41. Mengikat Janji

567 45 1
                                    

Jin POV

Jantungku berdegup kencang. Aku tidak bisa berhenti memeriksa diriku di cermin. Aku hanya membetulkan dasiku untuk keseribu kalinya. Aku juga sangat gigih menyembunyikan perutku yang sudah mulai terlihat. Oleh karena itu, aku mengancingkan bagian bawah jasnya. Bukannya bermaksud menyombongkan diri, tapi setelan jas putih itu memang terlihat bagus untukku. Nah, siapa yang bisa meragukan selera Hoseok?

Aku berjalan mondar-mandir di kamar tanpa beristirahat sejenak pun. Pikiran tentang acara itu menyita banyak tenagaku. Aku harus berhenti merasa gugup. Hal itu tidak baik untuk kesehatan bayi, tetapi tak ada yang bisa menyalahkanku pada saat itu.

Semua orang akan mengalami hal seperti ini dalam pernikahan mereka. Dan ini adalah pernikahanku! Sebuah ketukan di pintu membawa pikiranku kembali ke dunia nyata.

"Jin, apa kau sudah siap?" Ternyata Tae. Karena dia adalah satu-satunya orang yang tersisa dari masa laluku dan entah bagaimana dia adalah keluarga yang kusayangi, dia yang seharusnya mengantarku ke pelaminan, bukan almarhum ayahku.

"Tae, aku akan siap dalam lima menit." Aku hampir berteriak kepadanya.

"Baiklah, aku akan menunggumu di sini. Cepatlah!" Tae menjawabku dengan erangan. Pria malang itu harus berdiri cukup lama. Ini adalah ketiga kalinya dia mendengar jawaban yang sama dariku.

Aku berdiri di depan cermin dan memeriksa semuanya sekali lagi. Aku menyisir rambutku sekali lagi. Aku ingin rambutku disisir ke belakang, tapi Jungkook tidak suka dengan gaya itu. Dia bilang dia lebih suka jika poni menutupi dahiku. Itu akan membuatku terlihat lebih manis menurutnya.

Aku menuruti kemauannya. Bagaimanapun juga, aku harus terlihat baik untuk suamiku. Astaga, Jungkook akan menjadi suamiku! Aku akan menjadi Jeon Seokjin. Rasanya nyata. Ini adalah momen yang tak terlukiskan dalam buku cerita kehidupanku.

Aku menarik dan menghembuskan napas dalam-dalam, dan mengulanginya beberapa kali. Aku memutar kenop pintu dan keluar dari ruang ganti. Seperti yang dijanjikan, Tae menyandarkan punggungnya ke dinding di seberang kamarku.

Aku berbalik untuk menutup pintu dan ketika aku berhadapan dengannya sekali lagi, aku mendapati senyuman terindah yang pernah kulihat.

"Jinnie-ku akan menikah dengan kekasihnya yang luar biasa. Aku harap kau bisa tahu betapa aku sangat bahagia untuk kalian berdua sekarang." Tae menggunakan nada suara bayi yang biasa ia gunakan di masa lalu. Rasanya sangat menyenangkan bisa melihatnya lagi.

"Sejujurnya, aku sendiri tidak percaya ini terjadi, Tae. Aku merasa seperti akan membunuh bayiku dengan kegugupanku." Aku berkata sambil mengusap wajahku dengan tanganku.

"Aku tidak bisa sepenuhnya memahamimu karena aku belum menikah dengan priaku sendiri." Dia mengedipkan matanya padaku dengan bercanda. Aku menepuk pundaknya. Aku juga sangat menginginkan hari itu.

"Bagaimanapun, ini terlihat menegangkan, tapi tidak ada yang perlu kau khawatirkan. Kami semua di sini untukmu. Jangan stres, oke?" Tae menangkup pipiku dengan tangannya yang besar.

"Baiklah." Aku menjawabnya dengan senyum yang meyakinkan.

"Ya Tuhan! Ini bukan mimpi. Kau benar-benar akan menikah dengan Jungkook dan memiliki kehidupan yang layak kau dapatkan. Masa-masa sulit itu sudah berakhir!" Tae bergumam pada dirinya sendiri. Ia memalingkan wajahnya dan memejamkan matanya, tapi aku sudah melihat apa yang ia coba sembunyikan. Setetes air mata keluar dari matanya yang indah, mengalir di pipinya.

"Ya, Tae. Mereka tidak ada di sini untuk menyakiti kita lagi." Aku berbisik padanya. Aku tidak bisa mengendalikan diriku dan mulai menangis.

"Jangan menangis, kumohon." Tae memohon, menyeka air mataku dengan ibu jarinya.

What is Love? | Kookjin ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang