"Jin, kita tak punya banyak waktu. Bisakah kau berdiri?" Yoongi pergi ke sisi Jin dengan cepat.
"Ya, mereka tidak menyakitiku atau semacamnya." Jin berdiri dengan bantuan Yoongi dan mengikutinya ke taman.
"Bajingan ini akan segera sadar kembali, Kita harus bergegas." Yoongi menunjuk ke pria yang tidak sadarkan diri di sudut bangunan gudang. Dia dan Jin tidak membuang waktu dan mulai berjalan di antara pepohonan.
"Bagaimana kau bisa menemukanku, Yoongi?" Jin bertanya di tengah perjalanan. Masih sulit dipercaya baginya bagaimana mungkin Yoongi bisa berada di sana dan menemukannya.
"Ceritanya panjang. Akan kuceritakan nanti. Mari kita fokus untuk meninggalkan taman yang sangat luas ini. Aku mengirim pesan pada Jungkook. Dia seharusnya datang dengan polisi sekarang." Yoongi menjawabnya sambil melihat ke depan.
Jika hanya dirinya sendiri, dia bisa melarikan diri dari tempat itu mungkin kurang dari sepuluh menit, tapi Jin tidak bisa mengimbangi kecepatannya. Dia tak bisa mengharapkan seorang yang sedang hamil seperti itu. Bahkan, Jin sudah terlalu memaksakan diri untuk berjalan jauh. Dia sudah terengah-engah.
"Yoongi, aku tak bisa." Akhirnya, kelelahan Jin menguasai dirinya dan dia berhenti. Dia mencoba mencengkeram lututnya, tapi dia terjatuh ke tanah. Yoongi tak bisa lagi membujuk Jin untuk berdiri karena dia benar-benar kelelahan.
"Baiklah, istirahatlah sebentar." Yoongi berjaga-jaga dan melihat sekeliling dengan hati-hati. Sepertinya para bajingan itu belum menyadari bahwa Jin telah melarikan diri. Mereka benar-benar yakin dengan tempat mereka. Jelas, itu adalah berkah dari Tuhan untuk Jin bisa keluar dari tempat itu, karena tempat itu benar-benar tempat yang bagus untuk menyembunyikan orang yang diculik.
"Aku melihat ayahku, Yoongi." Sebuah suara lemah bergumam dengan rasa sakit yang tak tertahankan di setiap kata-katanya. Yoongi menoleh ke arahnya.
"Apa?!" Dia bertanya dengan penuh keterkejutan. Dia mendengar semua kata-katanya, tapi dia tak bisa mempercayai semua yang dia dengar.
"Ayahku yang menculikku, Yoongi. Bukankah itu sangat menyedihkan?!" Jin berkata dengan nada lemah yang sama. Hal itu membuat Yoongi yakin bahwa ia tidak mendengar sesuatu yang salah.
"Apa-apaan ini, Jin?! Aku pikir dia–"
"Mati? Ya, itulah yang aku yakini selama sepuluh tahun." Jin memotong perkataan Yoongi dengan nada sarkastik. Ia meringkuk di depan dada dan mengayun-ayunkan tubuhnya seperti anak kecil yang ketakutan. Jin hampir menangis sekali lagi.
"Hei, hei. Semuanya akan baik-baik saja. Kita akan berurusan dengannya setelah kita pergi dari sini." Yoongi berjongkok di depan Jin dan menepuk pundaknya.
Jin menatap mata pria yang lebih tua itu, mencari tanda-tanda kebohongan, tapi tidak ada. Yang bisa dia lihat hanyalah kejujuran dari matanya yang tulus.
Tiba-tiba teriakan para pria dari dalam rumah memecah keheningan tempat itu.
"Sial! Mereka tahu kau melarikan diri. Kita harus pergi sekarang." Yoongi meraih tangan Jin dan menariknya pergi bersama dengan dirinya. Mereka mulai berlari, tapi itu tak bisa dihitung sebagai berlari. Jin sangat lambat.
Yoongi tahu mereka berdua akan tertangkap jika terus berlari dengan kecepatan seperti itu. Dia harus mencari sebuah rencana. Dia harus memilih; dia harus memilih dirinya sendiri atau Jin. Ironisnya, itu adalah keputusan termudah yang pernah dia buat dalam hidupnya. Yoongi meraih kunci mobil di sakunya dengan cepat.
"Jin, mobilnya diparkir agak jauh dari gerbang utama di sebelah kiri, tapi kau tak boleh keluar dari gerbang utama. Ada kamera keamanan di atasnya. Mereka akan langsung menuju ke arahmu. Kau harus memanjat pagar untuk sampai ke sisi lain. Itu tugas yang sulit, tapi kau harus melakukannya." Yoongi mengucapkan semua kata-kata itu dalam hitungan detik. Dia kemudian memberikan kunci ke tangan Jin.
