yang aku yakini sebagai simbol cinta untuknya. Aku mencium bibirnya yang indah. Aku bisa merasakan senyumnya saat dia menciumku, namun tiba-tiba dia berhenti.

"Kenapa kau tidak memberitahuku?" Dia membisikkan pertanyaan itu di bibirku.

"Memberitahu apa?" Aku bertanya balik dengan terengah-engah sambil memejamkan mata. Dia menatap langsung ke mataku ketika aku membukanya.

"Bahwa bibirmu yang plumpy dan manis itu hanya ditandai olehku?" Aku terkesiap kecil dan langsung menunduk.

"Seokjin?"

Sial! Dia tahu aku tidak bisa menolak suara serak dan seksinya. Aku melepaskan diri dari pelukannya dan menatapnya.

"Kau tidak menghentikanku saat pertama kali di rumahku." Dia berkata tanpa memutus kontak mata. Aku mengeluarkan tawa kecil.

"Tidak pada awalnya. Kau lebih tahu itu daripada aku!"

"Oh, benar! Kau mencoba dengan sangat lemah untuk mendorong batu besar sepertiku. Tapi, seperti yang kau tahu, itu tidak cukup dan kau bisa berusaha lebih keras."

"Aku sudah mencoba. Aku sudah mencoba, Jungkook, tapi kemudian..." Aku berhenti sejenak dan memalingkan muka untuk berpikir apakah tidak apa-apa untuk mengatakan kenapa aku tidak mendorongnya padahal aku juga memiliki kekuatan.

"Lalu apa?" Dia bertanya dengan tenang. Aku menoleh untuk menatapnya sekali lagi.

"Lalu dalam hitungan detik, aku merasakan sesuatu, perasaan yang menghangatkan seluruh tubuhku. Aku merasakan sesuatu yang baru. Bukan hanya nafsu, tetapi ada sesuatu yang lain di dalamnya. Aku tidak bisa menunjukkannya saat itu, tapi sekarang aku tahu. Aku tahu, Jeon Jungkook." Bibirku ditangkap sekali lagi, tapi kali ini dengan ciuman yang kasar.

What is Love? | Kookjin ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang