"Kau pikir kau ini siapa?" Jungkook bertanya pada Jin dengan marah.
"Kau pikir kau ini siapa?! Kau pikir hanya karena kau kaya raya, kau punya hak untuk bersikap kasar pada orang-orang seperti kami?" Jin berteriak balik pada CEO. Jungkook memelototinya untuk beberapa saat, terkejut dengan keberanian pria yang tampak lembut di hadapannya.
"Aku tidak punya banyak waktu untuk menyia-nyiakannya di sini bersamamu. Dan juga, Yoongi, kurasa kau harus memeriksa kembali daftar pertemananmu karena beberapa di antaranya benar-benar menyebalkan." Dia berkomentar akhirnya sementara tatapannya masih mengarah tajam pada Jin.
"Untung kita memiliki kesamaan! Aku tidak tidak ingin membuang-buang waktuku di sini bersamamu. Yoongi, terima kasih untuk hari ini. Kurasa lebih baik aku pergi sekarang." Jin berkata sambil bergegas menuju pintu keluar.
"Tunggu, Jin! Setidaknya biarkan aku mengantarmu pulang." Yoongi berteriak pada Jin sambil mengikuti pemuda itu, benar-benar lupa tentang keberadaan Jungkook.
"Tidak, kau harus melakukan apapun yang dia inginkan sekarang. Dan ini, aku hampir saja lupa. Ini uangmu. Aku ambil 10 dolar ini. Aku membutuhkannya untuk naik taksi. Maaf, aku tidak bawa uang." ucap Jin dengan malu-malu sambil memberikan sisa uangnya ke tangan Yoongi.
"Aku tidak membutuhkannya. kau boleh mengambilnya, Jin." Yoongi berbisik, mencoba mengembalikan uang itu.
"Tidak. Terima kasih, Yoongi. Sampai jumpa di lain waktu. Kau bisa memberikannya padaku nanti, tapi untuk sekarang, selamat tinggal." Jin beranjak pergi dengan tergesa-gesa sambil berlari dari sana, mencegah Yoongi untuk melakukan atau mengatakan sesuatu yang lebih jauh.
"Kau benar-benar membayar pelacur itu?!" Suara Jungkook sangat mengejutkannya.
"Kapan dia bisa sampai di sini?" Yoongi berpikir, terkejut dengan kehadiran Jungkook yang begitu cepat di belakangnya.
"Tuan, aku hanya..." Yoongi tergagap untuk berkata-kata.
"Saat dia mengembalikan uangmu, aku menyadari apa yang dia lakukan untuk hidup. Aku tidak ingin melihat pria itu di sekitarku atau di rumahku lagi, mengerti? Sekarang kembali bekerja." Jungkook memerintahkan dengan tegas, meninggalkan Yoongi sendirian di sana.
"Ya, Tuan." Dia bergumam dengan penuh kekalahan. Dalam perjalanan menuju rumah Jackson, ia mencoba menelepon Jin berkali-kali, tapi Jin tidak mengangkatnya. Yoongi mencintai Jungkook dengan sepenuh hati, tapi tuannya terkadang tidak bisa berbuat apa-apa selain sombong dan kasar terhadap orang lain. Dia berharap dia memiliki kekuatan untuk mengubah perilaku itu.
****************************************
Jungkook POV
Aku akhirnya mengakhiri pertemuan terakhirku pada pukul 11 malam. Pertemuan itu menjadi terlalu lama. Karena itu, aku mengumumkan kepada semua orang bahwa kami akan melanjutkan diskusi keesokan harinya. Aku pun pulang ke rumah.
Ketika sampai di rumah, hal pertama yang aku putuskan untuk dilakukan adalah minum wine. Aku menuju ke meja kopi di tengah ruang tamu yang memiliki kendi kristal untuk minuman beralkohol milikku.
Ada juga sesuatu yang lain di atas meja itu. Sebuah kotak biru tua yang berisi sebuah permata yang sangat penting, sebuah kalung yang dihadiahkan oleh Eomma pada ulang tahunku yang ke-9. Itu juga merupakan hadiah terakhirnya. Meskipun itu agak kekanak-kanakan, aku menyukainya bahkan saat itu.
Aku menaruhnya di sana karena meskipun itu menyakitkan, aku tetap ingin mengingat tentang Eomma di mana pun aku berada.
"Selamat datang kembali, Jungkookie. Bagaimana pekerjaanmu hari ini?" Adikkuku Jimin berseru, mengagetkanku.
"Kuharap kau mau belajar seni mengetuk pintu, Jimin. Kau pasti akan memberiku serangan jantung suatu hari nanti." Ucapku sambil mengambil gelas untuk anggurku. Namun, ketika aku hendak mengisi gelas dengan cairan mahal itu, mataku menangkap pemandangan ruang kosong. Kalung ibuku tidak ada di tempat biasanya.
"Bagaimana dengan baju ini, Jungkook? Aku membelinya hari ini saat aku keluar dengan Hoseokie." Jimin bertanya sambil menunjuk kemeja yang ia kenakan.