"Bagaimana denganmu, Yoongi?! Kita akan pergi bersama." Jin bertanya dengan tergesa-gesa.
"Aku tetap di sini untuk mengalihkan perhatian mereka." Yoongi menjawab dan mencoba mendorong Jin untuk pergi.
"Tidak, aku tak akan pergi dari sini tanpamu." Jin berdiri diam di tempatnya.
"Kumohon pergilah, Jin." Yoongi memohon pada pria keras kepala itu.
"Keselamatanmu; kau tak akan selamat." Jin bersuara serak. Suara langkah kaki itu semakin mendekat.
"Jin, kau tidak akan selamat. Mereka menginginkanmu, bukan aku. Mereka tidak akan melakukan apapun padaku, aku janji. Sekarang pergilah." Yoongi berbisik dan menoleh ke belakang, siap untuk bertarung.
Jin berlari dengan kecepatan yang bisa dia capai saat ini. Dia memiliki begitu banyak keraguan. Itu sebabnya dia menoleh ke belakang sejenak dan menerima senyuman meyakinkan dari Yoongi. Hal itu membuatnya menggunakan seluruh kekuatannya untuk melarikan diri dan menyelamatkan yang lain.
Yang mengejutkan, dia mencapai tembok dalam waktu singkat. Dia melihat ke arah pagar yang tinggi. Rasanya mustahil, tapi dia harus melakukannya demi bayinya dan Yoongi.
Oleh karena itu, dia memegang beberapa sisi tembok dan menarik napas dalam-dalam, dia memanjatnya. Dia harus menjatuhkan diri ke bawah untuk keluar dari tempat itu sepenuhnya. Itu benar-benar berbahaya. Namun, tidak ada pilihan lain.
Jadi, tanpa berpikir panjang, dia melemparkan dirinya ke tanah. Jin mendarat dengan baik, namun pergelangan kaki kanannya terkilir, ada beberapa goresan di lutut dan telapak tangannya, tapi selain itu dia tampak baik-baik saja.
Tiba-tiba, suara tembakan bergema di udara. Jin merasa tidak sanggup lagi untuk berjalan tertatih-tatih menuju mobil, tapi entah dari mana, sebuah tangan menutup mulutnya dan menariknya ke arah tubuh orang itu. Dia berjuang untuk membebaskan diri.
"Seokjin, ini aku. Tenanglah." Suara yang tidak asing itu berbisik di telinganya dan melepaskan tangan itu dari mulutnya. Ia menghempaskan tubuhnya ke tubuh Jungkook dan mulai menangis.
"Tidak apa-apa, sayang. Polisi sudah datang. Di mana Yoongi?" Jungkook memeluk Jin.
"D-dia ada didalam sana. D-dia memberiku k-kunci untuk melarikan diri. Mereka mencariku sekarang." Jin tergagap di antara isak tangisnya dengan nada kesakitan. Jungkook membalikkan tubuhnya ke arah petugas polisi di belakangnya.
"Salah satu anak buahku masih di sana. Dan mereka semua mencari suamiku. Mereka harus keluar sekarang." Jungkook menjelaskan pada pria polisi itu.
Jin melepaskan pelukannya dan akhirnya melihat ke arah semua mobil polisi yang diparkir agak jauh dan di sekitar mobil Benz. Dia tidak bisa melihat mereka sebelumnya karena mereka semua tersembunyi dengan baik dalam kegelapan dan tidak ada suara yang keluar dari mereka.
"Kami siap untuk menangkap mereka semua. Akhirnya, inilah saatnya untuk menghentikan pembunuhan dan pemerasan mereka terhadap orang-orang." Polisi berkata dengan tegas pada Jungkook.
Jungkook menganggukkan kepalanya pada seseorang yang tidak bisa dilihat Jin. Beberapa saat kemudian, Taehyung muncul dari kegelapan, berdiri di samping Jungkook. Dia meraih tangan Jin dan mengambil kunci darinya.
"Kita harus pergi dari sini." Dia berkata pada Jin dengan suaranya yang dalam.
"Tidak!" Jin menghela napas dengan marah, namun tanpa mempertimbangkan penolakannya, Taehyung mengangkat tubuhnya yang kini berat dan memasukkannya dengan paksa ke dalam mobil. Pria itu kemudian duduk di kursi pengemudi dengan cepat dan melajukan mobilnya ke kota.
Gimana chapter ini? Kira-kira apa yang terjadi di chapter selanjutnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
What is Love? | Kookjin ✔️
FanficKim Seokjin bekerja sebagai seorang prostitut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Walaupun begitu, ia belum pernah berciuman karena menurutnya ciuman itu hanya untuk seseorang yang spesial baginya. Lalu apa yang terjadi jika Jeon Jungkook seorang CEO...