Setelah mengetahui bahwa tunangannya sedang mengandung bayi mereka, Jungkook ingin menghabiskan banyak waktu dengan Jin. Namun, Jimin sang adik bahkan tidak mengizinkan dia mendekati Jin.
Dia hanya bisa melihatnya sendirian di malam hari. Jimin menempel pada Jin seperti koala yang mengganggu. Bocah itu akan terus menempelkan kepalanya ke perut Jin, menunggu tendangan dari bayi itu; bayi yang belum memiliki kaki untuk menendang!
Jimin mengadakan pesta kecil-kecilan di rumah mereka. Tidak dalam jutaan tahun, Jungkook percaya Jimin akan bereaksi dengan perilaku yang aneh saat dia memberitahunya tentang kehamilan Jin.
Setidaknya, ia yakin Jimin akan bereaksi tidak lebih aneh darinya, ayah dari bayi itu sendiri. Oh, betapa dia sangat salah! Saat Jimin mendapat kabar itu, dia mulai melompat-lompat dan menari seperti orang gila di setiap ruangan di mansion yang cukup banyak tepatnya.
Dan sekarang, dia ingin mengadakan pesta! Paling tidak, Jin sangat senang akan hal itu. Dia mengatakan sudah lama sekali dia tidak bertemu dengan Hoseok dan Namjoon. Tentu saja, Jimin telah mengundang keduanya.
Sekitar pukul 7 malam, semua orang tiba dan duduk di ruang tamu. Mereka mulai mengobrol dan tertawa terbahak-bahak. Sebagian besar pembicaraan adalah tentang kehamilan Jin, dan juga mengarah ke topik pernikahan Jin dan Jungkook, ketika keduanya akan mengikat janji suci bersama.
Pertanyaan-pertanyaan itu semakin intens dan membuat kepala Jungkook benar-benar mulai berputar. Dia juga menghabiskan hari yang sibuk di perusahaan. Sampai-sampai ia harus menunda salah satu meetingnya keesokan harinya. Pria itu benar-benar kelelahan.
Dia melingkarkan salah satu lengannya di bahu Jin dengan malas. Mereka duduk di sofa bersama, menghadap ke semua orang di ruangan itu, siap untuk ditanyai dengan mudah. Jungkook mencondongkan wajahnya ke arah telinga Jin ketika dia tak tahan lagi dengan semua.
"Sayang, aku rasa aku butuh udara segar. Aku akan berjalan-jalan di taman. Tolong, hibur tamu kita sendirian sampai aku kembali. Maafkan aku." Dia berbisik pada Jin tanpa membiarkan orang lain menyadarinya.
"Tidak apa-apa, sayang. Pergilah. Aku tahu kau lelah." Jin juga berucap pelan, dan mengecup bibirnya.
"Semuanya, aku harus meninggalkan kalian sebentar. Aku akan kembali dalam lima belas menit. Maafkan aku karena ketidaksopananku." Jungkook berdiri dari tempat duduknya dan membungkuk dengan sopan.
Ia menuju pintu depan dan membukanya, merasakan udara musim semi yang segar membelai wajahnya. Malam itu adalah malam yang indah. Bulan purnama menyinarkan cahaya putihnya yang menyilaukan di taman dengan terang. Semilir angin yang menyenangkan dapat dirasakan, membelai bunga-bunga dengan lembut.
Jungkook menarik napas dalam-dalam, menghirup udara hijau ke dalam paru-parunya. Semua kelelahannya hilang dengan angin yang segar.
Saat dia menjauhkan diri dari mansion, dia melihat seseorang berbaring telentang di samping mawar putih sedikit lebih jauh darinya. Rasa penasaran menguasai dirinya, dan dia melangkah ke arah bayangan kecil itu.
Saat dia mendekati orang itu, senyum penuh arti langsung muncul di bibirnya dan dia menyilangkan tangannya di dada. Orang itu tak lain adalah Min Yoongi, pria yang jatuh cinta pada mawar putih.
Yoongi memejamkan mata dan bersenandung dengan nada yang indah, seolah-olah ia sedang berada di surga. Jungkook merasa iri padanya saat itu; ia iri karena Yoongi bisa menikmati hal-hal yang paling sepele. Dia tidak membutuhkan hal-hal khusus untuk membuat dirinya merasa lebih baik. Yoongi masih belum sadar bahwa tuannya berdiri di atas kepalanya.
"Sepertinya kau memutuskan untuk menghirup udara segar dan menjernihkan pikiranmu juga." Jungkook mengeluarkan suara mengejek. Yoongi membuka matanya dan segera terduduk di tempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
What is Love? | Kookjin ✔️
أدب الهواةKim Seokjin bekerja sebagai seorang prostitut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Walaupun begitu, ia belum pernah berciuman karena menurutnya ciuman itu hanya untuk seseorang yang spesial baginya. Lalu apa yang terjadi jika Jeon Jungkook seorang CEO...