"Tidak ada di sini! Tidak ada di sini, Jimin." Aku meraung, membuat adikku menatapku dengan kaget.
"Apa yang tidak ada di sana, Jungkook?! Apa yang kau katakan?!" Dia bertanya padaku dengan nada cemas.
"Kalung Eomma. Beritahu para penjaga untuk menggeledah seluruh rumah. Aku ingin kalung itu ada di sini sekarang, Jimin!" Aku memerintahkannya seolah-olah dia adalah salah satu pelayan.
Beberapa saat berlalu dan aku mengetuk-ngetukkan jari di atas meja dengan gugup sambil menunggu kalung itu ditemukan. Taeyoung dan Jimin sedang duduk di sofa di ruang tamu. Mereka berbicara satu sama lain dan bahkan terkadang kepadaku, tetapi aku tidak dapat mencerna apa pun pada saat itu.
"Tuan, kami tidak bisa menemukan apa pun." ucap Salah satu anak buahku tanpa berani menatap mataku.
"Apakah kau sudah memeriksa kamera keamanan? Mereka pasti merekam sesuatu jika itu benar-benar terjadi." Aku berkata dengan tergesa-gesa setelah apa yang mereka katakan padaku.
"Tidak ada rekamannya, Tuan." Dia menjawab setenang mungkin.
"APA MAKSUDMU TIDAK ADA REKAMANNYA?" Aku berteriak padanya sekuat tenaga.
"Tolong, tenanglah, Jungkook. Kami akan menemukannya." Taeyoung berkata sambil mengusap lenganku.
"Bagaimana aku bisa tenang saat dia mengatakan hal yang tidak-tidak seperti ini, Taeyoung? Kenapa tidak ada video sialan itu?" Aku bertanya lebih tenang dari sebelumnya.
"Sepertinya Yoongi yang memintanya seperti itu, Tuan." Dia menjawab, tetapi tersentak ketika melihat amarahku.
"Kenapa Yoongi melakukan hal seperti itu..." Belum sempat aku menyelesaikan kata-kataku, aku mendengar Taeyoung menggumamkan sesuatu.
"Apa kau tahu sesuatu, Taeyoung?" Aku bertanya sambil menoleh ke arahnya.
"Tidak. Tidak ada, Jungkook-"
"Tapi aku mendengar kau mengatakan sesuatu. Tolong katakan padaku, Taeyoung. Apa kau tahu sesuatu?" Aku memintanya dengan memelas.
"Aku bilang mungkin Yoongi melakukan itu karena dia membawa seseorang bersama dirinya hari ini, seorang pria muda yang tampan." Taeyoung akhirnya berkata setelah berpikir sejenak apakah dia harus mengatakannya atau tidak.
"Jadi, pria jalang itu ada di sini, ha? PANGGIL YOONGI SEKARANG." Aku berteriak sekuat tenaga sekali lagi, membuat semua orang di ruangan itu ketakutan.
Secepat mungkin, mereka segera memanggil Yoongi. Yoongi yang mengantuk muncul di depanku setelah sekitar lima menit.
"Tuan, kau meminta untuk bertemu denganku Bagaimana aku bisa melayanimu?" Dia berkata dengan suara serak.
"Sudah kubilang jangan bawa pelacur itu ke rumahku..." Aku melontarkan kata-kata kasar padanya. tapi dia menyela dengan cepat.
"Tuan, aku bersumpah demi Tuhan, aku melakukannya sebelum kau menyuruhku untuk tidak melakukannya. Aku tidak bermaksud melanggar peraturan atau apa pun."
"Aku tidak peduli kapan kau melakukannya. Bawa aku ke rumahnya SEKARANG." Aku berteriak untuk keseratus kalinya di malam itu.
"Tuan, tolong beritahu aku ada apa? Ini sudah
tengah malam. Kenapa kau-""Pria jalang itu telah mencuri kalung Eomma di sini. Aku tidak bisa menemukannya di mana pun, dan dia adalah satu-satunya orang yang memasuki rumahku selain orang yang kukenal di sini." Aku memberitahunya, tahu apa yang akan dia ucapkan.
"Aku yakin ini adalah kesalahpahaman. Jin tidak akan melakukan itu." Yoongi membela pelacur pencuri itu.
"Aku yakin dia tahu tentang apa yang kau lakukan pada kamera, dan itu adalah kesempatan terbaik baginya. Jangan buang-buang waktuku, Yoongi. Bawa aku ke sana sekarang juga!" Ucapku, tidak membiarkan Yoongi melanjutkan lagi karena aku sudah dipenuhi dengan amarah.
Gimana menurut kalian?
Apa Jin benar-benar mencuri kalungnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
What is Love? | Kookjin ✔️
FanfictionKim Seokjin bekerja sebagai seorang prostitut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Walaupun begitu, ia belum pernah berciuman karena menurutnya ciuman itu hanya untuk seseorang yang spesial baginya. Lalu apa yang terjadi jika Jeon Jungkook seorang CEO...