19. Mimpi Jadi Kenyataan

637 74 2
                                    

Jungkook POV

Akhirnya, aku bisa pergi ke rumah Jin setelah dua hari berkat kerja kerasku. Aku berada di depan rumahnya, menunggunya membukakan pintu. Aku membawa tas belanjaan baru, tak lama Jin membukakan pintu.

"Hei!" Dia sangat senang melihatku di sana, sesuatu yang membuat jantungku berdetak lebih cepat.

"Hei. Senang bertemu denganmu lagi." Ucapku sedikit gugup. Jin menunduk dan menghela nafas saat melihat tas belanjaan yang kubawa.

"Jungkook, tolong. Aku ini apa? Apa aku tempat untukmu beramal?" Dia tidak kasar. Hanya ada sedikit rasa malu dalam nada bicaranya.

Aku yakin dia merasa seperti memanfaatkanku, meskipun aku melakukan itu semua karena aku sendiri yang menginginkannya. Aku tidak mengatakan apa-apa, dan kurangnya respon dariku membuatnya menghela napas lelah.

"Kurasa kau benar. Mari kita jujur saja. Aku bahkan lebih buruk daripada itu." Dia tertawa kecil, tapi itu karena depresi. Dia tidak mengatakan apa-apa lagi untuk beberapa saat. Dia hanya menatap kosong ke arahku.

"Ah, maafkan aku. Betapa tidak sopannya aku. Tolong, masuklah." Dia akhirnya ingat bahwa kami berdua sedang berdiri di luar. Aku melempar senyum padanya. Jin mengambil tas dariku seperti saat terakhir kali kami masuk. Taehyung sedang menonton acara TV di ruang tamu.

"Ya Tuhan! Jungkook, apa itu kau?" Dia melompat dari sofa saat melihatku.

"Tidak, aku saudara kembar Jungkook. Aku datang karena dia menyuruhku." Ucapku sambil tertawa kecil.

"Ha, lucu sekali! Aku berguling-guling di lantai!" Taehyung berkata sambil meraihku. Sebelum aku bisa bergerak, dia sudah memelukku dengan erat. Sama seperti pelukan sebelumnya, pelukannya benar-benar tulus dan hangat. Dia melepaskan pelukannya setelah beberapa saat. Matanya tertuju pada Jin yang membawa tas saat dia pergi ke dapur.

"Kau membawa barang lagi. Berhentilah menyusahkan dirimu untuk kami."

"Itu bukan apa-apa."

"Terima kasih, untuk semuanya. Aku sudah tinggal di sini dengan Jin dua hari ini, dan kami berdua makan dengan baik karenamu. Aku merasa sembuh berkatmu"

"Tolong, jangan pikirkan itu."

"Apa yang kau katakan di sana?! "Tolong, jangan pikirkan itu!" Bagaimana bisa kami tidak memikirkannya?" Jin berteriak dari dapur. Dia menirukan suaraku dengan sangat baik sehingga aku bisa salah mengira bahwa itu adalah diriku sendiri!

"Jangan tersinggung. Dia benar-benar bahagia akhir-akhir ini. Dia membawaku ke sini. Dia tidak perlu melakukan pekerjaannya, dan hal buruk tidak terjadi. Semuanya sangat damai dan tenang." Taehyung berbisik padaku.

Mendengar fakta bahwa Jin tidak melakukan pekerjaannya membuatku senang lebih dari apapun. Saat aku memahami situasinya, aku menyadari bahwa ini adalah waktu yang tepat untuk rencanaku. Jin sedang berada di dapur. Taehyung dan aku hanya berdua saja.

"Taehyung, bolehkah aku mengajukan beberapa pertanyaan?" Aku berkata sepelan mungkin agar Jin tidak mendengarnya.

"Ya, tentu saja boleh!" Taehyung berteriak dengan riang. Aku yakin bagi Jin, Taehyung terdengar seperti sedang berbicara pada dirinya sendiri karena suaraku sangat pelan dan suaranya sangat keras.

"Tapi aku ingin kau tidak menceritakan apa pun tentang percakapan ini pada Jin. Janji?" Aku berbisik sekali lagi.

"Kenapa tidak?!" Dia bertanya lebih keras dari sebelumnya. Dia terlihat terkejut dengan permintaanku.

"Karena, ini tentang masa lalu dan orang tua Jin." Taehyung langsung mengerutkan kening setelah mendengarnya. Meskipun begitu, itu tidak membuatku berhenti ingin tahu. Bahkan, itu malah memotivasiku untuk menjadi lebih ingin tahu tentang topik ini.

"Taehyung, tolong-"

"Kita tidak bisa bicara di sini. Tunggu sebentar." Kali ini, ia berbisik lebih pelan dariku.

"Apa?!"

"Jin, aku ingin mengajak Jungkook jalan-jalan. Aku ingin mengajaknya berkeliling. Apa kau tidak apa-apa sendirian untuk sementara waktu? Kami akan segera kembali. Jangan khawatir." Taehyung berteriak memanggil Jin di dapur.

"Aku bukan anak kecil, Taehyung. Aku sudah tinggal di sini selama hidupku. Luangkan waktumu. Aku akan membuat sesuatu untuk kalian sampai kalian kembali." Jin berteriak pada Taehyung. Kami berdua langsung keluar dari rumah setelah itu.

"Aku ingin membawamu ke suatu tempat yang istimewa." Taehyung berujar dan mulai berjalan.

"Bukankah lebih baik naik mobilku saja?" Aku benar-benar tidak sabar untuk akhirnya mengetahui semuanya.

"Tempatnya tidak terlalu jauh dari sini. Jangan khawatirkan mobilmu. Anak-anak tidak akan bermain di sini untuk melempari mobilmu dengan batu atau menggoresnya!" Dia benar-benar mengira aku mengkhawatirkan mobilku.

"Selain itu, pergi dengan mobilmu bukan berarti berjalan-jalan, kan?!" Taehyung menambahkan.

"Ayo kita pergi saja." Kataku, sudah menyerah dengan ide itu.

Taehyung menunjukkan arah jalan. Dia benar-benar jenius dalam menemukan arah. Dia mengambil jalan pintas yang aneh yang aku yakin sebagian besar orang di daerah itu bahkan tidak tahu kalau jalan itu ada.

"Taehyung, mau dibawa ke mana aku?" Aku benar-benar tampak seperti anak kecil pada saat itu karena aku sudah tidak sabar.

"Kau akan melihatnya sendiri. Kita sudah hampir sampai." Taehyung menjawab tanpa menoleh ke arahku. Setelah seperti berjalan selama lima menit, Taehyung membuka mulutnya.

"Sudah kubilang kita tidak butuh mobilmu. Baiklah. Kita sudah sampai. Selamat datang di tempat yang dulu menjadi rumahku bertahun-tahun yang lalu." Dia mengucapkan dan keluar dari pandanganku untuk memberiku pemandangan tempat itu. Aku ingin memarahinya karena telah menjadi pemandu wisatanya yang bodoh, tapi aku terpaku di tempat ketika melihat apa yang ada di depan mataku. Itu tidak mungkin!

"Aku tahu tempat ini." Aku bergumam pada diri sendiri tanpa bisa mengendalikan lidahku.

"Apa? Apa yang kau katakan Jungkook?" Taehyung bertanya dan mendekat untuk mendengarku.

"Aku tahu tempat ini. Taehyung, aku tahu tempat ini!" Aku akhirnya bisa menenangkan diri untuk setidaknya berbicara.

"Bagaimana mungkin?! Dulu tempat ini adalah rumahku, Jungkook. Bagaimana kau bisa tahu tempat ini?" Taehyung bahkan lebih tercengang daripada aku.

"Aku tidak tahu bagaimana, tapi aku pernah melihat tempat ini sebelumnya." Aku berbohong padanya. Aku tahu bagaimana dan kapan tepatnya aku melihat tempat itu.

Bagaimana aku bisa melupakannya? Setiap detail dalam kehancuran itu cocok dengan yang ada dalam mimpiku; batu bata yang jatuh di semua tempat, pintu yang terbakar, jendela yang rusak, dan yang terpenting, atapnya. Hanya saja ada satu hal yang hilang atau bisa dikatakan satu orang, Eomma.

"Ya Tuhan! Kau benar-benar mengalahkanku untuk menjadi orang aneh!" Taehyung bergumam sambil menggaruk-garuk kepalanya. Aku bahkan tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun untuk mengeluh. Dia benar. Setidaknya, dia benar pada saat itu.

Setelah menunggu di sana beberapa saat dan melihat-lihat tempat itu, aku akhirnya ingat tujuan awal aku ada di sana.

"Taehyung, tolong katakan padaku. Ceritakan semuanya." Sepertinya dia benar-benar menungguku untuk menanyakan hal itu.

"Ikuti aku."

What is Love? | Kookjin ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang