12. Anehnya, Aku Merasa Aman Bersamanya

956 94 5
                                    

Jin POV

Semuanya terjadi dalam sekejap, aku ingin pergi, dan kemudian Jungkook bergegas kearahku entah dari mana. Dia menciumku di bibir, di bibir!

Itu terjadi begitu cepat sehingga aku tak bisa memberikan reaksi yang tepat. Reaksi yang tepat adalah menghentikannya, atau mungkin menciumnya kembali. Namun, aku tak bisa membawa diriku untuk pergi atau memejamkan mata. Aku melihat betapa bergairahnya dia menciumku dengan mata terpejam.

Akhirnya, aku sadar kembali. Aku mencoba mendorongnya menjauh. Aku mencoba dua kali, tetapi dia begitu kuat dan tidak bergerak sedikitpun.

Aku merasakan tangannya meraih bagian belakang kepalaku, ingin mengubah sudut dan memperdalam ciuman. Dengan sukarela, saat itulah aku menyerah perlahan-lahan, menutup mataku dan mencoba menggerakkan bibirku selaras dengan bibirnya, tetapi aku tidak berhasil.

Aku tahu jauh di dalam pikirannya, Jungkook mungkin berpikir bagaimana bisa seorang pelacur menjadi seorang pencium yang buruk, tapi dia tidak tahu tentang fakta bahwa aku tidak pernah membiarkan siapa pun selain dia untuk menciumku sebelumnya. Satu hal yang jelas dari caranya menciumku. Ya, dia tak peduli dengan bagaimana aku menciumnya.

Aku merasa aneh di dalam diriku, aneh dan menyenangkan. Rasanya seperti api yang menyala di dalam perutku, menghangatkan setiap organ dalam tubuhku, terutama jantungku.

Dia menggigit bibir bawahku dan menahannya di antara giginya beberapa kali. Aku tahu dia memintaku untuk melakukan sesuatu, tetapi aku tidak bisa tahu apa yang dia inginkan.

Tidak, sampai dia meletakkan tangannya yang lain ke bokongku dan meremasnya dengan sedikit kasar. Tindakan yang tiba-tiba itu membuatku terkesiap, dan saat itulah dia memasukkan lidahnya ke dalam mulutku.

Lidahnya mulai menjelajahi setiap sisi dalam mulutku. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku hanya mengaitkan lidahku dengan lidahnya. Rasanya seperti ada semacam tarian yang terjadi di dalam mulutku. Lidah kami adalah para penari. Mereka menari dan menari dengan sangat sempurna sehingga tidak ada yang bisa mengalahkannya. Itu adalah momen yang tak terlukiskan sepanjang hidupku.

Aku meletakkan tanganku di dadanya, memilin kain kemejanya. Hal itu membuatnya mengerang nikmat di mulutku.

Dia mendorongku, dan kami terhuyung ke belakang sambil tetap saling menempelkan bibir. Aku merasa punggungku membentur sesuatu yang keras. Mungkin itu adalah pintu dan ketika aku mendengar bunyi klik, dugaanku benar. Jungkook mengunci pintu dari dalam untuk berjaga-jaga jika ada orang yang tanpa sadar ingin masuk dan mengganggu momen kecil kami.

Dia menutup celah di antara kami jika memang ada saat ini. Ditambah lagi, dia menutup segala jalan yang bisa aku gunakan untuk melarikan diri. Namun, sejujurnya, aku tidak memikirkan hal itu dalam pikiranku.

Akhirnya, ketika aku mulai merasakan kekurangan oksigen, aku menarik diri dengan sekuat tenaga. Kami saling menatap mata satu sama lain sambil terengah-engah.

Dia menelusuri wajahku dengan jari telunjuknya, dan ketika aku menjilatnya saat jari itu menyentuh bibirku, dia mengumpat, "sial!" dan kembali menyerang leherku.

Aku begitu asyik dengan caranya menggigit dan menghisap leherku sehingga aku tak menyadari bahwa dia menyelipkan tangannya di balik bajuku, tidak, sampai aku merasakan dinginnya tangan itu di kulit perutku yang hangat.

Dia menjelajahi tangannya ke bagian sensitif tubuhku, mengusap dan meremas-remas sementara mulutnya masih melakukan keajaiban pada leher dan tulang selangkaku.

Tak lama dia menaikkan tangannya lebih tinggi ke dadaku dan dengan lembut mencubit puting kananku. Rasanya sangat nikmat hingga aku menengadahkan kepalaku dengan liar, menyandarkannya ke pintu dan mengeluarkan rintihan pelan. Setelah suara kecilku, Jungkook langsung menghentikan semuanya.

What is Love? | Kookjin ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang