Jungkook POV
Hari ini adalah salah satu hari di mana aku tidak memiliki energi untuk memulai pekerjaan seperti biasanya. Berurusan dengan keterlambatan Yoongi ternyata membuatku semakin lelah.
Dengan malas, aku memasuki perusahaan dan mulai berjalan menuju ruanganku. Untungnya, para penjaga tidak membuat hariku semakin buruk. Mereka hanya membungkuk padaku dengan sopan.
Setiap langkah yang kuambil bergema di dalam gedung karena kesunyian tempat itu.
Akhirnya, aku sampai di kantorku dan berdiri di depan pintunya, aku berhenti sejenak, menarik dan menghembuskan napas. Sesuatu yang aku lakukan setiap kali aku dihadapkan pada pusat kesuksesanku.
Menjadi Jeon Jungkook selalu mengingatkanku pada hal-hal yang telah aku lalui untuk sampai ke tempat ini. Oleh karena itu, kau dapat melihat betapa seringnya aku teringat akan hal tersebut! Untuk sampai di sini, aku berjuang dengan semua yang aku miliki. Sejujurnya, aku tak pernah menginginkan hal ini sebelum kematian Eomma.
Ketika aku duduk di kursiku, aku melihat foto Eomma terjatuh di atas meja. Aku menaruhnya lagi dengan bangga dan melihatnya sejenak.
Setiap hari ketika aku melihat foto ini, setiap kenangan yang aku miliki bersamanya muncul di benakku. Kenangan itu hanya sebentar, tetapi juga merupakan kenangan yang paling berharga bagiku.
Seperti yang aku katakan, dia adalah satu-satunya alasanku melakukan apa yang aku lakukan. Aku kehilangan dia saat aku masih muda, sangat muda.
Kami berada di dalam mobil. Eomma, asistennya, supirnya, dan aku. Kami semua baru saja kembali dari perjalanan bisnis. Saat itu aku masih berusia sembilan tahun dan jelas masih sangat muda untuk melakukan pekerjaan seperti itu. Namun, Eomma ingin menunjukkan padaku sekilas tentang dunia bisnis sebagai pewaris Jeon Empire berikutnya. Dia sering mengajakku dalam perjalanan bisnis tersebut.
Sejujurnya, Eomma adalah alasan mengapa Appa menjadi Appaku juga. Dia bekerja dengannya, dia mendukungnya, dia bersamanya dalam setiap situasi sulit yang pernah dihadapinya, dan membantunya melewati setiap masalah yang mengganggu pikirannya.
Kembali pada ceritaku, aku ingat Eomma sedang mendiskusikan berbagai hal dengan asistennya, hal-hal yang hampir tidak bisa aku pahami saat itu. Kemudian, aku ingat supirnya berteriak, "Nyonya, remnya tidak berfungsi!"
Satu-satunya hal yang bisa aku bayangkan di kepalaku setelah itu adalah suara benturan. Rasanya seperti terlempar ke tengah lautan badai. Aku hampir pingsan, tetapi sebelum itu, aku tidak dapat melewatkan kata-kata yang diteriakkan Eomma kepadaku yang juga merupakan kata-kata terakhir yang diucapkannya. "AKU MENCINTAIMU!"
Aku terbangun, karena cahaya putih yang menyilaukan dari lampu rumah sakit. Mereka mengatakan padaku kalau aku adalah satu-satunya yang selamat dari kecelakaan itu. Mereka bilang itu benar-benar sebuah keajaiban. Namun, ternyata ada beberapa berita buruk juga.
Dokter memberi tahu Appa kalau aku tidak akan pernah bisa berjalan lagi, kalau aku tak bisa lagi merasakan apa pun di kakiku. Aku pun mempercayainya, aku percaya sepenuhnya. Sampai aku bermimpi, Eomma keluar dari sebuah rumah, yang lebih menyerupai reruntuhan sambil merentangkan lengannya lebar-lebar kepadaku. Aku memeluknya sementara dia mengatakan padaku untuk menjadi kuat, dan semuanya akan baik-baik saja.
Tidak ada yang berubah sejak saat itu hingga saat ini. Aku berusia 25 tahun. Aku masih memimpikan mimpi-mimpi itu. Beranggapan bahwa Eomma telah datang dari surga untuk menyelamatkanku (berdasarkan otakku yang berusia 9 tahun), aku mulai mendapatkan kekuatan kembali. Sejujurnya, aku menjadi lebih kuat. Aku membuktikan bahwa mereka salah. Aku mulai berjalan sekali lagi. membuat mereka semua mengatakan hal yang sama sekali lagi... Keajaiban.
Setelah kematian Eomma, Appa menikah lagi, meskipun dia mencintai Eomma dengan sepenuh hati. Dia berpendapat bahwa kami masih sangat muda, terutama Jimin yang saat itu masih berusia empat tahun. Dia menikahi salah satu pelayan kami, Taeyoung, karena dia tahu bahwa Taeyong tidak bisa melahirkan seorang anak.
Appa mengatakan bahwa ini yang terbaik untuk kita semua. Taeyong bisa memainkan perannya sebagai figur seorang ibu dengan lebih baik.
Taeyoung tidak pernah memperlakukan kami dengan buruk atau semacamnya, tetapi ada satu masalah dengannya, dia bukan ibuku. Tidak seperti Jimin yang segera menerimanya dan memanggilnya Eomma, aku tidak pernah bisa melakukannya. Itulah sebabnya aku masih terus memanggilnya dengan namanya.
Setelah sekitar lima tahun, perusahaan itu bangkrut. Situasi semakin memburuk setiap hari dengan banyaknya hutang dan berbagai pelanggaran. Ini menunjukkan fakta bahwa betapa pentingnya peran Eomma bagi perusahaan, atau setidaknya untuk menjaga kewarasan Appa. Pada akhirnya, setelah mencoba selama lima tahun, Appa mengundurkan diri dari pekerjaannya. Aku yang saat itu berusia 19 tahun diangkat sebagai CEO baru Jeon Empire. Yah, mereka mungkin tidak akan menyebutnya Jeon Empire, karena betapa buruknya situasi perusahaan saat itu.
Apa yang terjadi dengan Appa? Dia masuk rumah sakit jiwa, dan dia tinggal di sana. Yang jelas, dia tidak pernah sama lagi setelah kematian Eomma. Dia akan minum-minum sepanjang malam setelah menyelesaikan pekerjaannya di kantor, dan kembali ke rumah dalam keadaan mabuk berat, sambil menangis merindukan eomma. Bagaimanapun juga, hatinya hancur, hatiku juga. Aku masih di bawah umur untuk minum!
Aku mulai bekerja di perusahaan yang saat itu dalam kondisi terburuk yang pernah ada. Aku tidak berpengalaman, dan tidak memiliki keinginan untuk memperbaikinya. Hingga akhirnya, setelah tiga tahun, Polisi secara tidak sengaja menemukan penyebab kematian Eomma dan semua orang yang ada di dalam mobil.
Itu adalah sebuah kecelakaan yang sudah direncanakan oleh beberapa saingan Appa untuk mengusirnya dari dunia bisnis. Mereka membayar beberapa pembunuh bayaran untuk membuat rem mobil kami blong. Namun, ada kesalahan dalam rencana mereka. Mereka mengira kalau aku dan Appa yang berada di dalam mobil, bukan Eomma. Tapi sejujurnya, itu bahkan lebih buruk. Pada akhirnya mereka berhasil.
Polisi menangkap semua yang terlibat dan inilah yang mereka katakan. Namun, mereka lupa tentang begitu banyak detail seperti kemungkin mereka memiliki teman lain atau bahkan anak-anaknya. Aku yakin mereka ingin membalas dendam kepada orang tua mereka. Bagaimanapun, ikatan antara orang tua dan anak terlalu kuat sehingga tidak bisa dipatahkan dengan upaya yang lemah.
Mengetahui kebenaran tentang kematian Eomma membangunkanku dari tidurku. Rasanya seperti ada yang menyiramkan air es di wajahku. Hal itu telah menjadi motivasiku untuk mengembalikan perusahaan itu seperti semula.
Sejak hari itu (hari ketika aku mengetahui kebenarannya), aku berjanji pada Eomma bahwa aku tidak akan pernah membiarkan para bajingan itu memiliki kesenangan untuk duduk di kursi yang aku duduki setiap hari bahkan untuk sedetik pun. Dan aku telah menepatinya dengan baik. Aku berharap dia bangga padaku.
Aku mulai bekerja, menyalakan laptopku dan mengerjakan tumpukan kertas-kertas yang ada di mejaku, menunggu orang-orang yang akan datang sebentar lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
What is Love? | Kookjin ✔️
FanfictionKim Seokjin bekerja sebagai seorang prostitut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Walaupun begitu, ia belum pernah berciuman karena menurutnya ciuman itu hanya untuk seseorang yang spesial baginya. Lalu apa yang terjadi jika Jeon Jungkook seorang CEO...